"ALYSSA"
----------------------------------------------------------------------------
Alyssa mengayuh sepedanya dengan santai. Angin sesekali menghembas rambutnya yang ia ikat menyisakan poni yang menutup dahinya. Dengan airphone yang menempel ditelinganya Alyssa terus mengayuh sepedanya hingga sampai disekolah. Alyssa bukan tidak sanggup berangkat sekolah menggunakan angkutan umum atau sekedar diantar oleh orang tuanya. Alyssa bahkan terlahir dalam keluarga yang sangat berkecukupan. Ayahnya bahkan seorang pejabat yang memiliki posisi penting dikantornya.
Alyssa memarkirkan sepedanya dengan deratan sepeda lainya. Benar, memang bukan hanya Alyssa saja yang berangkat sekolah menggunakan sepeda. Hanya saja, disekolahnya selalu mementingkat kasta, masih mengedepankan sikaya dan simiskin alhasil Alyssa juga dicap sebagai siswa yang kurang berkecukupan karena berangkat sekolah menggunakan sepeda. Benar-benar harus diberantas.
"Alyssa!" Seru seseorang yang tengah berlari menghampirinya. Alyssa melepaskan airphonenya dan berbalik menyapa temanya.
"Loe udah liat mading?" ujarnya kembali.
Alyssa hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Sivia menarik tanganya dengan cepat menuju mading sekolah. Rasa penasaran Alyssa semakin menjadi saat semua siswa terlihat memadati mading sekolah yang terletak dilorong dekat ruangan guru. Betapa kagetnya Alyssa saat ia melihat mading.
ALYSSA SIPEMBOHONG BESAR! ALYSSA ANAK SEORANG PEJABAT YANG SELALU MEMAKAN UANG RAKYAT! ALYSSA MENGGUNAKAN SEPEDA HANYA UNTUK MENJAGA NAMA BAIK AYAHNYA! MUNAFIK.. ( Dengan Foto Alyssa yang terlihat jelek)
Alyssa mengepalkan tanganya kuat, siapa yang tega membuat Poster seperti itu. Alyssa memang seorang anak pejabat, namun bukankah tidak semua pejabat memakan uang rakyat? Alyssa sudah menebak siapa yang sudah mencemari nama baiknya. Alyssa tanpa pikir panjang menyobek dan membawa poster tersebut dengan amarah dan tangis yang ia tahan.
Alyssa menggebrak pintu ruang kelasnya dengan keras. Wajahnya memerah antara menahan emosi dan menahan tangis yang sebentar lagi pecah. Alyssa langsung menyimpan tasnya begitu saja, dan mendatangi orang yang sudah ia liat tersenyum licik didepannya.
"Mau loe apa HAH?!" ujar Alyssa dengan menahan emosinya.
"Mau gue, loe enyah dan loe jauh-jauh dari Rio!" Alyssa terkekeh saat ia tau, mengapa Shilla tega membuat poster yang membuat namanya tercemar. Ya semua hanya karena Rio.
Rio adalah pemuda yang digandrungi oleh siswa seantero sekolah, namun tidak untuk Alyssa. Alyssa bahkan menolak Rio mentah-mentah saat Rio dengan terang-terangan meminta dirinya untuk menjadi kekasihnya didepan kelas baru-baru ini.
"Rio? Jadi loe nyemarin nama gue cuman gara-gara Rio? Hahahha. CHILDISH! Loe boleh nyemarin nama gue tapi bukan AYAH GUE!" Alyssa dengan suara yang tinggi dan emosi.
"Loh? Bukanya emang kenyataankan bahwa Ayah loe seorang pejabat dan pasti makan uang rakyat iya kan. Gue bingung kenapa loe peringkat satu, padahal loe yang kayak gini aja gak ngerti!" Shilla dengan mengalihkan wajahnya mengejek Alyssa.
Kesabaran Alyssa sudah diujung batas, Alyssa kehilangan kesabaranya. Ia hendak menampar Shilla namun hatinya menahan dirinya untuk berbuat demikian. Alyssa lantas berbalik dan pergi keluar kelas. Alyssa sudah tidak sanggup dengan fitnah yang Shilla sebarkan dengan luas.
Alyssa menyusuri lorong dengan air mata yang berderai begitu saja. Ia tidak memperdulikan bel masuk berbunyi dengan nyaring. Alyssa terus berjalan bahkan setengah berlari saat ia menuju tempat dimana ia selalu menyendiri dikala lelah dan letih karena belajar. Namun saat ini, ia datang bukan karena letih atau lelah karena pelajaran namun, Alyssa lelah dengan batinya yang selalu mencoba sabar saat Alyssa memojokinya dengan beribu fitnah dan olokan lainya.
Tangis Alyssa pecah sesampainya ditempat, Alyssa merengkuhkan kakinya dan menenggelamkan wajahnya disana. Alyssa menahan dadanya yang semakin sesak, bahkan nafasnya tersenggal-senggal saat ia sudah tidak sanggup dengan sakit didadanya.
"Maafin gue ya Al." Sebuah suara tiba-tiba saja menghentikan tangis Alyssa. Alyssa mendongkakan wajahnya dan tersenyum hambar saat ia tau siapa yang menghampirinya.
"Loe, ngapain? Loe udah puaskan liat gue terpuruk karena kelakuaan Loe. Loe mau tertawa? Tertawalah .... Hiks." Alyssa dengan menghampus Air matanya.
"Gue cuman nyatain perasaan gue, gue gak tau kalau Shilla bakalan sekejam ini sama loe. Loe tanya gue puas liat loe terpuruk? Loe salah Al, loe salah! Bahkan dada gue sakit saat gue liat loe nangis gara-gara gue. Rasa yang bergemuruh dalam dada gue udah seutuhnya dipenuhi sama nama Loe. Gu.."
"Cukup Yo! Loe lebih baik jauhin gue. Seharusnya dari awal loe bantah rasa itu. Gue mau sekolah dengan tenang. Loe jelas-jelas tau Shilla suka sama loe."
"Gue sukanya sama loe Alyssa. Gue gak peduli ayah lo pejabat atau pedagang kaki lima. Yang jelas gue sukanya sama loe."
Alyssa bangkit dari duduknya namun, saat ia berhasil berdiri semua yang ia liat berputar dengan hebat. dadanya sesak. Alyssa mencoba menjelaskan kembali pandanganya namun sama saja, semua yang dilihat Alyssa terlihat semakin berputar dan kepalanya terasa berat. Alyssa mencoba meraba tembok yang ada disampingnya. Namun tiba-tiba saja semua buram dan gelap.
***
Hollaaaaaaaa! saya kembali huehehe maafin yak cerita yang Ada aku dihatimu belum bisa aku lanjutin. jadi akan upload yang baru dan ini udah aku tamatin. sebenarnya nama pemeran yang aku bikin Adlina. So, jadi maafin kalau ada nama Adlina or Lin di cerita ya hhee.
jangan lupa Vote, Coment sama share yaaa hahaha :D
YOU ARE READING
ALYSSA (END)
Teen Fiction"Gue ga mau menyalahkan takdir. Dan gue gak mau melanggar takdir. Jika memang umur gue ga akan lama lagi. Gue ikhlas. Gue ga mau langgar takdir yang sudah ditetapkan Tuhan." . . . ps: Ini cerita sudah aku rampungkan ya. jadi InsyaAll...