"Gue nggak tau akan kemana dan loe nggak perlu tahu gue akan kemana," Mereka sedang menikmati brunch berdua di Romatitary café dan membahas sesuatu yang menjadi ketidakpastian perempuan itu.
"Kamu nggak pernah seperti ini ke aku sebelumnya Ter, but why?" Ben menggaruk – garuk kepalanya yang sepertinya tidak gatal. Loe nggak akan tahu dan nggak boleh tahu Ben.
"Gue bukan urusan loe dan yang terpenting sekarang adalah selesaikan semuanya dengan Frida. Kalau loe berusaha merusak dia, tinggalkan dia karena gue nggak sudi loe menyakiti saudara gue," Ester beranjak dari duduknya tetapi pergelangan tangannya di tahan oleh Ben.
Ester berusaha melepaskan tangannya dan berlari dengan sepatu ked-nya secepat mungkin. Ben yang masih berseragam sekolah tampak rikuh berlari dengan kencang mengejarnya sampai ke wilayah perumahan rumah perempuan itu – yang kebetulan berdekatan dengan tempat mereka berada tadi.
Lelaki itu memasuki gerbang rumahnya dan disambut Frida Lizardi. "Ester bilang kamu..." Ben melewati Frida yang tampak kecewa dengan acuhannya. Frida memandang punggung belakang lelaki yang sudah hampir tiga belas tahun menemaninya.
Lelaki itu ingin memasuki satu – satunya kamar bernuansa biru dongker dengan pintu yang bertuliskan "DO NOT ENTER EXCEPT ME" dan memegang engsel pintunya. Terkunci.
"Ter aku belum selesai berbicara..." Ester membuka pintunya hendak mengatakan sesuatu namun Ben seketika masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. Lelaki itu memegang kuncinya dan Ester berusaha meraihnya. "Karester dengar aku sekali bisa?"
Perempuan itu menutup telinganya kuat – kuat dan lelaki itu seketika memegang kedua tangan disebelah telinganya dengan lembut dan berkata, "Aku tidak akan peduli dengan semua yang terjadi dengan dia karena ada kamu Ester. Ini bukan tentang dia tapi kamu."
Ester berusaha mencerna apapun yang dikatakan lelaki itu namun otaknya selalu menolak dan hatinya selalu berharap, "Ben, gue bukan Ester loe lagi. I've finished for all that promise jadi sekarang loe bisa pergi dengan Frida karena dia butuh loe more than me."
Ben tertawa lalu tersenyum, "More than you means you are needing me too Ester."
Ester menggeleng keras dan berkata, "Gue akan belajar buat melupakan loe as long as i can dan Newyork is a good city to get my new life. Stop disturb me dude."
"Aku sudah lakukan semuanya untuk mendapat maaf dari kamu tapi sepertinya belum cukup."
Ester menggeleng, "You never ever get my apologize mr. Jobendacob. Never, because i haven't found a good cure," Kemudian yang selanjutnya terjadi Ben mendesak Ester menuju dinding dan mencium kasar bibirnya dan berkata sebelumnya.
"Are you seriously? After this kiss, i bet you will start to addict me again."
••
"Apa yang sedang kalian berdua lakukan di sini?" Rovena Lizardi memandang cucunya yang hanya menggunakan bra dan celana dalamnya juga laki – laki yang seharusnya bersanding dengan cucunya yang lain.
Ester melepaskan ikatannya dari badan Ben dan memakai kemeja kebesaran Ben yang sigap ia temukan lalu berkata, "Grandma maafkan aku karena melakukan ini sebelum..."
Rovena menggeleng lalu berkata, "Aku tidak peduli mengenai apapun yang kau lakukan dengan dirimu Ester namun mengertilah bagaimana perasaan adikmu," Setelah semuanya yang bahkan aku korbankan, dia selalu menang dalam sisi apapun. Ester berlari ke arah walk-in closet lalu menguncinya dari dalam. Ia menangis dan mengigit bibirnya.
Loe lebih bodoh karena bisa masuk segitu mudahnya Ter.
Pintunya di ketuk dari luar dan laki – laki itu berteriak memanggil namanya. Ia berpikir ia tidak akan peduli untuk sesaat karena yang ia inginkan hanya dirinya sendiri. Ia ingin semuanya menjadi normal bahkan jika ibu dan ayahnya telah tiada. It's gonna be normally if they are still in.
"Ter maaf aku tau ini salah aku bukan kamu ataupun adik kamu jadi tolong mengerti bahwa aku menginginkan kamu bukan dia," Pundak lelaki itu disentuh oleh seseorang dan ketika ia menoleh seorang perempuan yang menyentuh pundaknya berkata dengan mata yang berkaca – kaca.
"Apapun yang terjadi pada akhirnya suka ataupun tidak kamu akan bersama aku Ben."
"Aku tidak peduli karena dari awal kamu yang menyuruh kakak kamu melakukan ini, dan menjadi tidak adil kalau kamu yang menang atas semua ini."
Frida menghapus air matanya dan menggeleng lalu berkata, "Aku memang selalu terlihat egois di mata kamu Ben."
"Memang. Karena dia yang akan menanggung semua keegoisan kamu dulu."
••

KAMU SEDANG MEMBACA
PLUIE
RomanceMenggunakan sistem privasi (private) untuk BAB - BAB tertentu. © Hak cipta dilindungi oleh Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2014. Dilarang memperbanyak/menyebarluaskan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penulis. PLUIE - All right reserved. ...