24. Spesial

1.3K 115 12
                                    

Seminggu sejak kejadian itu. Eann tak pernah lagi bertemu Voy. Entah dia menghindarinya, atau memang kuliahnya mulai sibuk. Eann lega namun sekaligus kehilangan juga. Dia kangen pada keisengan pemuda itu, tapi terlalu takut untuk bertemu dengannya. Eann takut mengkhianati kepercayaan orangtuanya dan orangtua Navin.

Eann menjatuhkan kepalanya di pundak Ren. Sejak kejadian itu, Ren semakin tertutup. Tapi dia tetap berdiri di samping Eann. Bahkan dia dan Rissa bertengkar hebat karenanya.

"Apa aku melarikan diri saja, ya?" gumamnya.

Ren melirik sebentar, kemudian kembali asyik dengan game di HPnya. "Kalau bingung memilih mereka, menikah saja denganku," ucapnya.

Eann mengangkat kepalanya. "Memang kamu suka sama aku? Apa aku semenarik itu?" tanyanya.

"Aku tidak membencimu. Aku hanya menawarkan jasa."

Eann berdecak kesal. "Ck! Dasar bocah!" ucapnya seraya kembali menjatuhkan kepalanya di bahu Ren.

Ren tak menyahut. Terlalu asyik dengan dunianya sendiri.

"Kakakmu..., masih belum mau ngomong sama kamu?" tanya Eann.

"Hm. Bukan hal besar. Lama-lama juga lupa. Lagi pula bukannya kamu bilang mau jadi kakakku?"

"Jadi kamu tadi melamar kakakmu sendiri, heh?" Eann menjitak kepala Ren, tanpa mengangkat kepalanya.

Pemuda itu mengerang. Namun tak melakukan lebih dari itu. Game-nya terlalu asyik untuk dia tinggalkan.

"Arveann! Beri aku pelukan!"

Eann tak sempat menyadarinya, saat tiba-tiba Alvino datang dan menariknya berdiri untuk memeluk gadis itu. Menciumi wajah Eann yang membuat gadis itu bergidik ngeri, lalu kembali memeluknya. Membuat Ren, bahkan berpasang mata menatapnya kaget.

"Bukannya mereka sudah putus?" Entah itu bisikan atau tidak, namun komentar itu terdengar jelas sampai ke telinga ketiganya.

Alvin melepas pelukannya. Tersenyum lebar pada gadis di hadapannya itu.

"Apa kamu lupa meminum obatmu?" tanya Ren.

"Dia menerimaku. Astaga, aku masih nggak bisa percaya ini. Dia dan aku jadian.. Wowww....!" ucap Alvino bersemangat.

"Hah?" ucap Eann da Ren tak mengerti.

Alvino mengerang kesal. "Hanya 'hah'? Hanya begitu saja reaksi kalian? Argh! Aku terluka!"

Pemuda itu dengan lebainya memegangi dadanya dan menjatuhkan diri di samping Ren. Membuat dua juniornya itu memutar mata jengah.

"Ayolah, berbahagialah untukku!"

Ren dan Eann saling lirik. Lalu menyeringai bareng. Alvino menatap keduanya dengan was-was. Terlalu hafal dengan kekompakan mereka dalam hal mengusili orang.

"Aku mau pizza dengan extra keju. Aku juga pengen eskrim di toko yang baru buka di sebelah kampus kita. Ah, satu lagi, brownies pandan coklat! Kamu Ren?"

"Aku mau nonton Sword Art Online the Movie."

"Hei, hei...! Apa definisi bahagia itu seperti yang kalian sebutkan?" protes Alvin.

Ren dan Eann mengangguk bareng. Dengan tatapan dibuat sepolos mungkin.

"Lagipula, setelah ini kamu akan jarang jalan sama kita berdua," ucap Eann.

Ren mengangguk membenarkan. "Sekalian ganti rugi kan. Antara kita bertiga cuman kamu yang bahagia," katanya. Gantian Eann yang mengangguk mantap.

Alvin mendengus. "Ya, ya, baiklah. Tapi aku ajak Ann juga, ya?"

MY EX-BOY'S FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang