Impian Utama

18 12 4
                                    

Berjuta impian terukir indah di dunia setiap manusia. Begitu juga dengan Aku. Aku akan mencoba merealisasikan semua impianku itu. Dengan sepenuh kekuatanku. Dan inilah awalnya.

Meskipun saat ini masih pagi, Aku harus semangat mengawali hari yang penuh dengan impian.

"Assalamualaikum...bu Yanti..." sapaku sambil mencium tangan beliau.

" Waalaikumsalam..mau berangkat sekolah Aisyah..."

"Iya...bu...."

"Hati-hati ya...." Mengelus kepalaku.

"Iya bu... mari...". Aku pergi melanjutkan perjalananku dengan Shindi.

Lancarkanlah semua kegiatanku ya Allah....untuk menggapai impianku.batinku.

Kalau di tanya apa sih yang menjadi impian terbesarmu? Sedikit cerita aja.

Ya Aku punya impian. Mungkin impianku ini menjadi impian bagi semua anak kepada kedua orang tuanya. Impianku sangatlah simpel....

Yaaaituuuu....

Yang pertama menyenangkan hati serta mengangkat derajat kedua orang tuaku. Dan yang paling utama adalah...

Jeng...jeng... Jeng....

Menghajikan Ayah dan Bunda. Kalau bisa sih seluruh keluarga besarku.

Amiiinnn....

Siapa sih orang yang akan menolak untuk pergi haji, ini adalah moment bagi setiap muslim atas panggilan Allah.

Aku akan berada di masjid yang menjadi pusat bagi para muslimin dan muslimat di seluruh dunia. Menjadi destinasi seluruh umat islam. Masjid dil Haram serta Masjid Nabawi.

Duh....Aku ingin sekali membawa seluruh keluarga besarku untuk melaksanakan rukun islam yang ke 5. Ada Ayah, Bunda, Shindi, kakek, nenek, paman, bibi, dan lain sebagainya yang penting semua keluarga besarku.

Kami semua mengelilingi Ka'bah dengan mengucap.

Labbaiqaallah.....Huma lababbaiq...labaiqakala lasarikalah......

Sambil melambaikan tangan kanan kepada Ka'bah. Mencium tangan seperti melakukan kiss bye. Selama bebebrapa kali. Dengan perlahan Tetesan demi tetesan mengucur dari dalam kelopak mata yang mengguncangkan hati serta merasuk sanubariku.

Mataku sudah hampir tidak bisa melihat dikarenakan bengkak. Bagaikan ikan lohan yang matanya melotot, itu semua di sebabkan tangisan kebahagianku.

Aku mulai mendekat kepada Ayah dan Bunda, dengan tangan kanan memegang Ayah serta tangan kiri memegang Bunda. Ku bawa keduanya menuju lebih dekat dengan Ka'bah. Melintasi lautan manusia yang beragam macam suku, bangsa, negara dari seluruh belahan bumi ini.

"Allah kami memenuhi panggilanmu....tolong permudah kami.... Allahu......Ak.."

"Kakak....kakak...kamu kenapa?" Shindi mencoba menyadarkan Aku sambil menoyor-noyor badanku. Membangunkanku dari lamunan. Hah hanya khayalan? Batinku.

"Kak ini kenapa? Sampek keliru masuk kelas orang. Kelas kakak disana ". Menunjuk salah satu ruangan yang ada di seberang kelas.

"Iya..iya... kan kakak lupa baru masuk pertama kali nih, udah sana masuk ke kelasmu". Perintahku pada Shindi untuk masuk ke kekas yang Aku masuki tadi.

***

Aku pergi berjalan menuju kelas ku. Dan ini dia kelasku, kelas IX A. Akhirnya Aku bisa masuk kelas unggulan. Sebenarnya Aku dari dulu sudah masuk kelas unggulan ya tapi itu kelas B dan C, itu tidak se favorit kelas A.

Menurutku kelas A adalah kelasnya para ilmuwan-ilmuwan karena menjadi barometer bagi sekolahan karena disinilah banyak para siswa siswi olimpiade yang membanggakan sekolahan. Dan Aku sekarang masuk disini.

Ih... rasanya tu kayak jadi bidadari yang ada di dalam surga. batinku saat masuk kelas.

"Bismillah hirrohmanirrohim......"ucapku saat masuk dengan melangkahkan kaki kanan.

Kulihat kelasku yang baru dengan seksama mulai dari atas (asbes) yang dihiasi dengan pernak-pernik berupa tulisan penyemangat belajar dan beberapa replika planet hingga kebawah (lantai) yang sangatlah besih dengan bangku yang tertata rapi, bahkan Aku melihat dari sudut pintu yang Aku berdiri sekarang sampai ke ujung paling terjauh dan kelas ini benar-benar luas sekali.

Ini akan benar-benar menyenangkan. Bagaimana tidak, ini adalah kelas unggulan yang menjadi impian bagi para siswa siswi di Madrasah Tsanawiyah At-Thoibah.

Iya memang sekolahanku tidak ada embel-embel negeri tapi sekolahku ini sangatlah favorit bahkan lebih unggul dari pada SMP atau MTs negeri di wilayah ini.

Banyak keluarga kaya yang berbondong-bondong memasukkan anak mereka untuk sekolah disini. Dan Aku sangatlah beruntung bisa sekolah disini. Bisa dibilang hanya 1 banding 100 orang yang bisa masuk sekolah ini tanpa sepeser pun biaya.

Aku kasih tahu sedikit ya tentang sekolahku. Untuk dapat masuk kamu harus membayar 5 juta itu pun yang paling minimum. Itu hanya masuk, belum uang gedung, SPP tiap bulan, pakaian dan semua kegiatan belajar sekolah.

Bisa di bayangkan kan berapa uang yang harus di bayar untuk sekolah disini. Jadi alhamdulillah banget Aku bisa masuk disini tanpa biaya sepeser pun plus di bayar tiap bulannya. Ya lumayan untuk memenuhi semua keperluanku di sekolah elit ini.

Aku bisa sekolah disini karena prestasiku saat Aku masih sekolah dasar oleh karena itu Aku mendapatkan undangan dari sekolah ini, siapa sih yang akan menyianyiakan kesempatan yang langka. Buat apa sekolah di tempat lain kalau kamu bisa sekolah gratis plus pesangon lagi.

"Woi...minggir woi..." terdengar suara di belakangku.

Dia menyenggol bahuku dari belakang hingga tubuhku terdorong ke depan.

"HEI..."

"Mangkanya jangan di depan pintu ngalangin jalan!!!." Balasnya sambil berjalan menuju salah satu bangku. Dengan gayanya yang sok cool.

"Astagfirullah....Siapa sih?...kurang ajar banget... nggak tau sopan santu ya..." batinku sambil kembali berdiri dengan merapikan baju.

Peselancar LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang