Bab 4 : Hyacinth Merah*

48 17 3
                                    

"Kita bertemu saat hatiku mencari sebuah jawaban"

Two People - Bromance


"Cowok kurang ajar! Udah ngatain gue cewek bar-bar budeg, sekarang seenak jidatnya aja ngubah nama gue jadi tarantula!"

Rea mengumpat habis-habisan, cowok ini benar -benar gila. Dia tak melepaskan tangannya meski Rea sudah meminta. Walaupun faktanya Rea sendiri yang menantang cowok itu. Dia sudah sangat kesal pagi tadi karena hukuman dari bu Jenny, dan sekarang cowok itu menambah daftar panjang kekesalannya hari ini. Rea mengambil nafas, bersiap untuk memarahi cowok yang tengah berdiri di depannya.

"Lo itu cowok apaan sih? Udah beraninya sama cewek! Ngatain gue cewek bar-bar! Dan sekarang lo manggil gue tarantula?! Lo itu bener-bener cowok berengsek!" Maki nya.

Cowok itu berdecak "Berengsek? " sekali lagi dia mengulum senyum. Rea goyah. Nyatanya dia terpikat pada wajah itu. Wajah datar tanpa ekspresi dengan mata medusa itu nampak berbeda. Rea tau ini salah, tidak seharusnya dia memuji cowok berengsek itu. Dia menggeleng pelan, menelan salivanya dan kembali memasang wajah marah.

"Ia lo itu cowok berengsek!" Ucapanya lagi, membuat sebagian siswa mendekat menambah ramai kerumunan. Bahkan beberapa siswa yang ingin membeli makanan dikantin pun urung, mereka lebih memilih menonton drama picisan ini.

"Ribut-ribut apaan sih? Lho, arsen? Ada apa? " Seorang cowok berkulit putih dan berkacamata mencoba mendekat, meminta jalan pada siswa lain untuk menepi. Arsen menoleh menatap cowok berkacamata tadi yang tak lain adalah Orion sahabatnya.

"Dia cari masalah sama gue ri!" Katanya tegas membuat Orion nampak bingung. Ini bukan permasalahan antar laki-laki tapi ini permasalahan antara laki-laki dengan perempuan yang hasilnya sudah jelas. Perempuan yang akan menang.

"Sen udah deh lepasin, lo gak malu dilihatin satu sekolahan?" Orion berbisik pada Arsen. Tapi laki-laki itu tetap kekeh pada pendiriannya, dia memang cowok keras kepala.

"Gak! Dia yang salah udah nabrak gue terus gak minta maaf, dan lo juga harus tau dia bilang kalo gue itu berengsek! " Katanya.
Orion menggaruk rambutnya yang sama sekali tak gatal, dia menoleh menatap Raka yang sudah lebih dulu melerai mereka.

"Sen, lo mau ngerusak image baik lo sendiri? Cuma gara-gara satu gelas soda? " Tanya Raka. Arsen terdiam, mencoba berfikir. Dia cowok yang perfection menganggap nama baik dan image sangat penting baginya.

Rea masih menatap Arsen, memandangnya dengan sorot tajam, dia ingin sekali memakan cowok itu. Sekarang!

Arsen melepaskan tangan Rea lalu balik menatapnya dengan tatapan membunuh, dia mencondongkan tubuhnya membuat jarak keduanya semakin dekat, bahkan Rea bisa merasakan hembusan nafas Arsen.

"Hari ini lo bisa lolos dari gue, tapi... Kalo gue sampai ketemu lagi sama lo, gue pastiin bakal... "

"Apaan sih! Jangan sok ngancem gue kaya gitu! Lo pikir gue takut!" Rea memotong ucapan Arsen, dia berusaha menutupi rasa takutnya. Untuk pertama kalinya dia merasakan sesuatu yang aneh, bukan rasa adrenalin seperti saat berhadapan dengan bu Jenny ataupun saat melakukan hal-hal konyolnya dengan Alta. Ini berbeda, ada letupan didalam hatinya. Jantungnya pun saat ini berdetak lebih kencang dari biasanya. Dia takut. Bukan pada Arsen, tapi pada perasaan yang belum pernah ia punya sebelumnya. Arsen tersenyum, melihat ekspresi takut diwajah Rea. Dia menegakan badannya. Saat sedetik kemudian mengalihkan pandangannya menatap seluruh siswa yang berkerumun disekitarnya .

"Ini juga! Ngapain pake nonton segala? Emang kalian pikir ini bioskop apa?! "Teriakan Arsen membuat beberapa siswa terkejut dan satu persatu pergi dengan rasa kecewa,mereka terdiam tak berani menyoraki Arsen. Mereka tau berdebat dengan pangeran es itu tak akan ada gunanya. Cowok itu kembali menatap Rea, dia kembali mencondongkan tubuhnya mendekatkan bibirnya ketelinga Rea.

Everything Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang