Tasya dan ketiga sahabatnya itu pun keluar dri kelas dengan girangnya dan kecuali Zyana, karena tidak mengikuti pelajaran Bu Rusuh menurut mereka belajar oleh Bu Rusuh membuat penat dan bosan akhirnya mereka terbebas dari suasana itu.
"Kantin brayyy" ajak Dara dengan senyum sumringahnya.
"ih mending kita bujuk Bu Rusuh biar bisa masuk kelas" lirih Zyana dengan raut wajah yang melas.
"Ngapain sih An? kapan lagi kita diusir kaya gini? harusnya tuh kita bersyukur tau ga?!" ucap Dara.
"iya harusnya tuh kita berterimakasih sama Dara, coba kalo dia gak baca novel udh pecah kepala gue gara-gara dengerin suara toa Bu Rusuh" balas Sindy polos.
"kaki gue bisa-bisa diurut dah tuh gara-gara jadi model depan kelas" cetus Tasya sambil duduk dibangku koridor.
"emng sejak kapan lo jadi model Sya?" tanya Sindy polos.
"huftt Sindy kayanya gue kalo ngomong sama lo harus detail bgt ya,itu loh yang gue berdiri ngangkat sebelah kaki terus megangin kuping." jelas Tasya kesal.
"ohh, lagian sih lo pake acara ngomong bahasa model-model lah kan kirain gue lo model dikelas" jawab Sindy dengan polosnya lagi.
"terserah" singkat Tasya.
"emng lo gak ngerjain PR lo lagi Sya?" tanya Zyana.
"ya so pasti ngga lah Ana,dia? ngerjain PR? keajaiban dunia." sambung Dara.
Tasya hanya tersenyum kecut mendengar perkataan Dara yang memang kenyaataannya Tasya tidak pernah mengerjakan PR-nya dia selalu menyontek kepada Zyana, tapi jangan salah meskipun Tasya selalu menyontek PR temannya tetapi Tasya tidak pernah berbuat curang saat ulangan dan selalu masuk peringkat kelas.
Sebenarnya Tasya itu murid yang pintar dan pandai pada public speaking nya, namun karna sifat pemalasnya itu yg membuat Tasya sangat terlihat bodoh (wkwk author bingung juga jelasin nya).
"udah lah ayoo kita ke kantin" ajak Dara berlonjak pergi menuju arah kantin yang diikuti oleh Sindy dan Zyana kecuali Tasya.
"Sya, ayo lo malah diem aja sih?" teriak Dara.
"gue gak mau ikut, males." jawab Tasya.
Kemudian Tasya berdiri disamping pintu kelas sambil menyenderkan badannya ditembok mengahadap murid-murid yang sedang fokus belajar memperhatikan kedepan apa yang sedang Bu Rusuh terangkan.
Terlihat sekali oleh Tasya raut-raut wajah teman-temannya yg sedang belajar itu, ada yang lagi coret-coret kertas ga jelas, ada yang bisik-bisikan,ada yang tidur, ada yang melamun,ada yang lagi pura-pura dengerin padahal pandangan mata kemana aja dan ada juga yang fokus memperhatikan Bu Rusuh menerangkan, bola mata Tasya langsung menatap wajah murid itu dari kejauhan.
"Bara.." gumam Tasya
Lalu Tasya terus memandang wajahnya yg tampan bak rembulan dimalam hari, matanya indah bak pemandangan yang asri tapi sayang,hatinya tak sepenuhnya dimiliki.Tasya akan tetap menunggu dan akan terus menanti walau dengan setiap harinya dia jatuh cinta kepada Bara sama saja seperti melukai hatinya sendiri tetapi Tasya tidak merasa selalu tersakiti karna berjuang sendiri dan memang pada kenyataannya Tasya memiliki sahabat yg selalu ada untuknya.
Tasya menitikan air matanya satu persatu, lalu Tasya membalikan badanya dan langsung duduk dikursi koridor sambil menyenderkan badannya ditembok.
"Ya-rabb, apakah ini yang namanya berjuang sendirian? haruskah sesakit ini? haruskah seeperih ini? apaakah ada obatnya bila aku terluka olehnya? bukankah kau ingin hamba-mu yang pekerja keras? yang sabar? dan yg tidak mudah putus asa? aku sudah menyimpannya selama 1tahun, tapi dia tidak terlalu peka terhadapku bahkan aku selalu memberi isyarat dari perlakuanku kepadanya bahwa aku 'menyukai dan mencintainya' sakit memang, sungguh sakit tapi aku tidak boleh menyerah begitu saja, aku yakin suatu saat bara akan membalas perasaanku"