Part 11

2.1K 225 5
                                    

Aku mengikat tali sepatuku dengan cekatan—ruangan ini begitu ramai penuh dengan teriakan kelima gadis lainnya yang sibuk berdandan. Aku berdiri cepat lalu menghela napas panjang, “Aku siap!”

Semua pandangan tertuju padaku lalu mereka semua berteriak—aku menutup kedua telingaku, “Apasih?” teriakku balik.

“Kau menggunakan sneakers?” Eleanor akhirnya bersuara—sedangkan yang lainnya hanya menggeleng tidak percaya.

Aku duduk disalah satu bangku rias lalu mengerucutkan bibirku, “Ini satu-satunya sepatuku yang ada disini”

“Oh ayolah—“ Danielle berujar, dia melirik ke arah Perrie.

“Apasih?” Perrie memutar lensa matanya kesal.

“Pinjamkan sepatumu” Demi berujar—aku hanya menggeleng sambil tersenyum, “Tidak perlu”

Perrie mendengus kesal.

“Perrie” Taylor ikut bersuara.

Perrie membuka kopernya dan ternyata berisi beberapa gaun dan beberapa pasang higheels. Astaga , dia niat sekali. Perrie tersenyum miring ke arahku, “Cepat pilih atau aku akan berubah pikiran”

*

Aku berjalan dengan begitu hati-hati karena tidak mau terkilir hanya karena higheels setinggi 5 cm ini! astaga, aku sudah minta flatshoes atau higheels yang lebih pendek lagi namun Perrie tidak membawanya, dia malah bilang aku kampungan.

Setiap gadis didepanku disambut oleh pasangannya masing-masing, aku hanya menghela napas—sabar, nanti juga ada Justin. Louis berjalan terlebih dahulu ke arah mobil bersama Eleanor—Niall terakhir bersama Demi, dibelakangnya ada aku.

Aku melihat Niall berkedip ke arahku sambil tersenyum—astaga, sadar Kathryn. Dia sudah punya Demi, eh tapi tunggu dulu mereka tidak pernah saling memanggil sayang atau berciuman? Apa mereka HTS alias Hubungan Tanpa Status.

Ah sudahlah, ngapain sih aku mikirin itu.

*

Terdengar tepuk tangan riuh dari sampingku—aku tidak berkutat dari ponselku, Justin tidak bisa dihubungi! Astaga, sial. Padahal acara ini sudah dimulai—sekarang saja Simon sedang memberikan kata sambutan.

Oh tuhan, kau akan datang bukan?

Lalu, tiba-tiba terdengar bunyi nada awal musik what makes you beautiful dari panggung—aku mendongakkan kepalaku sebentar, yatuhan itu One Direction! Mereka akan bernyanyi.

Aku menggeleng—tidak, tidak. Aku harus fokus untuk menghubungi Justin terlebih dahulu. Aku menelepon Justin lagi namun tidak ada jawaban malahan teleponku direject!

You're insecure,

Don't know what for,

You're turning heads when you walk through the door,

Don't need make-up,

To cover up,

Being the way that you are is enough,

Terdengar suara riuh dari sampingku—aku menoleh, Liam berjalan ke arah kami lalu mengecup punggung tangan Danielle dan membawanya ke atas panggung. Tinggal kami berlima.

Everyone else in the room can see it,

Everyone else but you,

Aku menoleh lagi kesamping dan menyadari bahwa Taylor sudah berada di panggung bersama Harry—astaga, aku akan nampak konyol duduk sendirian di barisan ini. Aku terus mencoba menghubungi Justin namun tidak diangkat—oh, baiklah aku dikerjai.

Alunan musik terus berjalan sampai aku menyadari bahwa hanya akulah yang tersisa. Dan, akhirnya Justin mengangkat teleponku! Aku berteriak haru—lalu berjalan cepat ke arah toilet.

“Justin kau ada dimana? Kau sudah terlambat tau” ujarku sambil bersandar di dinding toilet.

“Terlambat apa?”

“Pestanya..” ujarku berusaha menenangkan diriku sendiri—dia akan datang bukan?

“Oh pesta, maafkan aku Kathryn. Aku lupa”

Aku membekap mulutku sendiri—aku tidak boleh mengeluarkan isakan. Ini bahkan tidak lucu, tidak ada nada penyesalan disuaranya.

“Tidak apa bukan?”

Aku mengangguk—bodoh dia tidak akan menyadarinya.

“Kathryn?”

“Ya tidak apa”

Lalu, teleponnya dimatikan. Aku menyerah pada akhirnya aku tetap menangis—aku tampak konyol, haha. Aku satu-satunya yang datang sendiri, aku tidak peduli pada make upku yang luntur. Aku berdiri lalu memandang diriku sendiri dikaca—tidak, Kathryn.

Kau harus tersenyum, aku tau kau kuat.

Kau sudah lebih sering dikecewakan sebelumnya bukan?

Leave vomments:) jangan cuman dipart akhir doang.

Unpredictable >> 1DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang