[TERJEBAK]
Hujan yang tidak henti-henti nya turun membuat Alin terjebak di halte seberang SMA Antariksa sendirian menunggu hujan berhenti. Tidak terasa, sudah dua minggu Alin bersekolah di SMA Antariksa ini.
Kembali ke situasi, Alin tengah merapikan rambut nya yang sudah lepek karena terkena sedikit air hujan saat berjalan ke halte tadi. Pandangan gadis itu tertuju pada seseorang yang sedang berlari kearah halte tempat dimana Alin meneduhkan tubuhnya. Siluet sosok tersebut terlihat kabur karena tertutup oleh bulir-bulir air hujan yang turun. Namun yang jelas, orang itu mengenakan seragam yang sama dengan seragam Alin--SMA Antariksa.
Barulah, sekitar 1 meter Alin mulai bisa melihat siapa orang tadi. Ardan?!
Ah. Sudah seminggu ini, Alin merasakan saraf-saraf ditubuh nya mati rasa seketika ketika berhadapan dengan Ardan. Padahal ia sangat yakin tidak mempunyai penyakit jantung atau sejenisnya.
Seperti sekarang, gadis itu tidak merasakan ada nya hawa dingin dari air hujan, melainkan sebaliknya.
"E-eh, Ardan." Alin berusaha menyairkan suasana yang sedari tadi sangatlah nggak banget untuk seorang Alin yang banyak omong.
Lelaki disamping nya itu hanya melirik Alin sekilas dan kembali sibuk dengan handphone nya.
Raut wajah Alin berubah masam dan memerah seketika. Malu, malu, malu. Batin nya.
Sekitar 10 menit, hujan baru mulai reda, Alin segera berkutat dengan handphone nya dan memesan ojek online.
Beberapa menit kemudian, dua motor dengan pengendara berjaket ciri khas ojek online pun datang ke arah halte. Dengan segera, Alin beranjak dari tempat duduk nya menuju ke arah salah satu motor tersebut.
"Atas nama Revalyn bukan mas?" tanya Alin kepada sang pengemudi.
"Eh, bukan. Ini atas nama Ardanto mba, maaf ya," jawab sang mas-mas yang Alin tebak usia nya berkepala 3 itu dengan senyum meminta maaf.
Alin segera melihat kearah lelaki yang masih sibuk berkutat dengan handphone nya itu.
"Ehm, Ardan, O-jek lo udah sampe nih," ucap Alin sambil melihat kearah Ardan.
Pandangan Ardan teralihkan dari handphone nya menuju ke tukang ojek dibelakang Alin. Lelaki itu segera mengangkat tas nya dengan tenang dan beranjak dari tempat nya duduk.
Jantung Alin kembali berdebar tak kala Ardan berjalan menuju kearahnya-- Ah, kearah tukang ojek dibelakang nya.
"Duluan ya."
Dan debaran itu semakin kencang.
×××
Sesampai nya Alin dirumah, ia segera menaiki anak tangga menuju kamar nya. Gadis itu langsung membuka aplikasi chat di handphone nya.
The Gabut
Revalyn : gaez.
Keena D. : ?
Keera D. : ?
Agatha Pristine : paan
Revalyn : masa gue tiap deket Ardan deg degan gitu
Keena D. : ardan yang lo ceritain wkt itu?
Revalyn : iya
Keera D. : HAHAHA. ya kali lo gatau itu namanya apa, Lin.
Agatha Pristine : 2
Revalyn : gue...
Revalyn : terlalu takut buat ngakuin, mungkin(?) idk ah bye.
Gadis itu segera menutup group chat bersama ketiga sahabat nya itu dan menenggelamkan kepala nya diatas bantal. Ia mengakui, ia jatuh cinta kepada Ardan tanpa alasan. Disatu sisi, Alin merasa sangat aneh karena bisa suka dengan seseorang yang bahkan tidak pernah mengobrol atau bertegur sapa sekalipun. Namun, disatu sisi yang lain, ia merasa Ardan bukanlah sosok yang salah untuk dikagumi oleh kaum hawa. Wajah nya yang tampan, pintar, rajin ibadah dan tidak banyak omong itu membuktikan bahwa ia pantas untuk diperjuangkan. Ah, kata-kata 'diperjuangkan' terlalu alay menurut Alin.
Let it flow, Revalyn. Batin gadis itu.
Alin mulai men-stalking semua social media yang Ardan punya. Mulai Instagram, Line dan lain-lain.
Gadis itu menambahkan Ardan ke kontak Line nya melalui group kelas yang kelas Alin punya.
Entah Alin terkena angin apa, tiba-tiba ia mengirimkan pesan kepada Ardan.
Revalyn : addback ar
(Read 19.10)Gadis bernama Revalyn itu merutuki kebodohan nya yang tiba-tiba mengirim pesan seperti itu kepada Ardan. Lelaki tercuek yang pernah ditemui nya. Ralat, cuek kepada dirinya. Karena, ketika bersama teman-temannya, Ardan terlihat seperti anak-anak biasa nya.
Ardan : Y
40 menit kemudian, Ardan mulai membalas pesan Alin hanya dengan satu huruf. Bibir Alin mengerucut seketika. Tangannya gatal untuk menekan beberapa huruf lagi untuk dikirimkan ke gebetan nya itu.
Revalyn : doh. singkat amat mas
"Gila, gue sokap parah." Alin mulai menggumam.
Ardan : bct
Revalyn : biasa aja dong
(Read 20.27)"Ta*. Di read doang, dikira koran kali." Untuk yang kedua kali nya, Alin menggumam.
Jam menunjukan pukul 23.00 dan Alin memutuskan untuk berpetualang menuju dunia mimpi nya.
×××
Pukul 06.00 Alin sudah duduk manis diatas bangku nya. Jika ada yang bertanya mengapa Alin yang biasa datang beberapa detik sebelum bel masuk, datang sepagi ini, jawabannya adalah : Gadis itu ingin mengikuti Ardan yang selalu datang pagi juga.
"Pagi, Ardan," sapa Alin kepada Ardan yang baru memasuki kelas.
Ardan hanya melirik Alin sekilas dan mengangguk pelan. Bahkan hanya dengan respon yang kelewat cuek itu, Alin merasa senang. Setidaknya, anggukan Ardan membuatnya merasa dihargai.
Ya, gadis itu memutuskan untuk berusaha membuat Ardan peka terhadapnya. Klise memang, namun itulah yang ada di pikiran Alin saat ini.
×××
24 Februari 2017.
![](https://img.wattpad.com/cover/100568771-288-k557151.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice
Teen FictionBagaimana rasa nya menyukai seseorang yang tidak menganggap mu dalam hidup nya? Friendzone? Oh, bahkan kata 'teman' mungkin terlalu berlebihan. Stranger? Aku pernah sekedar bertanya kepada dia tentang PR dan lain-lain kok. Dan jangan lupakan, aku se...