Part 19

1.9K 225 19
                                    

Long chapter agaiin!

Pandanganku menjadi remang remang—aku berjalan dengan langkah berat, menulusurkan jari tanganku ke dinding berharap bisa dengan cepat menemukan kamar penginapanku.

304?

305?

306?

Ya itu dia, 307. Akhirnya, aku baru saja akan menempelkan kartu kamarku kalau saja orang itu tidak memutar kenop pintu terlebih dahulu. Aku melihatnya dia Harry-sang-menyebalkan namun ia terlihat kesal?.

Namun aku tidak mempunyai waktu lagi untuk bertanya apa yang membuatnya nampak kesal. Kepalaku sudah berdenyut, kakiku juga, ingus tidak mau berhenti keluar dari hidungku dan terlebih badanku yang sudah terasa mendidih ini.

Aku baru saja akan menghempaskan badanku ke atas kasur kalau saja pria menyebalkan itu tidak mencengkram tanganku dengan kasar memaksaku tetap berdiri dan tersadar.

“apalagi sih Harry?” tanyaku seolah-olah tak berdaya. Hei, Kathryn. Kau tak boleh nampak lemah, ayolah. Setidaknya jangan terlihat lemah dihadapan orang jahat ini.

“Habis kencan sama Louis? Tidak puas hanya dengan Niall? Kau mau menghancurkan hubungan orang juga?” ujar Harry dengan nada setengah bergumam—namun, setiap kata di kalimatnya itu menyakitiku.

Aku berusaha memfokuskan kembali mataku—menatap lekat-lekat mata pria dihadapanku itu lalu aku menggeleng dan berpegangan pada lengan kekar pria tersebut menjadikannya tumpuan kekuatanku untuk berdiri.

“Aku lelah Har. Bisa biarkan aku istirahat sebentar?” ujarku berusaha tetap tersadar.

“Kau tidak tidur sama Louis disebelah?” ujar Harry sembari melepaskan pegangan tanganku.

“what?” aku nyaris terjatuh saat Harry melepaskan tanganku dengan kasar.

“Kau tidur saja sana, bitch.” ujar Harry dengan nada membentakku sekarang?

“apaan si Harry” aku mengacak-acak rambutku frustasi.

Harry membanting gelas kaca yang ada di atas meja didekat kasur tersebut. Membuatku melongo menatapnya, aku memutar lensa mataku.

“what do you want?” ujarku berusaha tidak menaikkan nada berbicaraku.

“Menurutmu apa? Aku hanya minta kau tepati janjimu kemarin. Remember that?” Harry berusaha menurunkan nada berbicaranya, namun sama saja. Itu masih menyakitiku, dari cara ia menatapku dan berbicara padaku sekarang. Seolah-olah aku adalah seorang pengkhianat.

“Up to you” Ujarku menyerah, aku langsung berbaring meringkuk didalam selimut berusaha menahan air mataku. Sudah berapa kali aku menangis beberapa hari ini? Weak.

Hening.

Harry tak menjawab namun aku bisa mendengarnya. Dia memasang kembali sepatunya, lalu mengambil mantelnya dan pergi membanting pintu?.

Aku tidak perduli lagi, sekarang kamar penginapanku ini bahkan tak terlihat begitu jelas. Dalam waktu kurang dari 3 menit, aku sudah jatuh tertidur.

*

 

Aku mengerjap-kerjapkan mataku, menekan-nekan pelipis kananku yang masih terasa sakit. Aku berjalan dengan sempoyongan menuju dapur, lalu membuka tudung saji makanan diatas meja makan.

Kosong.

Apa yang aku harapkan? Berharap ibuku akan memasakkanku bubur? Tidak mungkin, aku tidak dirumah saja mungkin dia tidak sadar apalagi untuk mengantarkan bubur ke London. Impossible.

Unpredictable >> 1DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang