22. Kesepakatan

1.1K 115 26
                                    

Voy memakan sarapan yang dibawakan oleh Rissa dengan tanpa nafsu. Tatapannya ke arah tempat bekal itu tampak tak fokus. Di kepalanya terus berputar kalimat-kalimat Eann yang menyudutkannya. Seolah hanya dia yang bersalah dalam kasus ini.

Well, sebenarnya memang hanya dia yang bersalah, sih.

Voy lah yang memaksa masuk ke dalam kehidupan gadis itu. Dia yang seenaknya sendiri berusaha menarik perhatiannya. Dan dia bahkan menutup mata soal keberadaan Alvino sebagai pacar Eann. Voy terus mendekat, mendesak masuk ke dalam ruang hati Eann, dan membuatnya terbiasa dengan kehadiran pemuda itu. Tapi saat Eann berniat menariknya mendekat, Voy justru masih terikat dengan benang tak terlihat yang membuat tubuhnya tertahan, tak mampu bergerak.

Jika Eann memutuskan untuk berbalik arah, itu wajar saja. Toh, mereka memang belum memiliki status pasti.

Dan saat ini, Voy sedang berusaha membuka ikatan simpul mati dengan masa lalunya.

"...oy? Voy, kamu ngelamunin apa, sih?"

Voy tersentak, tersadar dari lamunannya. Dan mendapati Rissa yang menatapnya penasaran.

Voy tidak pernah melamun. Dia punya tingkat konsentrasi yang tinggi. Dan itu membuat Rissa merasa aneh dan sebal sekaligus.

"Apa yang ingin kamu omongin sama aku?" tanya gadis itu.

Pemuda yang 2 bulan lebih tua darinya itu menghela nafas, sebelum menatap lurus padanya. Dan entah mengapa, Rissa tak menyukai tatapan Voy padanya saat ini. Tatapan Voy, seolah memberinya firasat yang tak menyenangkan.

"Carissa Ameliana Andhini. Kamu tahu aku sangat sayang sama kamu, sebagai sahabat, dan bahkan kamu sudah seperti bagian dari hidupku, dalam beberapa tahun ini. Kamu tahu, kita memulai hubungan kita dengan salah, dan sudah sangat benar saat kita mengakhirinya. Tapi, tetap saja ada satu hal yang masih perlu kita perbaiki dalam hubungan persahabatan kita saat ini," ucap Voy panjang.

Rissa mengerutkan dahinya. "Sebenarnya ke mana arah pembicaraan ini, Voy?"

Voy menatap Rissa yang juga menatapnya dengan ekspresi cemas. Pemuda itu menghela nafas panjang untuk mengumpulkan kembali keberaniannya.

"Rissa, aku menyukai seseorang. Dan kedekatan kita, membuatnya salah paham. Aku..."

"Apa?" sentak Rissa. Dia tahu, suatu saat akan datang masanya, Voy menyukai gadis lain, tapi Rissa sama sekali tak menduga Voy akan sejujur ini padanya.

"Rissa, aku..."

"Apa cewek itu meminta kamu untuk menjauhiku? Bagaimana bisa? Bahkan kita sudah saling kenal sebelum kamu dan cewek itu bertemu kan? Dia tidak berhak untuk mem-"

"Dia tidak pernah mengatakan apapun!" tegas Voy. "Hanya saja sejak awal, ada yang salah dengan hubungan kita."

"Apa maksud kamu, Voy? Aku nggak ngerti!"

Voy kembali mendesah. "Ada satu hal, yang tidak pernah kamu tahu, Rissa. Aku-kita, mengawali hubungan kita dulu, bukan karena rasa cinta. Kamu, tidak pernah mencintai aku sebagai cowok. Kamu hanya menganggapku sebagai pengganti sosok ayah yang kamu rindukan. Dan aku hanya merasa simpati pada-"

"Tunggu! Simpati? Apa yang sedang kamu bicarakan, Voy? Maksud kamu, selama kita pacaran kamu nggak pernah benar-benar sayang sama aku, begitu?" nada bicara Rissa mulai meninggi.

"Kamu juga, Rissa! Kamu juga nggak merasakan itu sama aku!"

"Nggak! Aku sayang sama kamu, bahkan sampai hari ini..."

"Sampai hari ini juga, perasaan kamu masih sama, Carissa. Kamu hanya merasa nyaman dengan perhatianku. Bukan aku saja, tapi juga Alvin dan mungkin Navintar. Kamu tidak pernah menyukai aku."

MY EX-BOY'S FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang