Raina, berjalan memasuki apartemen. Ia telah meminta Rey untuk meninggalkannya dan menghentikan acara tutor untuk hari ini.
Kriek...
"Eh, Mbak Raina-"
"Diem lu!" Raina memotong sapaan dari Mbok Rempong, ia justru membalas itu dengan kata yang tak sopan diucapkan.
"Dih, dasar." Mbok Rempong bergumam kesal, namun Raina sama sekali tak memperdulikannya. Ia berjalan menapaki ubin biru vertikal menuju kamarnya.
BRAK!
"Eh asem, asem, gulo legi! Ya Allah, si Mbak ngagetin! Kenapa, to?" Mbok berbicara sendiri ketika mendapati perubahan emosional yang terjadi pada Raina. Sebelumnya, ia melihat gadis brutal itu dengan senang pergi keluar bersama Rey. Namun, keadaan berbalik dimana ia melihat majikannya itu menjadi begitu marah dan terkesan ...
... terpuruk.
Raina menutup kasar pintu kamarnya, ia melepas jaket hitam tipis yang ia kenakan dan membuangnya asal.
Ia menghempaskan tubuh mungilnya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap dan merentangkan tangannya. Kepalanya ia tenggelamkan ke dalam benda empuk itu.
"Sihalanh." gumamnya tak jelas.
******
Suara-suara khas jalanan terdengar nyaring di kepala Rey, meskipun dirinya sudah menggunakan pelindung berupa helm.
Pandangannya fokus ke depan jalanan. Kecepatan mengendarai ninja ini lumayan cepat. Ia bukanlah tipe orang yang suka melanggar lalu lintas. Namun, tidak juga tipe pengendara yang menjalankan kendaraannya dengan pelan layaknya siput yang berjalan.
"KARENA DIA BOKAP GUE!"
Perkataan Raina kembali terulang di kepalanya. Otak jeniusnya mulai bekerja dan mengambil kesimpulan awal. Dia berpikir mungkin inilah yang dimaksud Tante Tania, bahwa ia dan suaminya telah berpisah. Dan hal ini ditanggapi buruk oleh Raina. Dia juga mulai berpikir, apabila Raina tetap seperti ini dan belum dapat menyelesaikan permasalahan dengan ayahnya, misinya juga akan gagal. Dia tak lagi berpikir tentang Jepang atau Bibi Yun, ia mulai memikirkan nasib gadis itu.
NGENG...
Dengan cepat dan tepat, di jalanan sepi ini. Rey, memutar balikkan arah laju kendaraannya dan menjalankan kembali ke arah yang berlawanan dari awal tujuan.
******
Raina masih malas membangunkan tubuhnya, seakan ranjang yang ia tiduri ini menyerap seluruh energi darinya.
tok tok...
Sebuah ketukan pelan terdengar dari balik pintu kamar Raina. Ia tak berniat membuka atau membalas ketukan itu dengan suara lantangnya, Raina lebih memilih membiarkan ketukan itu dan bersikap acuh.
"Raina! Ini gua! Kalo lu gak buka-"
Kriek...
Dengan terpaksa Raina membuka pintu pembatas kamarnya, kemudian menatap malas pemuda yang berdiri di depannya kini.
"Mau apa lu?" tanya Raina dengan wajah yang begitu datar. Tak memperdulikan, Rey justru berjalan memasuki kamar Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tutor in Mission
Teen FictionKalimat pinta yang diucapkan Bibi Yun terdengar begitu tidak masuk nalar di telinga Rey, seorang pemuda dengan otak encernya. Ia diminta menjadi seorang tutor sementara untuk gadis bernama Raina. Raina, Bad Girl yang berusaha membalas dendam para h...