02

28 6 0
                                    

Suasana Bukit Menumbing terbilang cukup sejuk. Di kombinasikan dengan cuaca yang mendukung dan angin sepoi-sepoi menambah kenikmatan yang dirasakan ketika sedang menikmati indahnya sekitaran Muntok.

Banyak wisatawan dari berbagai daerah mengunjungi kota wisata Bangka Barat ini. Kota bersejarah tempat diasingkannya presiden pertama Indonesia. Ir. Soekarno.

Tak terkecuali juga warga kota Muntok, turut meramaikan Pesanggrahan Bukit Menumbing ini.

Disana kita dapat melihat berbagai macam peninggalan bersejarah. Salah satunya Mobil BN10 milik Pak Ir. Soekarno. Dapat pula melihat lubang di hutan tempat persembunyian  Pak Ir. Soekarno dari kejaran para tentara Belanda yang pada zaman itu sedang menjajah Indonesia.

Jika sudah mengunjungi Kota Muntok. Tak lengkap jika tak mengunjungi Pesanggrahan Bukit Menumbing ini. Tak terkecuali juga Nanda dan teman-temannya. Walaupun sudah pernah ke sana. Tapi rasa 'mau lagi' muncul di benak mereka selaku warga asli Kota Muntok.

-Teman atau Pacar?!-

"Akhirnya nyampe juga. Kapelan ni tanganku." Widia menggerakkan tangannya yang capek akibat mengendarai motor menanjak.

"Namanya juga naik bukit, Wid. Gimana nggak kapel. Udahlah, nikmati aja." Nanda segera berlalu menaiki puncak bukit ke bangungan utama seraya merentangkan tangannya.

"Liat tu temen kalian. Dia mah enak tinggal duduk anteng-anteng. Nggak ngerasain kapelnya tanganku." cibir Widia mengarah ke teman-temannya yang lain.

Syifa tersenyum simpul menghadapi kedua temannya itu. Ia paham Widia dan Nanda adalah kedua kepribadian yang sangat jauh berbeda. "Udahlah Wid, kalo kau capek, duduk aja dulu. Kita istirahat disini dulu. Biarinlah Nanda jalan duluan. Ntar kita telpon aja tu anak untuk tau dimana keberadaannya."

Widia mengangguk setuju. "Ya, biarin aja tuh—"

"Yang di boncengin juga sakit pinggang tau" celetuk Desy memotong ucapan Widia.

"Is" Widia hanya meringis mendengar ucapan Dessy. Dia tau memang jika yang memboceng Desy dan Nanda itu, dia dan Syifa. Tapi sudahlah nggak usah banyak debat. Makin panjang urusan. Makin gawat. Acara liburan bakalan kacau kan?

Widia duduk disamping Syifa, mengambil makanan ringan yang ada di tas milik syifa. Membuka dan memakannya. Tak perlu basa basi, Desy dan Syifa pun langsung memakan makanan ringan itu dengan nikmat juga.

-Teman atau Pacar?!-

Nanda mengalihkan pandangannya ke arah bangunan utama di Pesanggrahan Bukit Menumbing. Mencari seseorang. Nanda mengendus kesal, ketika ia tak menemukan titik-titik keberadaan 'orang'  itu.

Dengan keadaan kesal, Nanda berbalik arah menuju tempat teman-temannya tadi. Namun ia tersontak kaget ketika tiba-tiba sesosok tangan menyentuh pundaknya.

"Siapa—" Nanda menggantungkan suaranya yang nyaris menjerit. Ia tersenyum masam, namun detik selanjutnya ia menunjukkan senyum manisnya. 'Orang' yang di tunggu nya ada dihadapannya.

"Lama amat nan. Temenku udah pada nunggu nih." Suara Alfa menyadarkan Nanda dari lamunannya.

"Ah ya, maaf, kami baru aja nyampe." Nanda menggaruk tengkuk kepalanya yang sama sekali tak gatal.

"Lah terus temanmu pada kemana? Kenalin lah" Alfa menggerakkan sebelah alisnya naik turun menggoda.

"Iss, jones nya nampak sekali." sindir Nanda tertawa keras.

"Hahaha, pacar nggak ada tapi sahabat selalu ada" Alfa merangkul Nanda.

Nanda meringis pelan, 'sahabat?' batinnya teriris mendengar pengakuan Alfa. Namun Nanda tetap tertawa renyah. Tertawa terpaksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman atau Pacar?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang