Prolog

179 21 6
                                    

Tik.. Tok.. Tik.. Tok..

Suara dentuman sepatu dari kaki yang dimiliki seorang gadis berambut sebahu terdengar jelas. Langkahnya yang cukup terburu-buru itu bisa terbaca kemana arahnya. Dapur. Ya, dapur adalah tempat bagi gadis bernama Eunbi memulai harinya. Ia tidak akan merasa tenang keluar dari rumah bila belum memasuki dapur.

"Aissh.. Eomma bahkan sudah berangkat terlebih dahulu tanpa membangunkanku.." Gerutu gadis bernama Eunbi itu saat dia melihat secarik kertas diatas meja makan,dan hidangan yang sudah dibuatkan ibunya.

Setelah sarapan,gadis berwajah cantik itu segera bergegas keluar rumah dan menuju halte bus. Ia harus berjalan kaki sekitar 5-10 menit sebelum sampai ke halte bus hang dimaksud.

"Ahh jinjja. Eomma tega sekali berangkat terlebih dahulu. Aku harus jalan kaki seperti ini kan.." Lagi-lagi gerutuan yeoja cantik itu keluar dari mulutnya.

"Yya.. Hwang Eunbi!!" Panggil seseorang yang berada di belakang Eunbi.

Dengan sontak, Eunbi menoleh dan mendapati seorang namja yang sedang mengendarai motor di belakangnya.

"Moonbin?"

Namja itu tersenyum manis. Sangat manis. Ia mempercepat motornya agar bisa menyeimbangi langkah Eunbi.

"Kau tidak berangkat dengan eomma-mu?" Tanya namja bernama Moonbin itu.

Eunbi mengerucutkan bibirnya. "Mungkin eomma-ku sedang sibuk. Jadi dia berangkat duluan." Jawabbya frustasi.

Moonbin terkekeh. "Kalau begitu kenapa kau tidak menelponku? Aku kan bisa menjemputmu. Aku kasian harus melihatmu jalan kaki.."

"Ahh jinjjayo? Aku tidak kepikiran sampai disitu.." Tanggap Eunbi cepat.

Hati Moonbin serasa seperti dipukul dengan kayu. Rasanya sakit. Namun senyumnya tidak luntur sama sekali.

'Aku tidak kepikiran sampai situ'

Yang benar saja? Itu artinya Moonbin seperti tidak pernah terlintas di pikiran Eunbi sama sekali. Rasanya sakit.

"Ah kau ini. Kajja, naik. Kita harus segera berangkat sekolah. Sebelum pintu gerbang dikunci oleh security.." Ujar Moonbin menutupi suasana hatinya yang meredup.

"Ah arraseo.." Eunbi segera naik ke boncengan motor Moonbin. Dengan polosnya, gadis itu melingkarkan tangannya sempurna di pinggang Moonbin.

'Setidaknya aku bisa hadir dalam kehidupanmu Eunbi..'

------------------------------------------------------

"Appa, apa appa yakin memindahkanku di sekolah ini?" Tanya seorang gadis mungil bersurai coklat.

"Nde Eunha-ya.. Appa yakin. Appa tidak mungkin membiarkanmu tinggal sendirian di Amerika kalau appa harus pindah tugas.." Jawab lelaki yang berstatus sebagai ayah dari gadis mungil yang bernama Eunha itu.

"Kkeundeyo.. Aku pasti akan sangat merindukan teman-temanku di Amerika. Dan appa tau bukan kalau aku sulit untuk berbaur.." sahut Eunha malas.

"Kau harus ikut perintah Appamu.." jawab Ayahnya tegas.

Eunha hanya bisa menerima kenyataan itu. Sangat sulit untuk membujuk ayahnya. Dan itu harus ia akui. Sekarang ia hanya bisa menebak-nebak bagaimana keadaan sekolah yang akan dia tempati, dan bagaimana sikap para siswa disana yang mungkin akan menjadi teman-temannya.

'Huh..' keluh Eunha pelan saat mobil ayahnya memasuki gedung yang pasti adalah tempat yang dimaksud ayahnya. Sekolah baru.

Eunha mengedarkan pandangannya. Ia mengamati. Mengamati suasana di sekolah ini. Hingga mobil ayahnya berhenti di tempat parkir.

"Ayo keluar, appa akan mengantarmu ke dalam.." ujar ayahnya membuyarkan lamunan Eunha yang sudah melayang kemana-mana.

Eunha hanya mengangguk kilas dan segera mengikuti ayahnya keluar mobil. Ayahnya sudah berjalan terlebih dahulu. Eunha hanya mengamati ayahnya dari belakang dan berniat menyusulnya nanti saja. Ia mau mengamati dulu suasana di sekolah ini. Berjalan perlahan sambil terus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru.

'BRUKK!!!'

"Ahh jinjjayo?? Apa kau tidak punya mata?" bentak seorang gadis terdengar sangat nyaring.

Eunha mengerjapkan matanya.

'Shit.. Kenapa aku harus bertabrakan dengan gadis berisik seperti dia?' gerutu Eunha dalam hati.

Ia berdiri dan merapikan bajunya yang sedikit berantakkan. "Mianhae, aku tidak sengaja.." ucap Eunha setidaknya untuk tidak membuat gadis dihadapannya mengaum.

"Eunbi?" panggil seorang namja dari arah yang berlawanan, memutuskan eye contact antara Eunha dengan gadis dihadapannya. Yang tak lain lagi adalah Eunbi.

"Neo gwaenchana?" tanya namja yang tak lain adalah Moonbin.

Moonbin membantu Eunbi berdiri. Sementara Eunha, ia sedang menyaksikan Moonbin dan Eunbi dengan wajah flat.

Eunbi berdiri dan mendekati Eunha. "Nuguya?" tanya Eunbi dingin.

Eunha mengangkat sebelah alisnya. "Bukan urusanmu siapa diriku.." jawab Eunha santai.

Eunbi mendecih. "Kau sombong sekali eoh. Kau murid baru ya?" tanya Eunbi lagi dengan nada meremehkan. Ia meletakkan tangannya di bahu Eunha.

"Eunbi, kajja kita masuk kelas." potong Moonbin yang langsung mengambil tangan Eunbi dari bahu Eunha dan menariknya untuk ia ajak masuk ke kelas.

Eunha diam. Ia menatap Eunbi sinis. 'Yeoja aneh' batinnya.

Eunbi berjalan mengikuti Moonbin. Namun pandangannya tetap tertuju pada Eunha. Ia tersenyum. Namun senyum yang cenderung terlihat seperti smirk.
.
.
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUED

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Wrong And TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang