Suasana kelas baru yang amat berisik, semua mulut terlihat terbuka, sebagian perempuan mungkin bergosip atau berkumpul membicarakan peringkat kelas yang didapatkan, berbeda dengan sejumlah anak laki-laki yang sudah dipastikan berbicara hal bodoh atau perkelahian atau bahkan bercerita hal yang tidak pantas seperti, bokep.
Ini adalah kelas IX.2. Mungkin sebagian sudah mengenal atau bahkan pernah satu kelas pada saat kelas VII maupun VIII. Tetapi bahkan ada juga yang tidak mengenal sama sekali padahal sudah hampir dua tahun bersekolah bersama.
Karena ini adalah kelas baru sehingga banyak siswa yang mengatur tempat duduk mereka sesuai hati. Suasana kelas sangat ribut hingga suara sendiri pun sulit didengar, hingga datang seorang guru berhijab, bentuk tubuhnya sedikit besar mungkin karna setahun yang lalu habis melahirkan tetapi ia tampak tetap cantik. Guru itu mengambil alih kelas sehingga kelas yang tadinya ribut menjadi hening, semua mata tertuju kepada guru dihadapan mereka, Bu Indah.
"Nak.. Suaranya dikecilkan ya" suara lembut keluar dari mulut sang guru. Bu Indah tersenyum tipis.
"Iya bu!!" jawab serentak 39 siswa didalam kelas itu.
"Karena ini kelas baru dan kalian juga sudah tidak asing lagi dengan ibu, kalian sudah kelas sembilan ibu harap kalian bersikap baik setidaknya sampai kelulusan tiba" ia tersenyum dan mengetuk papan tulis "kita pemilihan stuktur kelas dulu ya"
Semua siswa dikelas sekarang kembali berisik, saling tunjuk menunjuk untuk dijadikan ketua kelas.
"Semuanya diam!" Bu Indah memukul papan tulis amat keras sehingga semua kembali menutup mulut masing-masing walaupun pasti masih ada yang berbisik pelan. "Ibu gak mau kalian yang milih karna ibu tau pasti kalian hanya menjebak teman kalian sedangkan yang kita butuhkan adalah seorang yang bertanggung jawab" sambung Bu Indah.
"Jadi siapa bu ketua kelas kita?" Tanya Clara dengan suara cemprengnya
"Deden bu!" Teriak Ata membuat seisi kelas melihat kerah Deden.
"Eh. anjing!" Deden menendang kursi Ata yang membuat Ata sedikit tertawa. Namun suara Deden tidak sampai kepada Bu Indah.
"Deden jadi ketua kelas? Gak mau ibu, mau jadi apa kelas kita" Jawab Bu Indah yang membuat seisi kelas terawa tipis.
"Lee lah bu," Rengek salah satu siswa perempuan, Amalia Arrazaq yang biasa dipanggil Lea atau Lele.
Seisi kelas sibuk menunjuk satu sama lain dengan maksud menjebak sehingga kelas menjadi ribut.
"Jadi, ibu putuskan ketua kelas Bella dan wakilnya Lea" tegas Bu Indah.
"lah.. kok saya bu!" kata Bella tidak terima.
"Iyaiyalah. Ibu gak terima protes" Jawab Bu Indah.
"Apalah ibu ini"
"Sekretaris Tiara sama Shellen" lanjut Bu Indah.
"Saya gak mau bu" Tiara pun tidak terima karena dia sudah berpengalaman saat kelas VIII dan hasilnya sangat repot baginya.
"Yeyen kan udah jadi sekertaris osis, pramuka juga bu! Banyak kali tugas dia bu" protes Sabina.
"Jadi siapa?" tanya Bu Indah kembali
"Adinda bu sama Adhini" saran Tiara yang sebenarnya agar tidak menjadi sekretaris.
"Adinda, Adhini kalian sekretaris ya!" akhirnya Bu Indah memutuskan dan tidak menerima protes lagi.
"Iii... Ibu saya ga mau" tolak Adhini yang kini sah menjadi sekretaris kelas.
Bu Indah hanya tersenyum tipis tanda tidak memperdulikan ucapan muridnya itu.
"Bendahara Clara sama Dira ya nak, mereka udah berpengalaman waktu kelas 8 dan gak ada masalah juga" lanjut Bu Indah.
Clara dan Dira hanya pasrah menerima, sedangkan siswa lain heboh karena mendapat bendahara yang bawel kayak Clara, dan berisik kayak Dira.
"Sabina kamu seksi agama ya nak"
"Iya bu" sabina pasrah menerima
Bu Indah yang semula berada di depan papan tulis kini kembali kemeja guru disamping pintu, Bu Indah sejenak memainkan handphone karena mungkin ada pesan masuk.
Lalu Bu Indah kembali berdiri didepan tulis dan membicarakan uang kas.
"Nak nanti pasti kalian mau bikin baju kelas atau ada keperluan kelas yang dibutuhkan, kalo kita ga ada uang kas nanti kalian mau pas hari dibutuhkan menyumbang? Belum tentu kalian ada uang juga jadi, uang kas maunya berapa?"
"Ujung-ujungnya duit juga" bisik Tiara tanda tidak terima.
"Anjir" Varadira atau akrab dipanggil Dira tersenyum tipis
"Iya bu terserah ngikut aja kami" Teriak Fajri dari belakang
"Halah ga ko bayar juga pun nanti" dumel Wulan.
"Iya udah kita sehari seribu aja ya" jelas Bu indah.
Semua siswa serentak menjawab iya tanda setuju padahal akhirnya juga banyak yang menunggak.
Bel berbunyi tanda istirahat, semua siswa sibuk berlarian mengejar antrian karena sangat ramai jika kelamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa SMP
FanfictionBerawal dari kemalasan dan ketidak seriusan beberapa murid kelas, berawal dari kata 'hai' hingga menjadi tangisan yang tak diundang . ini adalah kisah anak smp yang menjadikan uang jajan alasan utama kesekolah, bukan matematika yang mereka tunggu, b...