Diujung jalan sepi ini, aku berhenti. Mataku tak dapat berpaling dari pemandangan yang tak seharusnya kulihat. Sahabatku sedang bersama seorang wanita yang tak lain tak bukan adalah pacarku sendiri. Hatiku remuk seketika melihat mereka berpelukan layak sejoli yang selalu susah untuk bertemu, layaknya pasangan yang backstreet, saling membagikan rasa cinta satu sama lain. Segera aku melangkahkan kedua kakiku menuju tempat dimana mereka berada. Sepertinya mereka menyadari keberadaanku. Mereka langsung menghentikan acara berpelukan mereka dan menoleh kepadaku.
"Shawn" Hailee, kekasihku ah mungkin akan menjadi 'mantan kekasihku', terkejut melihat keberadaanku yang mungkin berada diluar perkiraannya.
"Aku bisa menjelaskan ini semua" ekspresi yang sama ditunjukan oleh Roy, sahabat yang menusukku dari belakang.
"Cukup! Aku ga butuh penjelasan kalian berdua! Kalian berdua itu sama aja! Sama sama busuk!" aku menarik napas diantara napasku yang berderu. Aku menatap Hailee intens," Mulai detik ini, aku mau kita putus" ucapku final. Kemudian kualihkan pandanganku ke Roy," Thanks ya udah pernah jadi sahabat gue, udah mau temenin gue di setiap saat, udah pernah mendukung gue disetiap saat. Dan makasih atas penghianatan ini" kemudian kupandang mereka berdua yang masih menunjukkan wajah bersalah mereka, " Terima kasih atas rasa sakit yang kalian berikan untukku" ucapku langsung pergi meninggalkan kedua penghianat itu.
***
Pagi ini, pagi yang mendung, sama seperti hati ini. Jadwal yang padat akibat berbagai kegiatan mengisi hariku. Diriku merasa bahwa tak ada lagi semangat untuk melakukan berbagai kegiatan, ini semua disebabkan oleh kedua orang tersebut. Hari ini, ketika aku mengecek hpku, banyak sekali line dan panggilan dari mereka berdua. Sekilas kubaca dari pops up notif di hpku tentang line mereka. Hailee mengirimkan pesan berisi bahwa dia sebenarnya bosen dengan diriku yang terus sibuk sehingga dia mencari teman, tetapi ketika aku mengajaknya pergi, dia malah mengatakan sibuk? sedangkan pesan dari Roy berisi bahwa pelukan tersebut hanya refleks dan jangan dengarkan Shieren. Jadi mana yang harus kupercayai? Yang pasti adalah keduanya tidak bisa dipercayai.
Dengan cepat aku melangkahkan kakiku, berjalan untuk melaksanakan aktivitasku. Tetapi langkahku terhenti. Aku melihat seorang wanita yang kakinya seperti keseleo yang terduduk di sisi trotoar. Dapatku lihat dia merintih kesakitan dan yang jelas saja, aku tidak tega melihat orang kesakitan apalagi wanita, tetapi kenyataannya malah diriku yang sering tersakiti. Kudekati wanita tersebut, kedua pelupuk matanya sedang menahan rintihan air mata.
"Hey!" sapaku
"uem" sepertinya dia terkejut melihat keberadaanku. "sshh"
"Kaki kamu keseleo?" tanyaku sopan
"ehm i-iya"
"Sini biar kubantu. Malu atuh diliatin orang" jawabku sambil terkekeh.
Dia juga membalas kekehanku. Tetapi setelahnya, canggung menyelimuti kami berdua.
"Ehm.. kita belum kenalan kan?" tanyaku pelan membubarkan rasa canggung ini.
"Eh i-iya" sepertinya dia juga merasakan hal yang sama sepertiku.
"Ehm.. namaku Shawn Peter Raul Mendes, singkatnya Shawn Mendes. Panggil aja aku Shawn" kutersenyum sambil memperkenalkan identitasku.
"Namaku Camila Cabello " wanita bernama Camila itupun mulai menlafalkan namanya dengan lafal "Ca-mi-la ca-be-yo"
"By the way kamu mau pergi kemana? Biar aku anterin, kaki kamu masih sakit"
"A-aku ingin pergi ke studio" cicitnya pelan
"Studio?" dia mengangguk "Studio apa?"
"Star Studio"
"Well! Sepertinya kita satu tujuan"
![](https://img.wattpad.com/cover/99686168-288-k652198.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTERTASTE
Short StoryHailee yang terbongkar kedoknya olehku sendiri, menusukku dari belakang, dan yang paling parah, berkhianat bersama sahabatku sendiri. Setelah peristiwa yang takkan pernah kulupakan itu, pagi ini secara tak sengaja aku mengulurkan tangan kepada wanit...