[Light & Shadow]

1.5K 173 68
                                    

"Tak banyak yang tahu tentang hal ini dan kau adalah salah satu dari mereka. Karena itu bukan hal yang mustahil jika kami mencurigaimu." Sasuke berkata dengan santainya sembari menyeruput secangkir Americano yang belum lama dihidangkan. Ya, kafein cukup membuatnya rileks saat ini meskipun ia akui keadaanya tak segenting yang terlihat. Kalau boleh jujur Sasuke justru menantikan kapan datangnya hari ini, hari dimana Shion tersudut tanpa mampu menunjukkan taringnya. Seperti tikus basah yang terjebak dalam kaleng tertutup, tak ada jalan untuk keluar dan melarikan diri.

"Setidaknya kau tahu kakakku tidak bisa mengkonsumsi rhum. "

Wanita yang disebut namanya itu menelan ludah.

[My Crow]

An ItaFemNaru fanfiction

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : M

Genre : Romance

Warning : AU, typos, Genderswitch, FemNaru! dll


douzo!

"Alergi terhadap rhum?" bibir Naruto membulat, senada dengan sepasang mata safirnya. Dokter yang merawat Itachi mengangguk. Hal yang wajar jika Naruto penasaran tentang keadaan bosnya maka ia pun bertanya pada sang dokter seusai melakukan pemeriksaan pagi. Memang keadaannya sudah membaik, namun Itachi masih harus menjalani perawatan hingga berapa hari kedepan.


Naruto melirik ranjang Itachi yang tertutup rapat oleh tirai tosca tebal, saat ini pria itu tengah mengganti pakaiannya setelah seorang perawat membantu pria itu membersihkan diri. Itachi menolak bantuan Naruto. Mungkin dia masih belum mau melihat Naruto. Gadis itu paham jika Itachi masih marah padanya. Biarlah, Naruto bertekad akan tetap merawatnya sebisa mungkin sebagai penganti rasa bersalahnya.

Dokter dan perawat itu sudah meninggalkan mereka berdua. Itachi berbaring memunggungi Naruto. Ah rambutnya masih tersimpul sederhana jika digerai mungkin hanya menambah rasa gatal pada kulitnya. Pakaian Itachi kini berganti menjadi piyama maroon pribadinya yang semalam talah dibawakan oleh Kakashi. Bahan yang dipakai pastilah lembut dan nyaman dikulit.

Kulit Itachi masih menyisakan warna merah meskipun tak sejelas tadi malam, begitu yang terlihat dari tengkuknya.

"Um, bos?" Naruto mencoba memanggilnya dengan takut takut. "Sudah saatnya sarapan pagi. Mau kubantu menyuapkannya untukmu?"

Hening. Itachi tetap bergeming pada posisinya. Naruto tidak akan menyerah. Gadis itu berpindah posisi menjemput hadapan Itachi. "Nah bos, mungkin bubur ini tak seenak masakan dirumah. Tapi cobalah demi kesembuhanmu." Tak lupa menyunggingkan senyum untuk meyakinkan, Naruto meyodorkan sesendok bubur yang masih hangat. Berharap Itachi menyambutnya namun yang didapat?

"....."

"....."

Itachi membalik tubuhnya. Naruto mengikuti arah pandangnya tapi Itachi selalu berbalik dan membelakanginya, berulang kali, hingga Naruto kesal dan mulai kehilangan kesabaran. Aaaah sial! Mengapa jadi kekanakan seperti ini? Batin Naruto menggerutu. Jika terus begini situasi akan berakhir dengan Itachi takkan pernah menyentuh sarapannya dan Naruto pastinya gagal melaksanakan tugas, belum lagi perang dingin yang berkepanjangan tanpa berkesudahan. Oke, itu berlebihan. Tapi ayolah, Naruto hanya ingin menjalankan tugasnya dan juga...

Hup!

"H-hei! Apa yanghp," bola mata Itachi membulat, sesuap bubur membungkam protesnya. Sedang si gadis pirang justru terlihat menggebu menyendok bubur, meniupinya lantas menjejalkannya ke mulut Itachi.

My Crow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang