Part 17

2K 227 18
                                    

Dia melihatnya.

Tidak dia tidak melihatnya.

Iya dia melihatnya.

Tidak, tidak Kathryn. Positive thinking, okay?

Harry menoleh ke arahku, memperlambat langkah kakinya hingga aku dan dia berjalan berdampingan sekarang. Dia tersenyum dengan senyumnya yang penuh kelicikan dan kemenangan seolah dia bisa membaca pikiranku.

Aku memalingkan wajah, menghindari tatapannya.

“Kenapa? Takut Niall lihat?” ujar Harry sembari tertawa, dengan tawa-yang-tak-bisa-diartikan. Aku memegang pelipis kanan kepalaku, seolah merasakan denyutan disana yang teramat sakit.

Untuk pertama kalinya, aku merasakan bernafas itu sulit.

“You think?” ujarku berusaha menajamkan setiap kata dikalimat tersebut.

“Kathryn, Kathryn. Haha..” Harry mengulangi namaku berulang kali diselingi tawa penuh kemenangannya tersebut. Ia berhenti berjalan, lalu memutar badanku menghadapnya—membiarkan mataku bertemu dengan matanya.

“what?” tanyaku dengan nada kesal? Mungkin.

“Kau pikir untuk apa aku memelukmu kalau Niall tidak ada disana?”

Tanpa kusadari aku membesarkan kedua bola mataku.

“c’mon babe. You know the reason lah” ujar Harry, lalu melirik ponselnya yang bergetar.

“I must go, bye” ujar Harry lalu mengecup keningku dan melambai penuh kemenangan padaku.

Dunia serasa berputar, hingga tanpa aku sadari aku sedang mencengkram salah satu batang pohon dan berusaha mengatur napasku lagi. Ini semua sangat sulit dicerna—terjadi begitu saja.

Aku Kathryn Bravo. Semua orang memanggilku Kathryn. Lalu, aku dipukul oleh salah satu directioner dan aku berpura-pura sakit agar bisa dekat dengan one direction. Lalu, Niall menyatakan cintanya padaku. Aku bilang ini terlalu cepat. Lalu, aku terjebak pacaran kontrak bersama Harry. Niall tahunya aku pacaran dengan Harry. Dan aku menyukai? Aku menyukai..

“ah sudahlah” aku menyuarakan pikiranku, lalu berusaha melangkahkan kedua kakiku yang serasa berat menuju tempat persiapan pembuatan mv Happily—alasan kenapa kami semua berada disini sekarang.

 **

“Hi” Liam tersenyum padaku, lalu duduk disalah satu bangku yang mengelilingi meja di pesisir pantai tersebut. Saat ini matahari nyaris terbenam dan proses syuting video klip terbaru idol band—One Direction ini disudahi tentunya.

“Hello, Mrs.Styles” ujar Louis menyapaku, lalu mengambil satu kaleng minuman soda yang terletak diatas meja tersebut. Aku masih sibuk mencari sosok Niall dikerumunan para kru tersebut.

“Oh c’mon, is that real? Dia bahkan tak membantah saat dipanggil seperti itu” ujar Zayn sembari tertawa dan duduk dihadapan Liam.

“dipanggil apa?” aku baru menyadari mereka sedang membicarakanku.

“Mrs.Styles” ujar Louis sambil membuang kaleng soda yang sudah habis tersebut.

“What? Kapan?” ujarku tak sadar, lalu tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang dan mencium pipi kiriku—aku langsung memutar lensa mataku saat mengetahui orang kejam tersebut lagi yang melakukannya.

“Oh c’mon Harry stop it.” Ujarku mulai merasa risih, Harry berhenti melakukan hal yang menjijikkan tersebut lalu duduk disampingku. Dan, yang kutunggu-tunggu datang—Niall Horan. Dia langsung mengambil burger yang terletak diatas meja sebagai jatah cemilan mereka tentunya.

“So, Lu bakal pergi sama Kathryn dong har? Prom nite?” Tanya Zayn sambil memainkan iphone nya. Niall melahap burger tersebut dengan cepat lalu memilih duduk disamping Liam.

“what? Prom nite?” Tanya ku begitu saja. Mataku masih memerhatikan blonde man tersebut diam diam—berharap tak ada yang menyadarinya.

“yeah, prom nite babe. Di malam terakhir kita disini” ujar Harry menekankan kata ‘babe’ dikalimatnya tersebut membuat aku merasa ingin lari sekarang juga. Aku bisa merasakan tubuh Niall yang mendadak tegang—seperti menahan emosi.

Yap. Tentu saja dia begitu, bagaimana mungkin aku seperti memberinya harapan dalam beberapa hari terakhir ini. Lalu, tiba-tiba pacaran dengan sahabatnya sendiri? Look like a bitch. Oh mungkin, aku memang seorang bitch.

“oh c’mon jangan bermesraan dihadapanku please” ujar Louis bercanda sembari menunjukan weird facenya. Semua orang tertawa, kecuali aku dan Niall.

“trus Taylor gimana Har? Kau baru putus bukannya? Dan sekarang kau sudah bersama wanita lain?” Tanya Liam setengah bercanda.

Oh ya. Betul, Taylor. Aku nyaris lupa dengannya, bagaimana mungkin mereka bisa putus? Tapi tak heran juga sih mereka putus, kalau aku jadi Taylor sih aku tidak akan menerima pria ini. Aku rasa seorang Taylor Swift sangat tidak pantas untuk bersanding dengan pria seperti Harry.

“oh c’mon Taylor itu masa lalu” ujar Harry menanggapinya dengan santai.

“so, Harry with Kathryn, Liam with Danielle, Zayn-Perrie, Me with Eleanor ofcourse. How about you Niall? Sama Demi ya?” Tanya Louis menatap Niall yang sedaritadi diam memaku.

“ofcourse Demi lah. Haha” ujar Harry menjawab cepat, membuat Niall meremas kaleng soda kosong yang habis diminumnya tadi. Niall melempar kaleng tersebut dengan tepat ke tong sampah yang ada dibelakang aku dan Harry. Membuat kami semua kaget.

“jangan suka ngurusin urusan orang lain bastard. “ ujar Niall sambil tersenyum dan meninggalkan meja tersebut.

Jantungku terasa berdetak lebih cepat, aku tak pernah melihat Niall seperti itu—belum pernah tentunya. Matanya yang teduh berubah gelap dan serius. Tanpa aku sadari aku sudah berlari dibelakangnya mengikutinya dan memeluknya.

“jangan begitu lagi!” ujarku setengah berteriak. Aku bisa mendengar detak jantung Niall sekarang. Dia memutar badannya menghadapku, lalu menatap mataku lekat-lekat.

“tell me, you’re dating him right?” Tanya Niall, tangannya mencengkram pergelangan tanganku kuat yang aku yakin akan menimbulkan tanda merah disana.

“ini tidak seperti yang kau pikirkan” ujarku berusaha berbicara dengan tenggorokanku yang serasa mati rasa sekarang.

“answer me, Kathryn” ujar Niall setengah berteriak—berusaha meredam emosinya.

“Niall, I..” belum selesai aku berbicara, tangannya sudah mengenggam liontin yang baru saja diberikan Harry tadi dimana terukir ‘KH’.

Hening.

“I, I’m sorry Niall” ujarku berusaha menghindari tatapan matanya. Hatiku terasa tersayat sekarang—aku mengkhianatinya.

“YOU’RE A BITCH. YOU SAID IT'S TOO FAST. AND KNOW?” Niall membentakku sekarang, aku. Aku tak tahu harus melakukan apalagi.

“Kau bisa mengatakkannya langsung, Kath. Tidak begini. You give me hope then..” Niall melepas cengkraman tangannya dari tanganku, berusaha meredam emosinya.

“Kau baru saja menghancurkanku, Kath.” Sambung Niall—napasnya terengah-engah sama sepertiku. Aku menyeka air mataku yang menetes entah kenapa.

No, I’m not Niall. This is fake. THIS IS FAKE.

“forget it” ujar Niall setengah bergumam, lalu berbalik dan berjalan pergi.

Don’t leave me, Niall. Jangan pergi.

Aku mengenggam liontin pemberian Harry tersebut. Tanpa aku sadari aku mencengkramnya kuat lalu menjatuhkannya—menginjaknya, seolah barang tersebut adalah barang yang harus dihancurkan jika tidak aku akan mati karena nya.

Lalu, aku jatuh tersungkur.

Aku menutupi kedua mataku dengan kedua telapak tanganku, berusaha berhenti menangis.

Saat ini, aku baru menyadari 1 hal

Aku mencintaimu,

Niall Horan.

A.N.

LEAVE VOMMENTS PLEASE.

Unpredictable >> 1DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang