Minggu kedua bulan maret.
Rasa kacau menguasai rongga dada. Matahari sudah mulai meninggi. Cahayanya yang terang telah mengulum gelap. Menghantar warna putih di sebalik jendela kamarku. Namun, belum juga ada tanda-tanda terdengar suara motor itu. Motor tiger berwarna biru. Dan hanya ia yang memilikinya di kompleks itu.
Aku mondar-mandir di depan jendela. Menunggu dengan harap-harap cemas.
Tiba-tiba ramai orang terdengar samar. Aku hendak melihat ke luar. Memeriksa. Tetapi ragu, orang akan melihatku.
Namun, suara riuh itu berhasil memancing rasa penasaran.
Diam-diam, kusibak tirai jendela kamar.Kain bermotif sulur daun pare berwarna coklat itu tertekuk sedikit. Menampakkan kaca bening penutup daun jendela.
Banyak orang berkerumun di depan rumah nomor 25. Ada kejadian tak terduga. Itu sudah pasti, hanya dengan melihat wajah-wajah panik mereka, aku tahu. Rumah yang berada di sebelah kanan jalan, tepat paling ujung. Berjarak 4 rumah dengan rumah yang aku tinggali. Setelah di pisahkan oleh jalan.
Rumah yang aku tinggali adalah rumah tusuk sate, berwarna hijau dan oranye cerah, menyamarkan modelnya yang kuno, bergaya Eropa.
Lamat-lamat suara keramaian itu sampai di telingaku. "Sejak kapan ada di sini?"
"Panggil Pak RT, cepat!"
Orang yang bersuara bas itu adalah Pak Yoga. Dan orang yang segera beranjak menemui Pak RT adalah...Bam.Aku menutup tirai dengan cepat saat Bam melintas di depan rumah. Ia sempat menengok ke arahku. Mungkin menyadari gerakan yang aku timbulkan.
Jantungku memompa darah dua kali lebih cepat."Apa ia sempat melihatku?" Aku cemas. Jari-jariku saling meremas. Mukaku tegang seperti menghadapi ruang operasi. Sesaat kemudian senyumku mengembang. Rasa hangat menjalari pipiku mengalir bersama darah merambat hingga ke hatiku. Hangat.
"Tidak. Tidak ada yang menyadari keberadaanku."
"Air...air...!" Kembali Pak Yoga berteriak meminta salah satu warga mencarikan segelas air putih.
Jadi, ada apa di sana? Aku bersungut-sungut. Masih tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E T A K
RandomRETAK Ketika retak menjadi cacat... Ketika retak menjadi tanda pengenal Ketika retak menjadi kata depan dari perpisahan Mungkinkah retak akan merekat kembali??