2

17.9K 1.5K 16
                                    


Siang hari dan dihujani panas terik begini akan terasa sangat tepat bila berbikini, duduk di tepi kolam renang memandang air bening menggenang yang manampakkan berjuta godaan untuk terjun ke dalam. Namun, apa daya itu hanya ada di khayalan Julia, di saat terik menggigit seperti ini dia malah sibuk berjinjit, menyempil di antara besi beton, melompati tanah yang siap dicor, dan merelakan rambut yang telah dicucinya kembali dihinggapi debu semen dan tanah kering yang beterbangan bebas.

Pak Hari memang bos yang paling payah dalam hal memberi instruksi. Segala perintah kerjanya tidak disertai informasi yang lengkap. Julia mendapatkan job mendesain interior hotel di kawasan Jalan Parangtritis ini, bayangannya tentu saja pekerjaan kali ini akan bebas dari debu. Namun, kenyataannya hotel ini baru saja dipugar dan dibangun ulang di bagian depan yang membuat Julia tidak bisa menghindar untuk tetap berada di lingkungan proyek yang berisik dan berdebu. Ditambah pula dengan tukang bangunan yang tidak berhenti usil menggodanya karena jadi salah satu mahkluk perempuan yang sering keluar-masuk di sana.

Julia membersihkan sisa tanah yang menempel di ujung jinsnya sebelum masuk ke ruangan hotel yang tersisa di bagian belakang, tempat para tukang yang bekerja mengolah kayu jati menjadi aneka perabot untuk perlengkapan kamar. Sedetik kemudian, gadis itu terperangah kaget melihat meja TV hasil kerja para tukang di hadapannya jauh dari hasil desainnya. Sama sekali tidak ada nilai estetikanya. Menghemat bukan berarti dibuat sekacau ini kan?

Setelah mengutarakan semua ketidakpuasannya pada Pak Ridwan, si kepala tukang, dan diakhir dengan janji pria 40 tahunan itu untuk memperbaiki pekerjaannya, Julia siap meninggalkan area proyek yang pekat dengan aroma testosteron. Arin pernah mengamuk saat pertama kali Julia mengajaknya ke sini dan menghadapi kenyataan kalau yang mereka datangi adalah proyek pembangunan hotel. Arin paling sensitif dengan pria-pria kucel berkeringat yang usil mengeluarkan aneka bunyi dari mulut mereka setiap kali melihat ada perempuan lewat. Baginya, itu merupakan sebuah pelecehan.

Julia menuntun motornya ke luar proyek, sekilas dia menangkap bayangan Pak Alan, si kontraktor hotel ini, keluar dari pintu mobilnya bersama dengan seseorang. Sedetik panglihatan Julia menyapu sosok di sebelah Pak Alan, matanya kembali menunduk berkonsentrasi pada motornya, tetapi sedetik kemudian seluruh tubuhnya tiba-tiba kaku. Dia lekas kembali mengangkat wajahnya. Benar! Sosok itu mampu membuat Julia hampir berhenti bernapas. Dia mengamatinya lebih saksama. Apa dia...Ya tidak salah lagi itu Milan! Rasanya Julia ingin menghilang seperti uap. Dia tidak siap bertemu Milan. Tidak sekarang. Dengan keadaannya yang seperti ini?

Julia meneliti dirinya. Jins hitam dan kaus oblong biru kedodoran yang dia lapisi dengan jaket cokelat bata. Yeah...padanan yang cantik! Wajah tanpa make up, berminyak pula. God! Desis Julia, dia tak tahu caranya menghindar. Dia harusnya tahu pekerjaannya akan semakin memperluas kemungkinan mereka bertemu apalagi saat dia tahu Milan ada di Yogyakarta.

Julia cepat-cepat mengenakan helm, satu satunya cara terampuh untuk menghindari pertemuan itu. Dia menghidupkan mesin motornya. Hindari kontak mata dengan Pak Alan!

"Mbak Lia!"

SHIT!!

Julia menggigit bibirnya khawatir. Pak Alan mendekat, tentu saja Milan mengekor di belakangnya. Ya Tuhan, jangan biarkan pertemuan ini terjadi. Aku masih belum bisa menghadapinya. Tuhan tahu kan kalau aku pernah menamparnya? Please...

"Sudah mau pulang, Mbak?" Tubuh Julia mendadak dirayapi hawa dingin yang menjalar dari ujung kakinya. Jantungnya tiba-tiba berdegup di luar kendali setelah dia menyadari Milan akan mengenalinya. Dia memang menginginkan pertemuan itu,tetapi bukan di sini dan bukan sekarang. Julia kembali membatin gelisah.

DESTINARE   [Bisa Baca sampai Tamat di Akun Saya di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang