Leonardo Da Vinci 1

279 23 10
                                    

(Tidak selamanya cinta itu mudah)

Part 1.

Aku tak mengerti..

Bagaimana seterang-terangnya cinta

Cinta berselimut kabut berpendar samar

Tak tersentuh

Mungkin ini hanya rasa, bukan cinta..

Melainkan cinta?

*

Langit gelap. Bintang tak nampak tertutup awan yang kehitaman itu. Bulanpun begitu. Memandang langit kosong dari balkon kamar membuat Shilla mendengus keras, hati kecilnya berharap ada bintang, bulan, atau setidaknya cahaya dari balik bulan saja itu sudah cukup. Tapi tidak ada satupun harapannya itu terwujud.

Hampir setiap malam, Shilla menyisakan waktunya menikmati alaminya langit malam. Dia menyukai benda-benda langit. Tidak ada kata yang bisa menyamakan perasaannya ketika melihat langit. Ini terasa aneh di dadanya, rasa aneh yang menyenangkan. Seperti rasa damai, tetapi yang Shilla rasakan lebih dari perasaan itu. Menurutnya, memandangi langit adalah candu yang tidak bisa dilewatkan, kecuali ketika hari berhujan.

Angin berhembus kencang menerpa dirinya. Shilla bergidik kedinginan, kemudian merapatkan sweater biru yang dikenakannya.
“Non Shilla? Loh Non Shilla kok belum tidur? Sudah malem lho, Non... Besok kesiangan sekolahnya..”

Shilla menoleh ke belakang darimana suara itu berasal. Bi Srikandi berdiri di sana membawakan segelas susu putih hangat. Sedari dulu, Bi Srikandi terlampau perhatian padanya, hampir seperti perhatian ibu untuk anaknya sendiri. Shilla tersenyum pelan, “Mmm, ntar dulu deh, Bi.. Taruh aja susunya di meja, gakpapa kok, Bi.. Nanti Shilla minum,”

“Nda, Non.. Non Shilla harus minum ini sekarang, terus habis itu Non Shilla tidur..”

Shilla menoleh ke langit sekali lagi, lantas terpaku agak lama, hatinya merasa enggan meninggalkan langit gelap itu. Angin berdesir lagi, menjadikan Shilla bergidik kedinginan.

“Ayo, Non, langitnya nda kemana-mana kok, Non, besok juga masih ketemu sama langit, Non...” tuntut Bi Srikandi.

“Iya-iya, deh, Bi...”

Shilla masuk ke dalam kamar, menuruti semua nasihat baik Bi Srikandi yang setiap malam diucapkannya. Biasanya, setelah meminum segelas susu hangat, dan cuci muka Shilla sudah mengantuk. Agaknya hari ini lain, Shilla belum bisa terlelap di balik selimut hangatnya.

Shilla hanya terdiam mematung di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar. Pikirannya mengelana jauh, menerawang kehidupan dirinya sendiri. Dia dilahir oleh keluarga berada. Dia sudah memiliki segalanya, sejak ia dilahirkan ke dunia ini. Ya, sebelum takdir mengubahnya. Mengubah dunianya yang sempurna, menjadi hidup tanpa kebahagiaan. Papanya hancur berkeping dalam insiden itu. Papa tidak pernah kembali lagi. Sampai kapanpun Shilla menanti, Papanya tidak mungkin datang. Dan Mama... Shilla pasrah, dia sering menangis kalau memikirkannya. Betapa bahagianya keluarga mereka dulu... Andai saja waktu bisa kembali..
*

Shilla.

            Dunia ini dipenuhi hal-hal yang tak terduga. Dalam keadaan ini, kurasa kalimat itu berlaku. Sungguh, hal ini tidak bisa kunalar oleh otakku yang cetek selama aku bersekolah di sekolah SMA Garuda. SMA Garuda merupakan SMA terfavorit sepanjang masa di kotaku. Mayoritas siswanya ber-IQ tinggi. Tingkatan kemampuan otaknya mulai dari jenius yaitu pemilik tingkat pertama, kemudian cerdas, serta kategori paling rendah itu pintar. Proses seleksinya sangat ketat demi mencapai siswa unggulan. Prestasi yang telah di ciptakan sudah tidak bisa diragukan lagi. SMA Garuda terletak di tempat yang strategis, dan berfasilitas paling lengkap.
Aku malas membahas ini-itu tentang sekolahku, tetapi gossip terhangat yang tidak bisa kunalar itu adalah: MARIO ALEXANDER pindah kelas dan akan satu kelas denganku! Sedikit bocoran, kelasku itu kelas paling unggulan, sekaligus kelas akselerasi pula. Aku tidak menyangka dia bisa dimasukan ke kelasku! Dia adalah murid terbrandal di SMA Garuda.

Leonardo Da VinciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang