[Seventh Day]

1.4K 264 88
                                    

Jennie POV

  "Apa maksud lo nampar Eunha?" 

Taeyong yang kaget terdiam cukup lama sampai akhirnya ia membuka mulutnya, "Gue cuma nggak mau Eunha macem-macem sama lo."

Gue membelalakkan mata gue kaget. Kalau dia khawatir sama gue, nggak usah pake nampar juga kan? Apalagi Eunha itu cewek.

"Yong, lo gila apa gimana sih? Dia tuh cewek! Lo nggak berhak nampar dia! Jangankan nampar, lo ngebentak dia aja nggak berhak!" marah gue ngebentak Taeyong.

Cewek boleh ngebentak cowok kan?

"Ok, gue salah. Tapi, gue lakuin itu juga biar dia nggak macem-macem lagi sama lo!" ucap Taeyong tak mau kalah.

"Iya gue tahu kalau lo khawatirin gue dan makasih buat itu. Tapi, nggak perlu sampai harus nampar cewek juga kan?" tanya gue sarkas.

Taeyong menghela napasnya lalu berucap, "Fine, gue bakal minta maaf ke Eunha dengan satu syarat!"

Gue tersenyum miring. "Kalau nggak ikhlas minta maaf nggak usah Yong, percuma." ucap gue.

Hello! Lo baru mau minta maaf kalau ada syaratnya? Nggak ikhlas banget!

Taeyong akhirnya berbalik badan dan ninggalin gue. Gue harap dia minta maaf ke Eunha.

***

"Jen, makasih ya, lo udah maafin gue." ujar Eunha yang tiba-tiba udah ada di belakang gue.

"Eh, iya sama-sama." sahut gue tersenyum tipis.

"Mmm ... gue boleh nanya sesuatu ga Jen?" tanya Eunha sedikit ragu.

Gue menaikkan sebelah alis gue. "Tentang apa?"

Eunha menggigit bibir bawahnya, dia keliatan ragu banget antara nanya atau enggak.

"T-taeyong."

Gue mengangkat kedua alis gue. Apa Taeyong buat masalah lagi ya?

"Lo nyuruh d-dia buat ... minta maaf ke gue?" tanya Eunha hati-hati.

Gue mengernyit heran. Iya sih, gue yang minta dia. Tapi, masa pas Taeyong minta maaf bilang karena di minta gue sih?

"Iya sih, emangnya kenapa?" jawab gue.

Eunha tersenyum getir lalu menggeleng pelan.

"Gue pulang duluan ya Jen, hati-hati!" kata Eunha lalu pergi ninggalin gue sendiri di kelas.

***

"Taeyong mana ya?" tanya gue pada diri gue sendiri.

Ini udah jam empat sore yang harusnya semua murid udah pulang dari sekolah. Gue nyariin Taeyong bukan tanpa alasan, gue mau nanya dia soal permintaan maafnya ke Eunha. Apa pas dia minta maaf mengikut-sertakan nama gue? Apa dia minta maaf nggak tulus? Apa dia minta maaf cuma karena gue minta? Soalnya gue ngerasa nggak enak pas ngeliat senyum getir Eunha.

There's something I don't know.

Gue berinisiatif buat nyari dia di ruang musik.

He love music so much. You know?

Saat gue udah berdiri di depan pintu ruang musik, entah kenapa, tiba-tiba bayangan tentang Taeyong yang lagi ciuman sama seorang cewek kembali melintas di benak gue dan itu ngebuat gue ragu buat ngebuka pintunya atau enggak.

Gue memejamkan mata gue dan menghela napas. Saat gue membuka mata, Taeyong udah berdiri di hadapan gue dengan tatapan yang ... sulit dijelaskan.

"T-taeyong." ucap gue gugup.

I don't know why I feel nervous.

Taeyong menatap gue tepat di mata. And it make me very nervous.

"L-lo kenapa ngeliatin gue kaya gitu sih?" tanya gue yang risih dan ngebuang muka.

Taeyong masih diem dengan tatapan yang sama.

"Gue mau nanya sama lo tentang--"

Belum juga gue selesai ngomong, dia udah main pergi aja ngelewatin gue. Gue cuma bisa melongo.

Taeyong kesambet apaan?

***

Gue sekarang lagi selonjoran di kasur kamar gue sambil fangirlingan.

Mantap.

"Jen, ada temen kamu tuh!" teriak Mama dari bawah.

Temen? Taeyong? Malem-malem gini?

"Iya." sahut gue.

Dengan semangat, gue make hoodie kegedean milik abang gue, Bang Mino.

Pas turun, senyum di muka gue langsung luntur dan terganti dengan senyum setengah kecewa. Bukan Taeyong yang datang, melainkan Eunha.

"Ada apa Eun?" tanya gue pas kita udah duduk di kursi teras.

Eunha bilang dia mau duduk di kursi teras aja, lebih sejuk katanya. Sejuk? Dingin iya.

"Pengen main aja," jawab Eunha tersenyum tipis, "nggak apa-apa kan?"

Pengen main aja. Harus banget malem-malem gini Eun. Nggak apa-apa kan. Lu ganggu! Buset dah.

"Oh, haha iya nggak apa-apa." sahut gue canggung.

"Lo sebenernya punya hubungan apa sih, sama Taeyong?" tanya Eunha.

"Gue? Cuma hubungan antara atasan sama asistennya doang Eun." jawab gue.

"Maksudnya?" tanya Eunha yang ga ngerti.

Sudah gue duga.

"Jadi, waktu itu gue ga sengaja nyemplungin handphone-nya ke kolam, dan dia minta ganti rugi. Sedangkan duit gue nggak cukup buat gantiin handphone dia yang mahal itu. Akhirnya, dia minta gue buat jadi asistennya deh." ujar gue panjang lebar.

Eunha mengangguk-ngangguk dengan mulut yang membentuk huruf 'o'.

"Tapi, lo ga suka sama Taeyong kan? Lo ngertilah maksud gue." kata Eunha.

Gue menelan ludah gue dan menggeleng pelan sembari tersenyum paksa.

"Karena gue suka sama Taeyong. Dan gue harap lo nggak nikung gue." tandas Eunha.

Fourteen Days; lty.kjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang