Pagi..
Hari ini adalah hari baru bagi kami siswa kelas 8 yang baru saja memasuki kelas 9 yey. Hari ini adalah pembagian kelas baru, cukup takut tidak sekelas dengan teman satu geng bukan disaat seperti ini? hahah iya seperti itulah yang kami rasakan..."SEMUA SISWA KELAS 9 BARU DIHARAPKAN BERKUMPUL DILAPANGAN UNTUK PEMBAGIAN KELAS KALIAN" ucap salah satu guru perempuan killer disekolah namanya Bu Ernita, dia telah menggunakan mic tetapi dia berteriak bisa dibanyangkan bagaimna suara kerasnya itu. Ia telah berbicara lebih dari 3x tetapi tetap saja yang berada dilapangan masih bisa dihitung dengan jari.
"Murid bandel" dumelnya kesal.
"Itu emak mu bising kali lan" Sabina tersenyum meledek, sabina masih duduk di kursinya.
"Idih ogah" amit amit, mungkin itu kutuknya dalam hatinya "yuk ah baris, sakit ini kuping" Wulan menarik tangan Sabina.
Sabina hanya pasrah mengikuti wulanSabina harwijoyo itulah nama panjang gadis berjilbab rabani panjang itu.
Gadis dengan jilbab rawis putih itu bernama panjang Wulan Anggraini.
***
Ditengah-tengah barisan siswa yang masih terlihat berantakan.
"Coba kelasnya sama kayak waktu kelas delapan ya, orang nya gak diubah gitu" ucap perempuan bermata sipit dengan jilbab rawis menutupi rambutnya itu, ia Tiara Fitri Maharani arkab dipanggil Cece atau Tiara.
"Tapi sayangnya gamungkin ce" jawab perempuan bertubuh kecil itu, Erni Armala akrab dipanggil Erni.
***
"Ver nanti beliin aku rokok habis pembagian kelas ya, bubar" ucap laki-laki dengan tubuh tinggi sekitar 170, berambut hitam pekat, Andi Al-hijarmus.
Ijal adalah panggilan akrab lelaki itu, hampir satu sekolah takut padanya, semacam kepala poak tetapi dia tidak mau disebut itu ia hanya pelajar biasa sama seperti kalian, ucapnya.
"Iya jal tapi kan pagar dikunci?" jawab Vieri Yusuf Hutabarat yang akrab disapa Vieri.
"Alasan aja ko,biasa lompat cendela pun"
"Iya la jal" ucap Vieri pasrah yang sebenarnya takut akan dipanggil kekantor karna lompat jendela, akan tetapi ia lebih takut dipukul oleh ijal.
***
"Iii.. Kita beda kelas ce" ucap Erni dengan nada merengek
"Aelah nik, udah kuduga" balas Tiara pasrah.
"Wulan kita satu kelas lagi wih" kata Bella menaikan sebelah alisnya bangga.
"Halah!" Wulan tersenyum sinis.
***
"Anjing. Beda kelas kita pulir" Cerutu Deden.
Deden makhluk bertubuh kecil tetapi memiliki sifat yang amat bandel, ia sudah beberapa kali menginjak ruangan kepsek tetapi masih tidak jera juga.
Pulir sebenarnya adalah nama pangilan yang diberikan oleh teman-temannya, nama asli Pulir atau Putra Liar itu adalah Muhammad Alfin, tetapi sebutan Pulir itupun sebenarnya juga memiliki sejarah tersendiri bagi dirinya.
"Iya anjing. Wali kelas aku pak Adi lagi, mampus bodo aku"
"Mati lah ko. Wali kelas aku bu Indah mantap" jawab Deden sombong.
"Alah. Kasus juga pun kau anjing!" pulir tertawa sekilas
"Sotoy kau, aku anak baik-baik masi polos" Deden membantah seakan ia benar-benar anak yang baik padahal hanya belagak sokbaik.
"Makan tu polos" Pulir membuang muka seakan ingin muntah.
"Akui aja, gak usah sirik" Deden Tertawa jahat.
"Atur den"
Deden dan Pulir menuju kebarisan serta mendengarkan apa yang di umumkan oleh Bu Ernita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa SMP
FanfictionBerawal dari kemalasan dan ketidak seriusan beberapa murid kelas, berawal dari kata 'hai' hingga menjadi tangisan yang tak diundang . ini adalah kisah anak smp yang menjadikan uang jajan alasan utama kesekolah, bukan matematika yang mereka tunggu, b...