Kuharap aku (tidak) melupakanmu

684 101 2
                                    

“Permisi, Ini Coffee Latte -nya.” senyum pegawai itu sambil menaruh pesananku itu. Aku membalas tersenyum dan memandang sebentar pesananku itu.

“Hangat..” batinku. Aku memegang cangkir itu sambil menghangatkan tanganku.

Pandanganku teralihkan lagi ke luar jendela. Di seberang cafe ada toko bunga. Disana penuh dengan bunga, bahkan bunga yang seharusnya mekar hanya pada musim tertentu ada disana. Aku selalu datang ke toko bunga itu sehabis dari cafe ini.

Terlihat di toko itu ada seorang pemuda yang sedang membeli bunga.

“Kurasa pemuda itu akan melamar kekasihnya” batinku melihat begitu banyak bunga yang dibeli pemuda itu.

Pemuda itu cukup tinggi dengan baju bebasnya. Tampak pemuda itu habis dari suatu tempat karena membawa tas ransel yang cukup besar. Walau begitu style pemuda itu terbilang bagus.

Tanpa sadar aku memandangi dan mengomentari pemuda itu yang bahkan aku tidak tahu dia siapa. Aku terus memandanginya hingga kutahu bahwa pemuda itu berjalan ke arah cafe ini.

“Apa kekasihnya ada di cafe ini?” tanyaku dalam hati sambil melihat sekeliling.

Aku tidak melihat ada yang datang sendiri kecuali aku.

“Atau pemuda itu menunggu kekasihnya dicafe ini ya. Sangat so sweet.” komentarku dalam hati.

Kini kulihat pemuda itu sedang menyebrangi zebra cross. Ternyata pemuda itu memakai kacamata gelap.

Aku tidak bisa melihat wajahnya. Saat pemuda itu hampir sampai di depan cafe, pemuda itu melepas kacamatanya.

“Tampan juga pemuda itu.” batinku.

Aku mengamati wajahnya dengan teliti. Mendadak tubuhku menjadi lemas. Jantungku berdetak sangat cepat. Sekejab tubuhku menjadi dingin.

“Tunggu, dia..” pikiranku bercampur aduk.

Mendadak aku teringat kembali masa-masa dulu, saat aku bersama dengan dia.

Ya, dia.. Dia yang sudah menghilang dari hidupku selama beberapa tahun ini. Seseorang yang ingin aku hilangkan tapi selalu tidak bisa.

Aku mengenali wajah itu. Ya, wajah itu terasa sangat familiar. Aku selalu hafal dengan wajah itu.

Mata hitam yang tajam, garis wajah yang tegas, rambut yang terawat, dan postur tubuh yang terbentuk dengan baik. Ya, aku mengenalinya. Sangat mengenalinya.

Mendadak tubuhku bangkit dari kursiku dan dengan secepat kilat aku berlari ke pintu depan, mengabaikan Coffee latte-ku yang mungkin sudah mendingin. Saat sudah di depan café, tampak pemuda itu juga kaget dan hampir menjatuhkan bunga yang dibelinya.

Aku terus terdiam tanpa bergerak dari tempat itu. Aku bisa melihatnya.

Ya, itu wajah yang selama ini aku rindukan. Wajah yang selalu ingin kulihat. Wajah dari orang yang selalu aku inginkan semenjak kejadian saat itu.

Tanpa sadar aku menangis. Aku sudah tidak bisa menghentikan air mataku ini.

“Jun..” ucapku kecil. Pemuda itu terdiam.

Tanpa berpikir lama, pemuda yang memang bernama Jun itu langsung berlari memelukku, mendekapku erat seolah tidak mau kehilanganku lagi. Bunga yang tadi dibelinya pun sudah tidak tahu kemana.

Jun sudah kehilangan akal. Jun tidak mengira harapannya selama ini akan terwujud.

***

Tbc..
Happy reading😍

HOPE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang