Pahit

25 3 3
                                    

'Cinta. Sebuah kalimat yang akan membawamu terbang di dalamya. Lalu,kau akan di dorong sekeras mungkin hingga kau tersesat di dalamnya'

Sudah beberapa hari ini arin tidak menyentuh makanannya sedikit pun. Rasa nyeri di hatinya mengalahkan rasa nyeri pada perutnya yang sudah sejak kemarin meronta meminta asupan makanan. Dengan mata sembab arin melangkah lunglai menuju kamar mandi. Pikirnya,ia harus bangkit. Setelah berganti baju dan sedikit memoles wajah cantiknya itu ia hendak berpamitan kepada papa nya.

"Pah,arin mau pergi dulu ya kerumah temen. Arin kan udah lama gak main keluar" pamit arin hendak mencium tangan papa nya yang segera ditepis oleh papa nya

"Siapa yang bilang papa ngizinin kamu keluar? Kamu gak boleh keluar,diem dirumah aja" ucap papa membentak

"Tapi kan arin udah lama gak keluar pah" ucap arin

"Kalau kamu pergi yang jagain adek kamu siapa? Kan dikit lg papa berangkat kerja,mama kamu juga kerja" balas papa

"Kenapa papa sama mama gak nyewa babysitter aja buat jagain adek sih? Arin kan juga capek pah harus jagain adek setiap hari. Arin butuh refreshing pah,sebenarnya arin ini anak papa apa pembantu sih dirumah ini" ucap arin menggebu-gebu

PLAK

Tamparan itu lagi,berhasil membuat panas pipi arin untuk sekian kalinya. Semenjak nikah dengan ibu tiri,papa nya mudah sekali bermain tangan pada arin. Namun,arin yang terlihat periang di sekolah berhasil menutupi semua kesakitannya didalam rumah.

"Papa gak ngajarin kamu kurang ajar ya rin,sekarang masuk kamar" ucap papa

"Papa jahat" ucap arin sambil nangis terisak lalu dengan langkah gontai nya ia mengurung diri nya di dalam kamar lagi.

Arin yang selama ini berpikir jika papa nya adalah satu-satu nya lelaki yang tidak akan menyakitinya,sekarang pikiran itu punah seketika

Arin lelah,lelah sama kehidupannya dirumah ini. Ia nangis terisak sambil memeluk bingkai foto ibu nya yang masih ia simpan,yaitu foto satu-satu nya yang ia punya setelah semua kenangan tentang ibu nya di buang begitu saja oleh papa nya. Dalam isak tangisnya ia selalu memanggil ibu nya,ingin sekali rasanya saat ini juga ia dijemput oleh ibu nya,kekal abadi di surga sana.

"Bu,arin kangen ibu. Ibu kapan dateng buat jenguk arin. Ibu jemput arin aja bu disini" sela nya dalam isak tangisnya. Lalu ia terlelap

Arin tidak sepenuhnya tertidur pulas,ia masih setengah sadar dan mendengar sayup-sayup pintu kamarnya terbuka dan langkah kaki yang mendekatinya. Lalu tangan hangat sekarang terasa menyentuh wajahnya,tangan hangat yang jarang ia rasakan semenjak ini,tangan hangat yang ia rindukan,bukan tangan yang selalu menyakitinya.

"Papa minta maaf ya rin,papa sayang arin" ucap papanya yang terdengar sayup-sayup di telinga arin. Lalu sebuah kecupan dilayangkan oleh papa di kening arin. Hangat. Itu yang arin rasakan sekarang. Di dalam tidurnya,ia melekungkan senyumnya,senyum yang jarang ia tunjukkan akhir-akhir ini.

Entah ini nyata atau hanya mimpi,arin begitu bahagia. Jika ini mimpi,tolong berikan waktu yang sangat panjang untuk memeluk papa nya hangat saat ini. Batinnya

(On Going) TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang