Leonardo da Vinci 5

81 1 0
                                    

Leonardo da Vinci

(Tidak selamanya cinta itu mudah)

Part 5.

Aku tidak mengerti mengapa rasa itu harus ada, jika nantinya rasa akan berujung duka, dan jika nantinya rasa harus dienyahkan karena dia tak merasakan apa arti rasa yang sama kepadaku.

Untuk apa aku terus menerus bersama rasa, jika senyatanya rasa tidak perlu ada?

*

Rio menahan napas. Shilla baru saja melewatinya! Dadanya itu berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Sampai sekarang jantungnya itu masih berdebar-debar tidak stabil. Sensasi itu masih terasa lekat di hatinya. Rio merasa.. ketika Shilla melewatinya, dunia menjadi lambat. Siklusnya bergerak pelan. Dunia sekitarnya berhenti bersuara. Hanya keheningan akibat pikirannya yang hanya terpaku pada satu orang, Shilla.

“—Yo!!” teriak Gabriel keras. Mengembalikan kesadaran Rio yang masih tertinggal.

“Eh, iya, Nyet. Apaan?”

“GINI DEH! GINI!!!” decak Cakka kesal. Tangannya itu terlipat di dadanya, pertanda dia jengkel. Rio mengangkat alisnya.

“YO! Gue tau itu barusan SHILLA. Itu SHILLANYA ELO. Tapi BIASA aja, BISA KAN?! Katanya elo GAK SAYANG, Kenapa LO liatin dia SEGITUNYA? NGAREP NGOMONG AJA KALI!!” imbuh Cakka lagi. Sepertinya Cakka benar-benar marah. Terkadang Cakka itu memang aneh, sering mempengaruhi agar orang mengikuti apa omongnya, tetapi dia juga marah ketika orang itu tidak konsisten untuk mengikuti jejaknya.

Sebelum Rio belum sempat berucap lagi, Gabriel bergumam pelan, “Rencana gila lo gimana kabar Yo?”

Rio mengangkat bahu. Malas mengungkit-ungkit lagi perkara itu. Baginya itu mungkin sudah selesai. Sudah tertutup.

Mengingatnya kembali, sama saja menguak luka lama yang sudah lama akan disembuhkan.
“SAMA CEWEK MACEM SHILLA AJA LO GAK BISA NAKLUKIN, YOO-YOO! PARAH!!! BENER PARAAAH!!!” racau Cakka.

“Mario Alexander, baru PERTAMA kali ngedeketin cewek, terus DI TOLAK MENTAH-MENTAH! TELAK LO, YO!! Bukannya bales dendam, justru DI-REN-DAH-KAN!!! Jatuh udah IMAGE LO! Dunia tau kali Yo, kalo lo kode dia! Dan ini balesannya? KACAU YO! KACAUU!!” Cakka meracau lagi.

Telunjuknya itu menuding-nuding wajah Rio. Kali ini Cakka benar-benar tersulut emosi, entah kenapa. Mungkin dia kesal kepada Shilla karena terlalu merendahkan ganknya. Ganknya itu jauh lebih bermartabat daripada Shilla! Lihat saja, ganknya dielu-elukan, Shilla? Hanya menjadi bahan ejekkan para fansnya!

Rio mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Rahangnya mengeras seketika. Mencoba menahan emosi. Kalau dibalas, akan terjadi pertumpahan darah di sini. Dia hanya menatap Cakka sinis.

“SHILLA. HAHA. SHILLA. GILA LO YO SAMPE JATUH HATI SAMA DIA!”

Rio tidak mengingat apa lagi yang diracaukan Cakka. Pikiran Rio terfokus kepada Shilla. Apa yang diucapkan Cakka tadi memang benar adanya.

Rio mencintai gadis itu. Semestinya ketika gadis itu melewatinya, tidak perlu ada rasa yang mengembang di hatinya, melainkan rasa benci disana, tetapi tidak bisa. Diam-diam, kepingan kejadian malam itu kembali membayang diotaknya. Terutama tamparan itu. Rasa dari tamparan itu masih sangat nyeri. Mungkin dia memang tersakiti, sayangnya itu tidak menutup alasan untuk berhenti mencintainya. Rasa cinta itu masih utuh di sana.

Mengetahui dia bahagia itu sudah lebih dari cukup, dan jika dia bahagia, maka aku akan berusaha baik-baik saja, meskipun sejatinya ulasan senyum itu adalah senyum kepalsuan.

Leonardo Da VinciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang