0.5

4.6K 350 22
                                    

Seulgi membuka matanya perlahan, rasa pening masih terasa. Yang pertama ia lihat adalah ruangan yang serba putih dan bau obat-obatan yang begitu menyengat hidungnya. Dan lagi, dia melihat Sehun. Sehun? Apa dia sedang bermimpi? Bahkan sekarang, Sehun tengah tersenyum tulus padanya.

“Sehun?”

Seulgi mengubah posisinya menjadi duduk, tak lupa juga Sehun yang membantunya keposisi duduk.

Ini benar Sehun? Suaminya?

“Bagaimana kabarmu hm?”

Seulgi yang masih berfikir bahwa semua ini mimpi, hanya bisa terdiam dan melihat Sehun dengan mengerjap-ngerjapkan matanya.

Jika ini mimpi, ia berharap agar tidak terbangun.

“Se— Sehun?”

Lagi, ia berkata seperti itu. Sehun tersenyum dan mengelus rambut Seulgi lalu membawanya kedalam dada bidangnya.

Seulgi yang masih terkejut hanya bisa diam.

“Maaf.”

“Kau benar Sehun?” Seulgi terus saja memperhatikan Sehun yang tersenyum tulus padanya.

Sehun mengangguk, “Iya, ini aku.”

Seulgi dengan cepat memeluk Sehun. Sehun agak tersentak kaget, ia kira Seulgi tidak mau bicara lagi padanya atau apapun itu. Tapi, dugaan dia salah, Seulgi malah memeluknya seperti sekarang ini.

“Sehun, kau kemana saja?” tanya Seulgi, dengan dihiasi suara isak tangisnya, jujur Sehun sakit mendengarnya.

“Maafkan aku.”

“Jawab aku!” nada bicara Seulgi sedikit menaik, ia memukul dada bidang Sehun dengan sekuat tenaga yang ia punya.

Sedangkan Sehun, ia masih memeluk Seulgi dan terus menerus mencium puncak kepala istrinya itu.

Please, babe, kau sedang hamil, jangan membuang tenagamu percuma.”

Irene terus menerus berteriak tak jelas dikamarnya. Dia terus menerus, bersumpah serapah dan terus menerus meneriaki nama Oh Sehun.

Kini, kamarnya terlihat seperti kapal pecah. Bahkan kaca besar yang ada dikamarnya itu pecah karena Irene melemparkan vas bunga besar kearah kaca besar itu.

Keadaan Irene sangat berantakan. Rambut kusut, make-up nya luntur, dan jangan lupakan air matanya yang terus menerus keluar.

“Kenapa?!”

Teriaknya lalu membanting semua barang yang ada didekatnya.

Para pekerja dirumahnya terus-menerus mengetuk pintu kamar Irene, dan mencoba untuk mendobraknya. Tapi nihil, Irene mengunci pintunya. Para pekerja khawatir, takut jika Irene akan melukai dirinya sendiri.

“Cepat, hubungi Tuan Kim!”

Tak lama setelah itu, Tuan Kim yang mereka maksud datang dengan wajah yang begitu cemas dan panik.

“Ada apa?” tanyanya pada para pekerja yang sedang berdiri didepan pintu kamar Irene.

“Tuan Kim, Nona Irene, dia terus mengamuk semenjak Tuan Oh meninggalkan rumah ini.” jelas salah satu dari mereka.

Ada perasaan sesak yang ia rasakan. Kenapa Irene selalu memandang Sehun dan kenapa dia selalu diabaikan? Bahkan, saat Sehun meninggalkannya Irene sangat frustasi, bukankah dia yang tulus mencintai Irene yang harusnya dipandang?

“Sehun pergi?”

Ada perasaan senang juga yang terselip dihatinya. Sehun pergi, itu berarti Sehun lebih memilih kembali kepada istrinya dan juga peluang untuk mendapatkan Irene semakin besar.

Bad Husband • Seulhun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang