Chapter 6

1.4K 65 5
                                        


+
+
+
Keluargaku lengkap, dan aku bahagia karena itu, sungguh aku sangat menyayangi mereka.... Sangat.

Tapi, seminggu berlalu setelah pesta ulang tahun kami, tuhan memberikan cobaan pada kami.

Ibu...  Meninggal.

Dalam kecelakaan di jalan raya, mobil yang ibu dan aku naiki tertabrak truk yang remnya blong, mobil kami terlempar lumayan jauh.

Saat itu aku benar benar kaget, pikiranku tidak fokus, tapi saat kurasakan ada dua tangan lembut memelukku dengan sayang,
Dan berbicara sambil tersenyum padaku.

"kau akan baik baik saja gempa, anak prempuan ibu akan baik baik saja....  Kau kuat sayang, tolong jaga keluarga kita... "

Aku mematung mendengar perkataan ibu waktu itu, yang ku ingat sebelum aku tak sadarkan diri aku sempat melihat ibu dengan baju dipenuhi oleh cairan merah, kepala ibu terluka dan tubuh ibu juga pasti terluka, yang kurasa kepalaku terasa benar benar sakit, setelah itu kegelapan yang mengelilingiku.

Aku terbangun di suatu tempat yang semuanya terlihat putih, ada istana megah berdiri dengan cantiknya disana, aku melihat ibu berjalan kearahku sambil tersenyum,

Pakaian ibu putih bersih dan sangat cantik, seperti gaun bagi seorang putri raja, ibu memelukku dan mengecup keningku.

"kenapa kau disini gempa sayang... "tanya ibu saat itu sambil memegang kedua pundakku dengan lembut.

"ini dimana bu..  Kenapa semuanya terlihat putih"aku bertanya pada ibu, ibu hanya tertawa kecil.

"ini dunia tempat ibu tinggal sekarang, tapi tidak dengan kau gempa...  Keluarga kita masih membutuhkanmu sayang, pulanglah... "

Aku diam mendengar itu, ibu mengusap kepalaku.

"ibu tidak akan pulang bersamaku,..  "ibu mengangguk sebagai jawaban.

"tapi aku ingin bersama ibu... "

"hmm, kau ingin bersama ibu gempa,...  Kalau begitu, pulanglah...  Jaga keluarga kita, tak lama ibu akan segera menjemputmu saat waktunya tiba... "

Ibu menutup kedua mataku dengan tangannya. Lalu aku tersadar.

Dalam sebuah kamar, aku bangun dan membiarkan mataku meneliti dimana aku. Pintu terbuka dengan pelan. Seorang dokter segera menghampiriku lalu memeriksa keadaanku.

"kau sudah bangun... "ucap dokter lalu menghentikan usahaku untuk duduk.

"berbaringlah dulu..  "aku menurutinya dan tetap berbaring.

"i.. Ni... Dim... Ana"tanyaku dengan suara serak. Dokter mengambil segelas air dan membantuku meminumnya.

"di rumah sakit, kau kecelakaan tiga hari lalu...". Dokterpun menjelaskan dengan pelan supaya aku mengerti.

Pintu kembali terbuka lalu masuklah ayah, dan keempat kakakku, ayah berbicara dengan dokter,

Keempat kakakku menghampiri ku yang sedang berbaring lemah diranjang, kak halilintar mengusap dahiku pelan, kak ice memegang tangan kananku. Kak taufan dan kak blaze melihatku sambil duduk disamping ranjang.

We Are FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang