Juli 2016
Kriing...
“Selamat datang!” ucap pegawai cafe itu dengan senyum ramahnya.
Aku menghiraukannya dan langsung duduk di dekat jendela, tempat kesukaanku. Sebenarnya ini pertama kalinya aku datang disini, tetapi entah kenapa aku selalu suka duduk di dekat jendela. Dan disinilah aku.
“Apakah Anda ingin memesan sesuatu?” tanya ramah seorang pegawai sambil memberikanku buku menu.
“Haruskah aku memesan sesuatu?” tanyaku balik. Pegawai itu tampak bingung sebentar lalu tersenyum.
“Jika Anda tidak ingin memesan sesuatu Anda bisa menikmati suasana sore hari disini. Lihatlah, matahari sudah tenggelam.” balas pegawai yang bernama Jun -aku melihat nama itu di bajunya- sambil menunjuk ke luar jendela. Aku pun mengikuti arah tangannya.
“Wow. Itu keren sekali.” kagumku polos tanpa mengalihkan perhatianku pada keindahan alam tersebut.
Tak kusangka reaksi polosku malah membuatnya tertawa. “Kenapa kamu tertawa?” tanyaku. Aku merasa seperti badut kali ini.
“Tidak apa-apa. Hanya saja Anda terlihat seperti baru pertama kali melihat matahari terbenam.” Jun tidak bisa berhenti tertawa.
“Memang ini yang pertama.” jawabku singkat. Jun terlihat kaget.
“Aku tidak pernah tahu kalau sunset akan begitu indah. Aku selalu takut melihatnya. Saat aku melihatnya aku selalu teringat trauma masa laluku.” ucapku sambil kembali melihat ke luar jendela.
“Maafkan saya. Saya tidak tahu Anda mempunyai trauma seperti itu.” Jun membungkukkan dirinya lalu kembali tersenyum.
Diraihnya buku menu dari tanganku. Aku memandangnya bingung.
“Kurasa Anda harus mencoba minuman ini. Akan saya pesankan untuk Anda. Tunggu sebentar.” ucap Jun yang langsung kembali ke dapur tanpa aku bisa mencegahnya.
Tak lama Jun kembali dengan secangkir coffee dan kini ia sudah berpakaian bebas.
“Silahkan diminum coffee-nya.” Jun meletakkan cangkir itu di depanku dan duduk berseberangan denganku.
“Untukku? Tunggu, bukannya kamu masih harus bekerja?” tanyaku bingung.
“Tidak, shift saya sudah habis, Minghao. Saya..”
Belum selesai dia berbicara, aku menghentikannya.
“Kamu tidak perlu berbicara formal denganku. Kurasa kita seumuran. Dan dari mana kamu tahu namaku?”
Aku memandanginya. Sebenarnya ia cukup, ralat sangat tampan, bagiku. Jun mempunyai garis wajah yang tegas dengan lesung pipi pada saat ia tersenyum. Rambutnya pun terlihat terawat dan jangan lupakan tubuh atletisnya yang terbentuk dengan baik. Hampir aku mengiranya sebagai pelatih senam dengan baju bebas.
“Tadi aku tidak sengaja melihat namamu di hpmu. Maafkan aku.” ucapnya sudah tidak dengan bahasa formal lagi.
“Sudahlah, lagipula aku tidak mempermasalahkan itu, J-U-N?” ejaku hati-hati sambil mengingat namanya.
“Salam kenal Jun.” Aku mengarahkan tanganku ke arahnya.
“Salam kenal juga Minghao.” ucapnya sambil membalas menjabat tanganku.
Tbc...
Happy reading😄😄
![](https://img.wattpad.com/cover/99956598-288-k467303.jpg)