Part 1

3 0 1
                                    

Semilir angin berhembus tak terasa 2 tahun berlalu, bekas bekas ini masih ada bekas rindu, bekas sakit, dan bekas rasa cinta

"Gue cari ternyata lu disini' ujar dimas menghampiri riana yang sedang memejamkan mata menikmati semilir angin

"Iya seperti biasa" ucap riana

"Gak bosen apa tiap hari kesini mulu" Ucap dimas dengan menoleh menghadap riana dan riana menoleh menghadap dimas

"Gue seneng disini ada kenangan" ucap riana dengan senyum namun lirih dimas hanya mengembuskan nafas

"Dia terus dia mulu, pengang tu orang diomongin mulu" keluh dimas yang membuat riana tertawa mendengar penuturanya
"Gak usah ketawa lu, ayo ke kampus lu jadwal masuk abis ini kan" ujar dimas sambil mengandeng riana untuk mengikutinya dan riana tersenyum melihat kelakuan sahabatnya yang paling aneh

Dimas selalu tau jadwal kampus riana, karena dimas menyimpan jadwal dan terkadang dimas hapal selama 2 tahun dimas yang akan selalu mengingatkan ketika riana lupa

Meskipun berbeda fakultas namun dimas tetap perduli dan perhatian terhadap riana, begitupun sebaliknya

Namun awal pertemanan mereka tidak berjalan begitu saja awal pertemanan mereka diawali dengan pertengkaran karena dimas yang memiliki hati pada riana dan riana hanya menganggap dimas sebatas teman.

Riana tidak pernah berbohong akan perasaanya ia selalu mengatakan bahwa ia belum bisa melupakan masa lalunya.

Meskipun tindakan riana membuat sakit namun riana tak mampu menjalani sebuah hubungan diatas kebohongan
Ia lebih baik kehilangan seorang teman dari pada ia harus menyakiti perasaan orang lain dengan kebohongan

meskipun begitu dimas tetap mengerti dan tetap menyender  dengan riana sebagai tumpuan untuk selalu berada disamping riana sampai sekarang

"Na noh dapet salam dari arsyad" colek icha pada riana yang fokus pada gadgetnya dan riana menoleh dengan ekspresi jengah dan males

"Hmm"

"Wkwkk jodoh lu na menghindar mulu"

Riana membelakkan mata mendengar penuturan icha dan langsung mendorong icha dengan tenaga seribu bayangan dan benar icha langsung oleng dengan tenaga bayangan yang diberikan riana (saking kurusnya)

Disebuah malam ia berjalan bersama sang bulan menapaki setiap tapak jalan yang ia pijak

Malam yang indah dengan bintang yang rindu akan bulan
Berselimut awan tipis setipis senyumnya setipis hatinya namun seluas maafnya

"Gak capek na" ucap dimas denga tiba-tiba saat mereka sedang berjalan mencari makan

"Maksudnya?" Ucap riana dengan mengernyit tak mengerti maksud ucapan dimas

"Gue tau tadi lu liat dia disebrang sana"

Riana gugup menjauhkan mukanya menghadap ke jalan yang ramai dengan lalu lalang pejalan kaki dan hiruk pikuk kendaraan

"Gak capek 2 tahun diam dan mengharapkan na"

"Eh udah yu jalan cari makanya laper banget ni" ujar na mencoba mengalihkan pembicaraan namun dimas tidak bisa di provokasi ia tetap berdiri tak bergerak dan melihat ekspresi na yang mencoba tidak membahas masalah tadi

"2 tahun na" ucap dimas pelan namun menyayat seperti sebuah bisikan

"Lu cuman diam dan mengharapkan kaya kambing conge, kalau cinta ya berjuang lu buat dia ngeliat dia, lu buat dia ngeliat lu berharga..." ujar dimas dengan intonasi sedikit pelan namun penuh penekanan yang membuat na tak bergeming diam seribu bahasa

Setapak Menuju BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang