Part 5 [END]

1.1K 57 6
                                    

'Akankah takdir memperpanjang waktuku untuk terus bersama mu Al. Mengapa hatiku begitu sakit, aku bahkan tak pernah membayangkan bagaimana nanti aku jika tidak ada kamu. Sudah berapa ratus kalikah aku katakan. Hati ini hanya untuk mu. Milik mu'

-Rio-

"Bagiku, cinta itu bukan tentang harus memiliki.Tetapi cinta itu bagaimana kita bisa menjalaninya dengan rasa ikhlas. "

-Alyssa-

------------------------------------------------------------------------------


"Belajar yang rajin. Ingat! Kalau sakit kamu kambuh, telpon Papah secepatnya. Mengerti?!" ujar Papah Alyssa dengan menyecup ubun-ubun Alyssa terlebih dahulu.

"Dahh pah. Hati-hati dijalan." Ujar Alyssa dengan melambaikan tanganya.

     Alyssa melangkahkan kakinya diiringi dengan senyum yang menawan diwajahnya. Langkahnya begitu memancarkan kecerian dan rasa bahagia bagi siapapun yang melihat dirinya. Begitupun dengan sosok pemuda yang selalu mengagumi sosok Alyssa. Pemuda yang menjadi orang pertama yang mengkhawatirkan keadaan Alyssa saat ia terpuruk.

"Seneng banget kayaknya." Ujar Sivia dengan mengaitkan tanganya kepada Alyssa.

"Viiiaaaaaa! Ah gue kangen lo." Ujar Alyssa dengan memeluk Sivia begitu erat.

"Loh, yang ada gue Al. Gue juga kangeeeen bangeeeet sama lo. Lo harus janji selalu sehat oke!"

     Keduanya melangkah-kan kakinya menuju ruang kelas. Sesampainya di kelas, semua mata tertuju pada Alyssa. Semua memberikan sambutan yang hangat untuk Alyssa. Menggapai tubuh Alyssa untuk selalu sehat agar terus berada disisi teman-temanya. Terutama Rio, ia sudah menggenggam sebuket mawar yang sangat indah untuk menyambut kembali Alyssa disekolah.

"Selamat datang kembali Al. Sehat terus, sampai kapanpun hati ini milik lo." Rio dengan berlutut dihadapan Alyssa dengan tatapan nanar. Takut, takut jika kelak tidak akan ada lagi sosok Alyssa dalam hati dan kehidupanya.

"Lo, nembak gue untuk kesekian kali nya? Lo tau kan jawabanya? Dan lo seharusnya tau. Apa yang akan terjadi setelah lo berbuat gini kegue!" ujar Alyssa dengan melangkah meninggalkan Rio.

     Rio tau apa maksud Alyssa berucap demikian. Shilla? Ya Shilla alasanya adalah Shilla. Ia tau betul, bahwa Shilla tidak akan pernah menerima jika Alyssa bersamanya. Tapi, mengapa harus Rio yang menjadi korbanya. Mengapa Shilla begitu tega mencintai Rio dengan segala emosinya.

"Lo! Maksud lo gue hah!" Shilla tiba-tiba saja mengebrak meja Alyssa.

Alyssa tidak bergeming. Tetap menatap kedepan dengan wajah acuh dan tak peduli.

"Alah cewe penyakitan!"

"SHILLA!" Rio dengan emosi yang tak tertahan. Kali ini cukup! Rio tidak bisa sabar lagi. Rio hampir saja menampar Shilla karena emosinya.

"Cocok! Kalian sama-sama cocok. Ga bisa nahan emosi, maen fisik, udah kalian itu cocok. Terus kenapa selalu melibatkan gue dalam hubungan kalian. Gue itu cuman butuh tenang. Seharusnya kalian ngerti. Omongan lo yang terakhir kayaknya bener deh win. Gue cewe penyakitan."

"Al, engga. Gue tuh..

"Tumben lo nerima. Lo udah tau kalau lo sakit Kanker HAH? Lo udah tau kalau hidup lo ga akan lama lagi? Apa Rio sama Sivia ga kasih tau lo? Oh apa jangan-jangan orang tua lo juga ga kasih tau lo, kas...."

Plaaaaaaaak!

     Sivia berhasil menampar Shilla begitu keras. Matanya sudah memerah sama seperti Rio dan juga Alyssa. Alyssa hanya mematung. Pura-pura tegar namun air matanya perlahan menetes deras dipipinya membentuk sebuah aliaran sungai yang begitu jernih. Alyssa kini tau, apa penyakit yang menyerang tubuhnya. Shilla? Haruskah ia mendengar berita pahit ini dari mulut sosok yang sangat ia benci? Alyssa menghapus air matanya. Tegakah, semua yang menyayanginya menyembunyikan penyakitnya dari dirinya.

ALYSSA (END)Where stories live. Discover now