Kapten

14 4 1
                                    

Suasana kelas terasa sunyi dan nyaman, setelah bacaan do'a usai semua orang terdiam membisu, semuanya sibuk mengeluarkan buku masing – masing dan membacanya dengan serius.

Mereka semua bagaikan robot yang di setting hanya untuk belajar. Sangat disiplin dan rapi.

Tapi ini adalah kelas Aku damba – dambakan sejak dulu. Tidak seperti kelasku yang dulu, ramai dan bising oleh suara teman – temanku yang hiperaktif serta kelakuan mereka yang urak – urakan.

Eiiittt... meskipun begitu meraka juga pintar dan cerdas – cerdas lho. Mereka semua sangat ramah dan penyanyang. Itu semua membuatku sangat rindu dengan kehangatan mereka.

Tidak seperti disini, semua orang berperilaku dingin bak es batu balok yang berada di dalam freazer.

Tapi berbeda dengan temanku satu ini, Abila Anisa yang baru Aku kenal. Dia seperti temanku dulu. Dia seperti sungai di tengah – tengah gurun pasir yang gersang yang Aku cari – cari. Dia telah mengobati kerinduanku kepada semuanya.

***

Terdengar derap kaki melangkah mengenakan sepatu pantoufel dengan bunyi yang khas. Langkah tersebut berhenti tepat di depan pintu kelas. Pintu yang terbuka di ketuk.

"Assalamuaikum....."

Seorang perempuan yang masih muda dengan membawa setumpuk buku berdiri di depan pintu. Penampilannya sederhana dan tidak berlebihan. Dengan mengenakan jubah berwarna cream serta kerudung yang menutupi tubuhnya hingga bagian kedua tangannya. Postur tubuhnya tinggi semampai dan lansing. Loh kok Aku tahu ya dia langsing . lukapan saja.

Beliau melangkah menuju meja yang ada di bagian ujung.

"Selamat pagi.....anak – anak....."sapanya dengan ramah.

Setelah sampai di meja beliau meletakkan barang bawaannya dan langsung berjalan menuju depan salah satu meja siswa yang duduk di depan.

"Hai anak – anak.....perkenalkan nama Ustadzah Thalita Azahra....kalian bisa panggil saya ummi atau ustadzah Thalita." Beliau memperkenalkan diri.

"Karena sekarang saya akan menjadi wali kelas sekaligus ummi kalian di sekolah" dengan sumringah.

Semuanya terdiam dengan hanya membalas senyuman simpul. Kecuali Aku dan Nisa yang menyapanya.

"Asslamualaikum ustadzah...."secara bersamaan.

Entah itu sopan atau tidak tapi itu sudah menjadi kebiasaan ku sejak dulu. Tapi temanku yang satu ini juga sepertinya mengikuti langkahku.

Ustadzah Thalita menoleh kearah ku dan Nisa. Beliau tersenyum kepadaku dengan lesung pipinya yang manis. Lalu membalas salam kami berdua.

"Walaikumusalam....."

"Iya baik saya akan mengabsen kalian. Seperti pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang....oleh karena itu ustadzah harus tahu nama – nama kalian."

Dia berbalik menuju meja dan duduk. Dia membuka buku absen dan mengabsen satu persatu siswa. Dan yang pertama kali di sebut adalah temanku.

"Abila Anisa"

"hadiroh...."jawabnya sambil mengangkat tangan kanan.

"Aminul Fathur."lanjutnya.

"hadir..."jawabnya

Dan kemudian namaku di panggil

"Aisyatul Hikmiyah"

"hadiroh ustadzah..."ku angkat tangan kananku.

Ustadzah tersenyum kepadaku dan melanjukaan mengabsen siswa sampai nomor absen yang terakhir.

Setelah semua siswa di absen kemudian ustadzah Thalita memulai pembicaraan. Beliau memberikan motivasi dan semangat untuk belajar dan tak lupa juga beliau menyinggung tentang pengurusaan kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Peselancar LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang