Awal Bertemu

7.3K 366 72
                                    

*PLAY MULMED*

"Oke sepertinya kita harus berpisah teman-teman. Sampai jumpa di event-event selanjutnya. Hati-hati dijalan, pulangnya harus barengan." Suara vokalis band bergenre pop-punk itu kembali menggema di lapangan terbuka Kota Malang.

"Terimakasih kamtis Malang yang sudah menyediakan tempatnya untuk menampung para kamtis luar kota. Terimakasih untuk kalian semua yang sudah merapat disini. Baiklah, kalian siap untuk lagu terakhir teman-teman?" Vokalis bertubuh gempal itu mulai memperbaiki letak microphone dan mulai menyetem senar bassnya.

"Apa yang terjadi tahun ini,
Jangan diingkari, simpan dalam hati.
Jadikan itu suatu kenangan,
Bangkitkan harapan untuk masa depan.
Siapkan dirimu,
Sambut tahun baru.
Mari menghitung waktu..."

Terhenti sejenak. Vokalis sekaligus bassist itu mulai melihat keadaan sekitar. Dan seakan sudah paham dengan keadaan, para kamtis mulai bergandeng tangan. Bersiap membuat lingkaran besar.

"Mana LINGKARAN BESAR!!!" teriak si vokalis bersemangat. Tangannya mulai memutar di udara, mengisyaratkan para kamtis untuk membuat lingkaran besar.

"Lebih besar teman-teman, lebih besar. Tahan jangan putar dulu, jangan putar dulu," ucapnya lagi.

Paham dengan intrupsi sang vokalis para kamtis saling berpegangan tangan membentuk lingkaran yang lebih besar.

"Bagian tengah boleh diisi," tanpa menunggu sepuluh kamtis luar kota memasuki lingkaran besar untuk membuat lingkaran kecil di dalamnya. "Kalian siap teman-teman? EMPAT, TIGA, DUA, PUTAR!!!"

Lingkaran itu mulai berputar perlahan.

"Suara terompet menggema, kembang api menyala.
Tiba waktunya bersuka ria.
Buang segala duka, ganti dengan bahagia.
Selamat tahun baru, kami ucapkan.."

Berputar searah jarum jam dengan kecepatan sedang. Sampai lingkaran itu terpecah. Mereka saling melepaskan genggaman tangan satu sama lain. Sekarang banyak yang moshingan, dan saling pogo-pogoan.

Mereka terlihat bahagia. Berdansa meluapkan semua perasaannya melalui gerakan tak beraturan. Saling memogo, menyenggol, menyepak hingga menabrakan diri satu sama lain.

Mereka terlihat bersuka cita. Melupakan masalah dunia yang hampir membuat gila.

Tetapi berbeda dengan cowok berkaos hitam kombor itu. Seharusnya ia bisa ikut berbahagia seperti yang lain. Seharusnya ia ikut berbaur di tengah lapangan dan berdansa seperti yang lain. Melupakan masalah yang sedang dialaminya, terutama melupakan pacarnya. Ah ralat, mantan pacar lebih tepat.

Satu minggu setelah hari itu-hari dimana ia diputuskan ceweknya- dia merasa kehilangan semangat. Tidak enak makan, loyo, dan selalu kepikiran.

Harusnya dia move on  ke cewek lain. Tidak stuck pada satu orang. Toh di dunia ini masih banyak cewek yang lain bukan?

Dan tujuannya datang ke sini sebenarnya adalah untuk meluapkan segala rasa emosi, patah hati, kecewa, marah, dan dendamnya. Dia ingin menerobos siapapun yang berdansa di tengah sana. Dia ingin memogo siapapun yang asik di tengah sana. Intinya dia ingin melupakan masalahnya dengan merusuh di tengah sana.

Tapi tidak bisa. Entah kenapa dia lebih memilih berdiam diri sambil menatap mereka iri. Dia iri kepada mereka yang asyik berdansa. Dia iri dengan mereka yang bisa hanyut dalam euforia bahagia.

Sialan. Harusnya dia bersenang-senang, tapi apa daya. Gara-gara kenangan indah bersama mantan dia tidak bersemangat melakukan hal apapun. Setiap dia ingin melupakan, hal indah yang pernah dijalani bersama sang mantan melayang-layang dipikiran.

"Oy! Ayo puter ama gue," ajak salah satu cowok berambut pirang.

Belum sempat memberi persetujuan, tangan I Komang Catur Damara sudah ditarik dan digengam erat oleh si cowok itu. Tidak bisa menolak dan menggelak, Catur pun berputar. Berputar perlahan hingga akhirnya berputar cepat seperti gasing sampai membuat tubuhnya terjatuh.

Catur meringis. Tubuhnya terpental beberapa meter dari tempatnya berdiri tadi.

Sialan, rutuknya dalam hati.

Dua cowok berhoodie hitam membantunya berdiri. Sedikit terhuyung dia mencoba berdiri tegap tanpa bantuan dua cowok lain. Demi Tuhan ingin sekali rasanya membalas cowok berambut pirang tadi, tapi disini tidak berlaku kata balas dendam.

Memang di acara seperti ini tidak berlaku balas dendam. Mau tidak mau, suka tidak suka, siapapun yang terkena pogoan sampai terluka tidak berhak membalas atau semacamnya. Di acara seperti ini sangat menjunjung tinggi kalimat ini:
"Yang menang yang bertahan, yang lemah yang kalah." Jadi, percuma saja dia membalas. Mending mencari mangsa yang lain.

"Mang, ayo puter sama gue!" sekarang giliran cowok berkaos kaki panjang yang mengajak Catur berputar.

Tadinya Catur mau menolak, tapi berhubung yang mengajak berputar itu teman dekatny, apa mau dikata. Dia harus mau, lagipula anggap saja Frisna itu cowok pirang tadi. Dengan begitu dendamnya akan terbalaskan.

Catur mengangguk. Menggengam tangan Frisna. Putaran pertama, kedua, sampai ketiga masih aman. Mereka berdua semakin berputar seperti gasing. Berputar ke segala arah sampai akhirnya Frisna terjatuh. Melihat itu, Catur terlihat senang.

"Stop teman-teman," suara si vokalis kembali mengintrupsi.

"Untuk terakhir kali buat lingkaran besar!!!" teriak sang vokalis lantang.

Jika dalam lingkaran besar pertama Catur tak ikut berpartisipasi. Untuk lingkaran kali ini, dia ikut. Tidak peduli siapa yang berdiri disebelahnya ia menyatukan tangan dengan orang disebelah kanan dan kiri.

" Suara terompet menggema, kembang api menyala.
Tiba waktunya bersuka ria.
Buang segala duka, ganti dengan bahagia.
Selamat tahun baru, kami ucapkan.."

Lingkaran terpecah.

Catur jingkrak-jingkrak, pogo kanan, pogo kiri. Bodo amat dengan orang yang terkena pogonya. Dia tidak peduli yang terpenting adalah perasaan dalam dirinya segera hilang, pergi, dan berharap tak akan pernah datang kembali.

Berjoget dengan brutal. Dia menyerang siapapun yang berada didekatnya. Tidak peduli dan saling menyakiti.

Tiba-tiba...

"Anjir, bokong semok gue! Huee~" seorang cewek terjatuh karena ulah Catur.

Catur menghentikan gerakannya. Karena tidak mau dibilang sebagai cowok yang tidak bertanggungjawab Catur pun membantu cewek itu.

"Sialan. Cowok sialan!!!" kata cewek itu berdiri.

"Ye, kalo gamau jatuh minggir yang jauh!"

Karena kesal cewek bermata hitam bening itu menginjak kaki Catur. Beruntung cowok berkulit sawo matang itu memakai sepatu boots yang cukup tebal. Sehingga injakan si cewek tak mempunyai efek samping di kakinya.

Catur tersenyum penuh kemenangan. "Injekan lo gak berarti buat gue."

Cewek itu memicingkan mata. Dalam berapa detik mata mereka saling bertemu. Ya Tuhan, mata hitam itu mengingatkan Catur pada seseorang.

"Aah... Ahh.. Aahh..." Catur meringis saat satu cubitan kecil berhasil mendarat di puting susu mininya. Cubitan bertahan sampai beberapa detik sampai mata Catur berkaca-kaca karena saking nyerinya.

"Rasain tuh! Dasar cowok sialan!" makinya lalu pergi dari hadapan Catur.

"Dasar cewek sialan!!!" teriak Catur.

Cewek itu berbalik, tersenyum miring. "Syukur-syukur gue gak cubit titit lo!!!" balasnya lalu melanjutkan langkahnya.

Catur bergidik ngeri sembari menatap sesuatu dibawah sana. Menutupnya dengan kedua tangan, "ih, ngeri."

#SASAJI

Tiang Tresna Bli Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang