Ren menghempaskan tubuh lelahnya di kasur Voy. Sejam yang lalu dia kembali dari Solo. Dan hanya ganti baju, setelahnya langsung ngacir ke rumah mantan pacar kakaknya. Tapi si empunya rumah sedang di kampus. Mempersiapkan OSPEK besok pagi.
Padahal hari minggu. Panas banget lagi. Tapi Voy tetep aja sibuk dengan urusan kampus. Ibarat batre, dia pasti batre alkaline super. Habis nggak pernah ada matinya.
Satu hal yang Ren sukai dari Voy adalah, karena dia telah mengembalikan senyuman dari kakaknya. Carissa.
Sebuah pesan masuk memaksa mata Ren terbuka. Tangannya bergerak, merogoh saku celananya mengambil benda yang bernama 'ponsel' itu. Lalu melemparnya sebarangan saat membaca pesan yang ia terima. Hanya pesan nggak penting dari beberapa cewek yang mengatakan bahwa mereka diterima di kampus yang sama dengannya.
Emang dia peduli?
Dia bukan Nav yang akan langsung membuka tangannya lebar-lebar saat seorang gadis memberinya sinyal-sinyal ketertarikan padanya. Dia juga bukan Voy yang selalu tersenyum ramah dan perhatian pada semua cewek, hingga mereka salah paham. Bahkan kakaknya memutuskan untuk berpisah darinya karena tak mau terus-terusan cemburu yang nggak beralasan padanya.
Ren adalah Ren.
Dia tak punya kriteria cewek idaman. Sampai sekarang belum satupun cewek yang menarik perhatiannya, meskipun ia sudah menjadi idola wanita sejak lahir. Mungkin Keren adalah bakatnya.
Sudahlah. Dia datang bukan untuk memikirkan hal yang nggak penting. Ren datang untuk ngungsi tidur. Malas berada di rumah lama-lama karena Omanya. Tapi nggak bisa kelayapan karena Omanya juga. Jadi jalan tengahnya adalah, pamit baik-baik pada neneknya untuk main ke rumah Voy.
Dan neneknya nggak akan bertanya apa-apa lagi.
Seperti yang sudah dibahas di atas tadi, karena Voy selalu bisa membuat semua orang apalagi wanita, percaya padanya dengan sikapnya yang gentle.
Hanya perlu beberapa menit, dan Ren telah melanglang buana di alam mimpi. Rasa lelahnya membuatnya terlelap dengan cepat. Entah apa yang ia mimpikan hingga sebuah senyuman tampak menghiasi bibirnya. Mungkin bermimpi menang balapan melawan Dominic Torretto atau bermimpi bertemu tokoh kartun idolanya, Killua Zaoldyeck.
Yang pasti, saat Voy kembali, dia hanya bisa mendesah pasrah, karena segala sesuatu yang ada di atas kasurnya, jatuh berantakan di lantai, sementara Ren masih terlelap dengan pose anehnya, menyerupai kiper yang berhasil menangkap bola yang melayang di atas kepalanya.
Mungkin dia bermimpi melawan Lionel Messi dan CR7 sekaligus. Maybe.
.
Pandangan Navintar terpaku pada sesosok cewek yang duduk di meja yang dipesan atas namanya. Bahkan sampai ia duduk di hadapan cewek itu.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanyanya yang membuat cewek itu mendongak menatapnya.
Arveann tampak sedikit terkejut melihatnya. "Bunda memintaku menemaninya makan. Sepuluh menit yang lalu dia pamit ke toilet, dan belum kembali."
Navintar tertawa remeh. "Great. Setahun menghilang, lalu muncul tiba-tiba, dan sekarang memanfaatkan bunda untuk mendekatiku lagi?"
Kilatan amarah tampak di mata Eann. Namun tak ada reaksi berlebih. Hanya berdiri dan meninggalkan Nav yang justru terbengong melihatnya.
Eann yang dulu akan langsung marah atau menangis jika Nav mengatakan hal buruk tentangnya. Eann yang ia kenal akan langsung mengadu pada orangtua mereka jika Nav membentaknya. Tapi mengapa gadis itu hanya berlalu meninggalkannya begitu saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EX-BOY'S FRIENDS
RomanceDijodohkan dengan mantan pacar, dan harus terlibat hubungan yang rumit dengan 'teman-teman' dari mantan pacarnya. Eann, Arveann Armadi, gadis yang baru menginjak bangku perkuliahan, harus berurusan dengan para seniornya karena orangtuanya yang denga...