-Ruang UKS-
Rio dan Deva masih memasang wajah kekhawatiranya, pasalnya sudah 1 jam lebih Alyssa tidak membuka matanya yang indah. Wajahnya semakin pucat, Rio sudah bulat akan membawa Alyssa kerumah sakit namun, saat itupula Alyssa membuka matanya. Matanya yang coklat dan bulu mata yang lentik membuat siapa saja akan langsung jatuh cinta saat pertama kali melihat matanya yang indah.
"Alyssaaa..." peluk Deva dengan air mata yang masih tersisa diwajahnya.
"Ishhhh! Tubuh gue kenapa lagi sih Dev!" Alu Alyssa dengan membalas pelukan Deva yang membutnya lupa akan rasa sakitnya.
"Tubuh lo, cuman butuh istirahat Al. Tebak pasti lo pas malem tidur meremkan."
"Lah, emang kalau tidur merem Deva!" Alyssa dengan wajah Oonya.
"Alhamdulillah, berarti lo udah baikan. Otak lo berarti udah normal. Lo udah sehat. Hahahahahaha." Tawa Deva dan Alyssa bersamaan. Lihatlah bahkan Alyssa tidak butuh resep obat dari dokter yang harganya mungkin tidak seberapa bagi Alyssa. Tapi obat yang berarti adalah tertawa bersama dengan sahabat. Cukup itu Alalah obat mujarab yang Alyssa rasakan.
"Kheemmm.." gumam Rio yang merasa dirinya diacuhkan.
Tawa Alyssa dan Deva berhenti begitu beriringan dengan dehaman Rio. Alyssa mengalihkan pandanganya,menatap langit UKS dengan rasa yang berkecamuk dalam dadanya. Alyssa ingin sekali memeluk Rio dan merasakan dada bidangnya dan mengucapkan banyak terima kasih. Namun, apalah Alyssa. Ia hanya bisa pura-pura dingin didepanya. Pura-pura tidak merasakan kehadiranya yang bahkan nyatanya membuat dadanya berdegup dengan kencang.
"Kau mengacuhkan aku lagi Al." Ujar Rio dengan mendekati Alyssa dan seperti biasa memberikan teh hangat untuk Alyssa.
Alyssa kembali memilih diam. Entah kenapa kepalanya kembali terasa sakit, kali ini lebih sakit seperti ribuan jarum menghujam kepalanya. Alyssa mencengkram kepalanya kuat-kuat. ia mengigit bibir bahwanya untuk menahan rasa sakit yang semakin membuatnya ingin berteriak.
"Arhhgggggggg!" erang Alyssa saat ia tak mampu menahan rasa sakit dikepalanya.
Rio dan Deva sama-sama menatap Alyssa khawatir. Rio kembali memeriksa Alyssa, denyut nadiya tidak setabil. Rio segera memanggil suster yang biasa jaga diUKS sekolahnya. Deva mencoba menenangkan Alyssa dan menanyakan apa yang sakit. Alyssa meneteskan air matanya saat ia berhasil melawan rasa sakit dikepalanya. Ia menatap kosong langit-langit UKS dengan keringat yang membanjiri wajahnya yang terlihat semakin pucat.
"Dev.." Lirih Alyssa
"Ia, gue disini Al. Gue disini. Rio lagi manggil suster Al. Lo akan dibawa kerumah sakit. Lo kuat Al, demi gue ya." Deva dengan lelahan air mata kekhawatiranya.
"Kepala gue kenapa Dev. Gue ngerasa ditusuk oleh ribuaan jarum."
"Lo yang kuat Al. Lo pasti bisa nahan rasa sakit itu.
Dan perlahan mata itu tertutup kembali. Alyssa kembali menutup matanya yang indah. Deva terus menggoncangkan tubuh Alyssa agar Alyssa sadar. Namun, seperti merasa damai. Alyssa tetap menutup rapat matanya yang indah.
"ada sel kanker yang bersemayam dalam otak Alyssa. Ia akan merasakan sakit yang luar biasa jika sel kanker itu terus tumbuh, dan yang saya khawatirkan ternyata benar, bahwa sel kanker itu sudah menyebar hampir keseluruh tubuhnya. Jika melakukan mengangkatan sel Kanker, akan ada 2 kemungkinan. Pasien akan kehilangan keseimbangan tubuhnya dan mungkin Pasien akan meninggal dunia." Ujar dokter dengan berlalu pergi
YOU ARE READING
ALYSSA (END)
Teen Fiction"Gue ga mau menyalahkan takdir. Dan gue gak mau melanggar takdir. Jika memang umur gue ga akan lama lagi. Gue ikhlas. Gue ga mau langgar takdir yang sudah ditetapkan Tuhan." . . . ps: Ini cerita sudah aku rampungkan ya. jadi InsyaAll...