Saat aku menyetir mobilnya, tiba tiba ada Jin berdiri depan mobil. Dia membuatku kaget dan hampir menabraknya.
"Ya! Hyung, kau sudah gila?! Aku hampir saja menabrakmu."
"Tolong aku!" Ucapnya kemudian tak sadarkan diri.
"Jisoo!!! Cepat bawa Jin Hyung ke dalam mobil!"
"Ne.."
"Jin oppa, kau kenapa?! Bangunlah!!" Ucap Lisa lalu menangis.
"Ayo kita bawa masuk dia ke rumah sakit." Ucapku lalu keluar mobil dan memanggil perawat.
"Perawat!! Tolong! Ada yang pingsan."
"Ne.." ucap perawat dan membawanya masuk ke UGD.
"Haduhh bagaimana ini... Jin oppa kenapa?!" Ucap Lisa dengan nada tinggi.
"Tenanglah Lisa!" Ucapku menangkannya.
"Ya! Diam saja kau!"
"Dasar Kurus! Dikasih tau malah ngeyel!"
"Bodo amat."
"Sudah! Berhentilah bertengkar! Kalian ini mau dimanapun, kapanpun berantem mulu kerjaanya!" Omel Jisoo.
Seorang namja keluar dari UGD.
"Teman kalian, dia tertembak di bagian perutnya. Jadi kami harus melakukan operasi darurat."
"Lakukan apapun untuk membuat dia selamat! Putakhe!"
"Ne.. registrasinya kalian bayar saja di administrasi."
Namja itu meninggalkan kami.
"Aigoo.. Jin oppa. Maafkan aku, karena sering berkata kamu itu gila. Jungkook juga mianhae." Jisoo mengusap rambutku pelan.
"Aku akan membayar tagihan administrasinya dulu." Aku menarik tangan Lisa dan membawanya ke administrasi.
"Apa apaan kamu ini! Main narik tangan aja, gasopan tau ga!" Celoteh Lisa, dia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tanganku.
Lisa POV*
Aigoo.. apa apaan sih si Idiot megang megang tangan aku, tapi ini semua membuatku berdebar debar.
Setelah kami membayar administrasi, kami kembali ke UGD. Tapi tiba tiba, aku tersandung kaki sendiri. Dengan sigap juga si idiot menangkapku, dengan posisi diangkat.
Aishh.. dia malah membuatku tambah berdebar debar.
Beberapa saat kami saling bertatapan. Lalu si idiot itu bertanya,
"Apa kau baik baik saja?""Ne.." dengan muka kaget plus ga percaya.
"Yasudah kalau begitu." Ucapnya lalu menurunkan aku dari pangkuannya.
"Ya! Kau tau tidak aku sampai berdeb." Kata kataku terhenti, karena kalau si idiot itu tau, dia akan kege eran.
"Kau mau bicara apa?" Ucapnya lalu mendekatkan wajahnya dengan wajahku, jaraknya hanya 10 cm.
"Ani.." ucapku dengan wajah memerah.
"Ahh yang benar?" Wajahnya semakin mendekati wajahku, yang sekarang jaraknya hanya 5 cm.
"Ne.." wajahku semakin memerah dan aku rasa wajahku seperti terbakar.
"Kenapa wajahmu memerah?" Tanyanya lalu mengusap pipiku.
"Ani.."
Aigoo.. apa apaan ini? Dia membuatku tidak bisa bicara sepatah katapun selain ani.. dan ne..
Lalu yang semakin membuatku tidak percaya adalah..
To be continue..
Garing ya?
Jangan lupa vote ya! Gomawo!