TASYA berjalan mnyusuri koridor seorang diri. Dia menundukan kepalanya sambil menutupi mulutnya dengan masker yang bermotif stitch,iya karna dia sangat suka sekali dengan stitch sampai wallpaper ponsel dan kamarnya pun stitch apapun hal yang berhubungan atau berbaur dengan stitch Tasya sangat suka. Oleh karna itu jika dia ulang tahun selalu dirayakan dengan tema stitch party.
Tasya sudah sampai dikelasnya dia duduk dibangku kedua dari depan meja guru, Tasya langsung meletakan tasnya dengan kasar lalu dia duduk melamun dan meneteskan air matanya satu persatu lagi. Dikelas itu hanya dia seorang diri karna memang masih pagi sekali murid-murid akan berdatangan paling sekitar pukul 06;30.
Tasya melirik jam tangannya
"paling bentar lagi mereka datang" gumam Tasya dan kembali melamun."haiiii,selamat pagiii kursi, meja,papan tulis my classroom, and goodmorning Anatasya Putri Edillia" ucap seorang gadis yang seumuran dengan Tasya wajahnya pun cantik dia bernama Adara Alexandria, iya dia adalah salah satu sahabat tasya dari keempat sahabatnya itu.
"lo tuh kebiasaan ya, nih kalo masuk kelas itu ucap salam bukannya teriak-teriak ga jelas." kesal Tasya
"yaudah sih, lo juga tuh pagi-pagi udh marah-marah ga jelas" jawab Dara.
lalu Dara menyimpan tasnya dibelakang tempat duduk Tasya.
"Sindy, Zyana mana?" tanya Tasya
"biasalah mereka mampir dulu, ke mading. Tau tuh ada apaan org rame-rame bgt, kalo gue ikut-ikutan mereka si ih males bgt deh nanti parfum gue nyatu lagi sama org lain. menjijikan." jawab Dara seraya mengusap wajah nya dengan tissu.
"oh, lebay banget si lo" ejek Tasya yang langsung beranjak pergi menuju mading yang disusul oleh Dara
Tiba-tiba ketika Tasya dan Dara keluar dari pintu kelasnya, didepan Tasya dan dara sudah berdiri dua gadis cantik yang berkulit putih gadis yang satu berambut pirang lurus, dan yang satu rambutnya dikuncir kuda.iya, mereka adalah Sindy dan Zyana sahabat Tasya.
"Tasya, Dara? kalian mau kemana?" tanya Sindy.
"Kita mau nyamperin kalian, eh kalian dari mading kan? emang ada informasi apaan sih sampe murid-murid berdesekan kaya gitu?" tanya Tasya yang kini mereka berempat berjalan masuk kedalam kelas.
"oh, itu informasi yang masuk daftar olimpiade lomba bidang sains ipa" jawab Ana seraya menaruh tasnya dikursi lalu duduk.
"ohh, pantes anak-anak pada kepo" ucap Dara sambil duduk disamping Ana.
"Btw, tadi yang masuk daftar di mading itu kalo ga salah ada Bara Wijaya deh" jelas Sindy sambil mengeluarkan cermin kecil dari dalam tasnya.
Mendengar ucapan dari Sindy dan menyebutkan nama Bara Wijaya dengan lengkap Tasya langsung tercengang, jantung Tasya berdegup kencang, lutut Tasya melemas kini fikiran Tasya kembali ke masa lalu masa dimana Tasya menyembunyikan perasaannya kepada Bara. hingga saat ini. Tetapi Bara seperti tidak memperdulikan akan hal itu. Bara selalu bersikap dingin kepada Tasya,tetapi Tasya masih ingin memperjuangkan cintanya.
Dan dia tidak memperdulikan sikap Bara kepadanya karena Tasya yakin suatu saat nanti Bara akan membalas perasaannya itu.
"Bb-bara?" gugup Tasya.
"iya Bara, masa lo ga tau. lo kan dulu pernah ngejar-ngejar dia sampe sekarang. Mungkin." ucap Ana sambil mengeluarkan buku novel dari dalam tasnya.
Menedengar lagi apa yang dilontarkan mulut Ana hati Tasya tak karuan, entah sakit ataukah senang atau bimbang Tasya dulu seperti orang yang sangat bodoh karna mengejar laki-laki yang memang bersikap dingin kepada Tasya.