"Selalu ada kesempatan kedua tapi tidak untuk kesalahan yang sama"
I NEED U -BTS
Cowok itu berdiri disamping trotoar sambil memainkan hpnya.
Sesekali dia menghela nafas pelan, ada rasa gelisah disetiap hembus nafasnya. Dia memasukkan benda pipih tadi kedalam kantong celana, saat sebuah motor Viksen hijau mendekat dan berhenti di depannya."Nungguin siapa? " Tanya seorang laki-laki dari atas motor tadi seraya melepas helm.
"Nungguin tebengan" Jawabnya singkat, tanpa basa-basi dia naik ke atas motor dan memakai helm.
"Anterin gue ke bengkel Dim" sambungnya, sementara yang diajak bicara hanya menurut, dia kembali memakai helmnya lalu menyalakan motor dan sedetik kemudian melaju cepat meninggalkan trotoar menuju jalan raya bergabung dengan ratusan kendaraan lain.
***
Cowok tadi turun dari motor dan melepas helmnya "Thaks Dim" ucapnya.
"Yoi bro" sahut Dimas, Arsen tersenyum lalu bergegas masuk ke dalam bengkel. Saat pertanyaan Dimas keluar dari mulutnya dan membuat Arsen urung masuk kedalam.
"Besok jadi sen? " Pertanyaan itu sukses membuat Arsen berhenti dan menoleh.
"Iya, jam 6 jangan lupa dateng. Udah ditungguin nyokap " Jawabnya singkat.
"Ok" ucap Dimas pelan, ada sedikit rasa tak nyaman saat menanyakan hal itu pada Arsen. Cowok itu tau betul perasaan sahabatnya saat ini, boro-boro menanyakan acara keluarganya, membahas hal yang menyangkut kejadian satu tahun lalu saja adalah kesalahan paling fatal saat ini. Arsen tidak mau mengungkit nya, bukan karena dia tak peduli. Namun ada begitu banyak luka saat membahas hal itu, dan Dimas tau luka itu sulit disembuhkan.
***
Waktu menunjukkan pukul empat lewat sepuluh menit, cowok itu masih termenung diatas motor saat dering suara hp membuat lamunannya buyar,ia mengangkatnya.
"Iya ma, Arsen pulang sebentar lagi... " Ucapnya
belum sampai satu menit dia telah mematikan teleponnya. Arsen memasukan ponsel itu kedalam kantong lalu memakai helm dan menghidupkan motor saat semenit kemudian dia telah melaju, menembus kemacetan jalan raya sore ini."Kak aku datang... " Cicitan kecil itu keluar dari mulutnya, sementara tangan kanannya terjulur menaruh seikat bunga krisan putih diatas gundukan tanah yang ditumbuhi rumput hijau, dia masih berdiri menatap lekat-lekat makam itu.
"Sudah satu tahun kakak pergi,udah satu tahun juga papa jadi orang lain. Arsen kangen ngelihat senyum kakak, kangen omelan kakak, kita semua kangen kakak. Apa kakak juga? " Sayup suara itu terdengar diantara suara angin lembut yang membelai tubuhnya. Dia akhirnya berjongkok memandangi makam itu dengan sendu,ada rasa penyesalan disana,ada suatu beban yang seolah-olah membelenggu hidupnya. Dia tau takdir tak bisa diubah, dia juga sadar betul bahwa tuhan telah menetapkan semua untuknya.Namun tetap saja, dia tak bisa menerima semuanya. Kenapa tuhan menuliskan cerita sesedih ini pada hidupnya? Mengapa tuhan membiarkan hidupnya suram? Dan mengapa juga tuhan merenggut kebahagiaannya secara paksa?
"Besok ulang tahun nya papa. Arsen tau kakak gak akan lupa itu." Ucapnya seraya tersenyum tipis.
"Papa jadi orang lain sekarang, papa benci sama Arsen, begitu bencinya sampai papa gak mau ngelihat wajah Arsen lagi. Kakak, juga benci sama Arsen?" Bibir itu bergetar pelan, saat sedetik kemudian tangisnya pecah.
Dia tak bisa menahan gemuruh dihatinya, saat rasa sakit itu begitu kuat mengalahkan harga dirinya yang tinggi. Dia menumpahkan semuanya di sini. Selalu sama.
Saat tak ada lagi orang yang bisa memahaminya, dia akan datang kesini berbicara pada nisan yang bisu, dan menangis ditemani sepi yang kaku. Seorang Arsen yang tegar akan berubah rapuh saat datang kesini. Sosok yang dulunya begitu sempurna itu,kini hancur dari semua sisi. Satu-satunya hal yang menjebol ketegaran dan mengubah hidupnya. Amarilis, kakak perempuannya.***
"Jadi Rea pulang sama siapa?" Kalimat menyebalkan itu akhirnya keluar dari mulutku saat tau bahwa tak ada orang yang akan menjemput ku sore ini.
"Kamu nunggu sebentar Re, nanti kak raina jemput kamu" Suara dari seberang telepon itu membujuk ku.
"Ini udah jam setengah lima ma" Sahut ku.
"Iya, Rea yang sabar yaa" Katanya lagi,aku menghela nafas.
"Iya" Jawabku seraya mematikan telepon dari mama.
Hari makin sore, dan kak Raina belum juga datang. Sepertinya kesialan ku hari ini jadi sempurna.
Aku memutuskan untuk berjalan ke arah halte bus, daripada menelpon mama lagi ataupun memesan jasa ojek online yang hanya akan membuat kepalaku bertambah pusing. Jika saja Alta tak ada acara sore ini mungkin aku sudah berada dirumah, duduk di sofa yang empuk sambil menonton film dan memakan stoples jamur krispi, namun nyatanya tidak!Ku biarkan kakiku melangkah menyusuri trotoar saat sebuah montor ninja hitam melintas dengan cepat, menyebabkan genangan air disamping jalan menyiprat ke berbagai arah, dan salah satu cipratan air itu mengenai seragam sekolahku, membuat rok yang tengah ku pakai basah kuyup.
"Hey, gak punya mata ya?!" Teriakan itu menggema diantara suara berisik dari motor yang melintas di jalan. Motor tadi menepi ke pinggir jalan dan berhenti beberapa meter dariku. Tanpa basa-basi aku berlari menghampirinya bersiap menumpahkan seluruh kemarahanku, mungkin dia bisa ku jadikan tempat pelampiasan kekesalanku hari ini.
Seorang cowok tengah duduk diatas motor itu, dia masih memakai helm saat aku sampai dihadapannya.
"Kalo naik motor bisa hati-hati gak?! Punya mata tuh digunain kali" Cecarku, dia terdiam tak menanggapiku saat sedetik kemudian tangannya membuka helm yang tengah ia pakai dan membuat mataku membulat. Arsen! Cowok brengsek itu tersenyum manis padaku.
"Satu sama" Katanya penuh kemenangan.
Dia sinting!
"Ohhh jadi elo, cowok berengsek yang gak punya sopan santun! Lo bisa lihat gak seragam gue basah semua gara-gara kecipratan air tadi! " Kataku geram.
"Oh gitu" Dia menjawab sekenanya membuat emosiku semakin meledak.
"Cuma oh gitu?! Lo itu beneran cowok terbrengsek di dunia! Tanggung jawab! " Kataku marah.
"Iya lo tanggung gue jawab" Ucapnya seraya terkekeh, membuat tanganku geram ingin menjambak rambutnya yang tengah berantakan itu.
*Hyacinth ungu dapat berarti maafkan aku serta duka cita
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is You
Teen Fiction"Sumpah racun arsenik nyebelin banget ! cuma bisa bikin puisi dan jadi ketua club sastra aja belagu nya minta ampun, demi patung liberty yang tingginya kek gitu. Gue sumpahin hidupnya gak pernah berwarna , manusia es. " -Arcelli Aurantiaca Renanter...