Bab 12 : oh my god !

722 77 5
                                    

sebelumnya ..

GrandNana mulai terfokus pada Teta, Kedua tanganya mendekap Tangan Kanan Teta. Zav menggantikan tugas Teresa meminumkan darah Vampirenya. Begitu berhati-hati hingga dalam botol kecil itu tidak terdapat satu tetes pun drah yang tersisa. Zav mengangguk kearah Nana sebagai tanda dia sudah melakukan tugasnya. GrandNana tersenyum menenangkan pada Zav.

Zav bisa melihat sendiri Mata coklat GrandNana berubah menjadi keperakan dan saat itulah sebuah cahaya putih keluar dari tangan GrandNana yang memegang erat tangan Teta. Perlahan cahaya itu menghilang seolah terserap kedalam tangan Teta. GrandNana meletakan kembalai Tangan Teta ke atas permukaan ranjang begitu pula Zav.

"Setidaknya kita harus menunggu 48 jam, Alpha. Semua butuh sebuah proses bahkan jika itu sihir sekalipun."

sekarang..

Sesuatu menyentak dalam benak Teta, rasanya seperti terjatuh dalam mimpi. Kedua matanya terbuka dengan tegas dan langsung bisa melihat langit-langit putih yang tinggi. 'Rumah Sakitkah ?' tanya dalam hati. Saat matanya mengedar diharus menutup mataya melihat betapa silaunya cahya matahari masuk dari dua psang jendela yang terbuka. Telinga menangkap suar-suara di luar ruangan dan beberapa orang melawati pintu begitu saja.

Sebuah ingatan mengahantam otaknya membuat dia menangis. Bahkan ia seolah bisa merasakan kembali sakit saat dia jatung terguling, jatuh kedalam air yang dingin dan menghantam batuan. Pertanyaan -kenapa membanjiri otaknya lagi, sungguh dia bisa menerima sakit fisik sampai mampu melampaui batas yang dapat di terimanya, tapi di khianati ! sangat menyakitinya. Air mata turun dengan deras dari kedua matanya. Tanganya ingin memukul-mukul dadanya yang terasa sesak tapi tidak mampu untuk dia angkat dengan kemampuannya sendiri.

Kepala sakit sekali seakan-akan ada seseorang yang menarik rambutnya helai demi helai.

"A !" suara yang keluar sangat aneh dan sulit sekali keluar. Barulah Teta merasa begitu kehausan. Rasanya harus segera meminta tolong seseorang. Otot-otot tubuhnya mengencang kaget. Teta bisa merasakan seluruh tubuhnya terluka. Dia menangis lagi dengan suara isakan yang tidak bisa keluarkan. "aA ! ha!." 'Sakit! sakit ! sakit !' batin Teta berteriak. Dia begitu merasa lemah setelah 12 tahun berlalu, dia merasa dia kembali lemah.

.

.

Zav merasakannya dadanya rasanya begitu terhimpit. Nick melantang kata Mate begitu keras. Tidak memedulikan dirinya yang sedang mengerjakan berkas penjualan perkebunan pack dia berlari. Teta ! hanya itu yang di pikirkannya sekarang. Berlari tak memedulikan Tom berteiak dan memakinya untuk kembali. Setelah sekian lama, Zav kembali membuat kehebohan di rumah sakit dengan suara langkahnya yang menggema keras seperti benturan di lorong rumah sakit.

Tanpa peduli lagi dia buka pintu yang menutupi ruang dimana Teta berada. Pintu putih itu sampai membentur dengan suara yang lumayan membuat jantung melompat. Dia bisa melihat Teta tersentak dan memalingkan wajahnya ke arahnya. Zav senang ternyata kelopak mata Teta telah terbuka. Manik Teta yang indah menatap matanya juga. Zav melangkah cepat mendekat ke ranjang. Dia segera menggenggam tangan kanan Teta dengan perlahan penuh kehati-hatian.

"Latetia.." Zav menyebut nama Teta seperti desahan nafasnya. Dia begitu lega, hingga tanpa sadar dia sudah mengecup tangan Teta yang ada di genggamannya. Setiap mendaratkan kecupan Zav begitu menikmatinya hingga dia menutup kedua matanya. "Latetia.." kecupan panjang dia daratkan di buku jari Teta.

"Oh, Latetiaku.." suara bergetar penuh rasa yang sulit di jelaskan oleh dirinya sendiri. Kelopak matanya di buka dan kini bersitatap lagi ke wajah Teta. barulah dia sadar mata teta merah dan ditutupi air matanya di sudut matanya, jangan lupakan jejak air mata di pipi. Zav merambatkan tangannya ke pipi kanan Teta dan mengusap Pipi itu dengan lembut. Zav bisa merasakan di bawah telapak tangannya basah karena bekas air mata yang baru melewatinya.

Teta merasa matanya kembali memanas saat di tatap penuh perhatian oleh pria yang menyelamatkannya. Benar saja air matanya menggulung turun begitu saja. 'Zav..' panggilnya dalam hati. Teta melihat sendiri Zav begitu panik dan menggelengkan kepalanya cepat. Kedua pipinya sudah di tangkup dengan tangan besar milik Zav.

"Jangan menangis lagi, Kau membuatku sedih.." Katanya serak dan ekspresinya mendukung kesedihan. "Aku ada di sini untukmu dan selalu di sini. Berhentilah menangis, kumohon !?"

Teta tersentuh saat melihat ekspresi Zav yang begitu terluka seakan dialah yang memilki kesedihan berat. Suara Zav juga terdengar begitu pelan sekan-akan suaranya akan melukai dirinya. Teta mengangguk mengiyakan permohonan Zav. Seketika itu pula Zav tersenyum begitu tampan. "Kalau begitu tersenyumlah untukku.." Zav menurunkan tangannya.

Teta seakan tidak bisa menolak. Senyum yang paling tulus di perlihatkan pada Zav. Entah Cuma perasaannya atau apa tapi dia tadi melihat pipi Zav memerah muda sebelum dia menunduk dan berdeham kecil. "Oh ! kau baru saja sadar. Apa kau memerlukan sesuatu ? Apa ada yang sakit ? Aku harus memanggil Teresa untuk memeriksa kondisimu."

Teta menggerakan tangannya yang tadi di cium Zav yang sekarang sudah mampu ia gerakan. Perlahan meraih jemari-jemari Zav di dekatnya. Itu menghentikan rancauan Zav yang terdengar menggelikan di telinganya. "Ah ! A ! kha- Ssh !" Suaranya masih saja tak bisa keluar. Namun Zav langsung tanggap dan mengangguk. "Aku mengerti, Aku akan memanggil Teresa juga dan mengambilkanmu air." Teta menggelangkan kepala pelan tak setuju, dia tidak mau di tinggal sendirian di tempat asing apalagi rumah sakit. Matanya berkaca-kaca lagi.

Zav membalas tangan Teta dengan menggenggamnya erat. "Aku tak akan meningalkanmu. Aku akan menggunakan MindLink untuk memanggil Teresa." Telunjuk Zav menempatkan di pelipisnya. "Aku tidak akan kemana-mana." Tambahnya. Kini Teta mengangguk dan bisa merasakan selang pernafasan mengganggunya.

Tak selang berapa lama seorang wanita cantik berambut pirang masuk dia mengenakan jubah dokter dan di belakangnya perawat wanita muda berjalan dengan membawa nampan berisi Teko air bening dang gelas kosong. "woah. Kau benar-benar sudah bangun. Selamat datang Luna." Wanita yang di yakini Teta dokter itu menyapanya, tangannya terampil mengecek kondisinya dari alat-alat kedokteran. Perawat muda tadi mengiling air ke dalam gelas yang ada. Tiba-tiba saja kepala Teta terangkat sedikit lebih tinggi. Ternyata dokter wanita itulah yang melakukannya pada ranjangnya.

Zav meminta gelas yang sudah terisi air pada perawat itu. Dia langsung duduk menyamping di sampinya dan mendekatkan gelas pada mulutnya. "Perlahan saja, dalam tegukan kecil." Peringat Zav. Teta menurut, dan mendekat pada bibir gelas.

Satu tegukan air mengalir membasahi Tenggorokannya rasanya luar biasa. Teta menjauh sedikit untuk berdeham, dan kembali mendekat untuk melanjutkan minum. Teta menengguk dengan rakus saat rasa segar air menderanya. Dia mengangguk saat merasa cukup.

Zav menjauhkan gelas itu dari Teta dan menyerahkan kembali pada Perawat untuk di letakan di meja nakas. "Lebih baik ?" Tanyanya.

to be continue~~

Saya pusing bgt, mengeluarkan apa yg tertahan di otak biar jadi sebuah jalan cerita .. maaf ya belum memuaskan.(¯―¯٥)

SeeUu(*˘︶˘*).。.:*♡

HONEY TRAP : The Real !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang