Hollaaaaa genk! akuh kembali... mau cuap-cuap ah biar keliatanya panjang wkwkwkw. Oh yaa kalian udah add akun IG/Twitter aku apa belum? namanya sama kok kayak Wattpad. (Promosi atuh jarang2 wkwkwkwk) apa lagi yaaa? hmm yaudah deh langsung baca aja semoga sukaaa! daan 2 part lagi ini ending nih hehehe...
--------------Happy Reading-------------------
Alyssa sudah siap dengan sepedanya yang terpakir tepat didepan rumahnya yang mewah dan besar. Lihatlah bahkan rumahnya layak disebut sebagai istana. Pilar-pilar besar menjulang tinggi menyanggah dari lantai dua ketiga. Mobil mewah dengan berbagai merk berjajar dengan cantik digarasi rumahnya. Namun Alyssa masih keukeuh mengayuh sepedanya untuk kesekolah. Sepeda pemberian sang Ayah saat ia berusia 12 tahun.
Pagi ini Alyssa dikejutkan dengan datangnya seseorang yang sudah amat sangat ia kenal. Pemuda yang membuatnya kemarin terpuruk. Pemuda yang membuat ia sulit untuk sekedar memejamkan matanya. Rio kali ini datang tidak dengan motor sport warna merahnya. Kali ini ia datang dengan sepeda yang sama dengan Alyssa. Heran! Rio yang memiliki rasa gengsi yang amat sangat besar, rela memakai sepeda hanya untuk mendapatkan hati Alyssa yang sudah menolaknya mentah-mentah.
"Pagi.." Sapa Rio dengan menghentikan sepedanya tepat didepan Alyssa.
Alyssa hanya diam dan kembali membersihkan sepedanya sebelum ia berangkat kesekolah. Saat Alyssa memilih diam, Rio tetap berusaha membuat Alyssa bicara denganya. Hingga datang kedua orang Alyssa dan melihat Rio yang tengah berusaha untuk membuat Alyssa berbicara kepadanya.
"Tidak baik membiarkan seseorang dengan sikap dinginmu Al." Ujar Yesha mamah Alyssa.
"Eh, Pagi Om, Tante." Rio dengan menggapai tangan jeen dan Yesha bersalaman.
"Udah sarapan Yo? Tolong jaga Alyssa ya. Dia memang dingin tapi jiwanya hangat kok. Om dan Tante mungkin akan seminggu keluar kota. Jadi titip Alyssa disekolahya."
Alyssa memutarkan bola matanya sebal."Loh, katanya 3 hari lagi mamah sama papah perginya. Dan aku ga mau papah sama mamah titipin aku kedia. Please mah, pah aku masih kangen kalian." Rengek Alyssa memeluk jeen dan Yesha.
"Tuh liat yo, dia kalau udah deket mamah sama papahnya manja banget kan. Gemesin bukan?" jeen dengan mengoda Alyssa yang sudah terlihat sangat sebal.
"Tau ah! Kalian emang nyeselin semuanya . Kalau Mamah sama Papah mau pergi, yasudah pergi aja. Toh bukanya biasanya ga bilang juga kan. Dan buat lo, jauh-jauh dari hidup gue!" Alyssa dengan menaiki sepedanya dan beranjak meninggalkan kedua orang tuanya dan Rio.
Dengan wajah antara rasa bersalah dan gemas. Jeen dan Yesha meminta Rio untuk mengejar dan menjaga Alyssa yang sudah meninggalkanya. Alyssa benar, bahkan Adliana tidak pernah menuntut untuk minta ini itu, Alyssa hanya ingin Jeen dan Yesha ada disampingnya. Cukup hanya itu yang Alyssa inginkan. Namun, lihatlah apa yang dilakukan Jeen dan Yesha. Mereka bahkan hanya satu hari saja menemani Alyssa dan bersenda gurau denganya. Setelah itu, mereka pergi dan meninggalkan Alyssa sendiri.
Rio terus mengayuh pedal sepedanya dengan cepat. Keringat bahkan sudah membanjiri wajah dada dan punggungnya. Rio tak habis pikir, secepat itukah Alyssa mengayuh sepedanya bahkan melebihi seperti seorang Atelit. Jarak antara Alyssa dan Rio semakin menipis. Rio berusaha sebisa mungkin untuk mensejajarkan jaraknya dengan Alyssa. Hingga, saat ini Rio sudah berada disamping Alyssa yang terlihat meneteskan air matanya.
"Al, berhenti dulu!" seru Rio dengan tetap mengayuh sepedanya.
Alyssa masih tetap mengabaikanya. Ia menghapus air matanya yang turun tanpa aba-aba darinya sebenarnya Alyssa sungguh ia tidak ingin Rio melihatnya.
Keduanya sampai disekolah yang sudah menjadi rumah kedua untuk mereka. Sepangjang jalan dari gerbang keparkiran Rio ditatap oleh puluhan siswa yang meAltas dan diam didalam lorong. Semua melihat Rio aneh. Benar, bukan kah Rio adalah siswa populer disekolahnya. Bahkan motor sport merah yang menjadi ciri khas Rio dan membuat ketampananya bertambah Rio tidak menggunakanya. Dia memilih sepeda dulunya hanya untuk Alyssa. Ya benar. Hanya untuk Alyssa.
Semua mata tertuju pada Alyssa dan Rio. Rio terus mengikuti Alyssa dari belakang. Ia mengabaikan semua yang menyapa dirinya. Mengabaikan semua yang hanya ingin melihat senyum mautnya. Kalau sudah begini, Rio ingin sekali memeluknya dari belakang, menggapai tanganya dan menyakini Alyssa bahwa ia benar-benar menyukainya dan akan tetap menjaga dirinya.
Alyssa sudah memasuki kelas namun, BRAAAK! Rio dikejutkan dengan gebrakan keras yang berasal dari kelas dirinya. Rio lantas berlari dan mencari bunyi keras apa yang membuat dadanya tersentak. Rio mengempakan tanganya dengan kuat. jantungnya seketika terhenti saat melihat tubuh Alyssa yang terbaring diubin yang keras. Rio melihat Shilla yang sedang terlihat schok karena melihat darah segar mulai mengalir dihidung mancung Alyssa.
Semua yang ada dikelas tidak ada yang membantu Alyssa. Semua terlihat schok, tidak ketercuali Sivia yang sudah merelakan kakinya untuk menopang kepala Alyssa. Sivia dengan raut kekhawatiranya terus mencoba membangunkan Alyssa yang terkulai lemah tak berdaya. Rio segera membawa Alyssa kepangkuaanya. Membawa tubuh Alyssa keUKS.
Shilla terlihat semakin murka kepada Alyssa. Tangan kokoh Rio dibiarkan mengangkat tubuh Alyssa yang membuat Shilla semakin ingin membunuh Alyssa. Tolong ingatkan Shilla jika Alyssa sadar ia akan segera membunuhnya.
-- Akan kah Shilla benar-benar membunuh Alyssa? mari kita lihat saja wkwkwk--
Jangan lupa Vote, coment dan share yhaaaaa :) Salam ukuwah!
YOU ARE READING
ALYSSA (END)
Teen Fiction"Gue ga mau menyalahkan takdir. Dan gue gak mau melanggar takdir. Jika memang umur gue ga akan lama lagi. Gue ikhlas. Gue ga mau langgar takdir yang sudah ditetapkan Tuhan." . . . ps: Ini cerita sudah aku rampungkan ya. jadi InsyaAll...