Ardi masih saja berkutik dengan beberapa laporan yang akan ia presentasikan sebagai penghantar dirinya untuk mendapatkan beasiswa bersekolah diluar negeri, ya itu memang impiannya sejak lama sekali Ardi memang akan berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, baginya ia akan mati-matian mengejar apa yang ia impikan terlebih mengenai masadepannya. Ardi memang sosok seorang laki-laki yang telah memiliki pematangan pemikirian untuk kehidupannya dimasa yang akan datang, ia sosok yang telah membuat step by step untuk apa yang akan ia lakukan untuk menggapai apa yang ia inginkan. Ditemani Jihan saat mengerjakan beberapa laporan itu Ardi merasa jika ia mempunyai seorang penyemangat untuk mengapai semua itu, saat ini memang ia tidak sendiri tapi ada seorang perempuan hebat yang senantiasa mendukung semua keputusannya.
" Ar? Kalau kamu nanti diterima di universitas itu terus kamu bakalan pergi ke Jerman?" Ardi menghentikan kegiatannya dan berfokus ke wanitanya saat Jihan menanyakan hal itu.
" Itu akan aku ambil Ji, kamu engga perlu khawatir aku tetap akan menjalani semua ini. Kamu lupa kita punya janji untuk ke Netherlands bareng? Nanti aku bakalan tunggu kamu disana." Ardi menghelai lembut rambut kekasihnya itu, Jihan masih merasa berat untuk melepaskannya pergi jika saja Ardi benar diterima maka Ardi harus pergi meninggalkannya mau tak mau mereka harus menjalani sebuah hubungan jarak jauh yang pasti akan menimbulkan banyak sekali godaan maupun cobaan untuk mereka berdua.
" Ar, aku bangga jika banget sama kamu kalau kamu bisa masuk Universitas itu. Aku bangga karena kamu itu hebat dan bisa membuktikan kalau kamu bisa. But please can you stay with me?"
" I won't leave you. Kamu wanita terhebat yang pernah aku temui Ji, kamu selalu ada disamping aku jika ditanya siapa yang akan aku pilih untuk melanjutkan kehidupan dimasa depan ku. Dengan sebuah keyakinan aku mau berjuang dan menggapai sebuah kesuksesan ku bersama dengan kamu. Jihan Viandri." Sebuah kalimat yang selalu Jihan ingat bahkan membekas diingatannya seakan itu merupakan kalimat yang akan menjadi sebuah realita kelak yang akan ia dapatkan dimasadepannya bersama dengan Ardi kini hanya mampu ia kenang tapi Jihan masih selalu percaya sebuah takdir tuhan. Baginya tuhan memang memisahkan mereka saat ini namun tidak menutup kemungkinan jika nanti entah kapan waktu itu akan terjadi, Tuhan masih memiliki kehendak untuk mempersatukan entah bagaimana pula caranya mempertemukan sepasang hati yang dulunya sudah sempat berpisah namun akan bersatu kembali. Sebuah jalan akan diberikan jika saja tuhan mentakdirkan untuk bersama kembali. Dipisahkan hanya untuk menguji apakah hatimu masih sanggup untuk mencintai sosok lain atau kamu menyerah dengan keadaannya yang ada.
&&&
Hari ini merupakan hari dimana Jihan kembali teringat tentangnya dengan Ardi. Ia kembali membuka kenangan manis bersama dengan Ardi. Namun hari ini Jihan pun memiliki janji bertemu dengan seorang yang memang menjadi seorang penguat disaat-saat ia merasakan sebuah kesedihan bahkan disaat ia membutuhkan pundak untuk menyandarkan segala keluh kesahnya, seorang itu sesungguhnya memang menjadi sosok yang senatiasa berada disisinya disaat keterpurukan terbesar menimpa dirinya.
" Doctor?" Jihan tersenyum menghampiri seorang pria berpostur tubuh tinggi yang memang sedang menunggu kehadirannya ditempat mereka selalu menghabiskan waktu mereka bersama untuk sekedar bertukar cerita tentang keseharian mereka.
" Selamat siang Suster." Mahdian kembali menggodanya dengan memanggil Jihan dengan sebutan itu, Jihan hanya tersipu malu sesaat mendapat panggilan itu dari Mahdian.
" Aku suster dan aku yang mendampingi kamu, isn't right? Haha. I miss you Di." Jihan memeluk seorang pria yang selalu membuatnya kembali bangkit dan membuatnya tegar dalam menghadapi segala masalah yang ada dihidupnya. Bagi Jihan, hanyalah Mahdian yang bisa mengerti segala keluh kesah yang ia rasakan dan bagi Jihan hanyalah Mahdian yang mampu setia menemaninya disegala waktunya.
" I miss you too. What's wrong? Ji kamu sekarang kok gemukan sih?"
" Really? Dokter, apa aku harus jalanin diet ketat?"
" Apa sih aku suka kamu kaya gini. Jangan pake sok diet deh. Nanti kalau kamu diet otomatis banyak cowok yang naksir kamu Ji." Candaan Mahdian memang tidak hanya sekedar sebuah candaan didalamnya terdapat isyirat jika Mahdian tidak ingin ada orang lain yang menaruh hati kepada Jihan. Namun Mahdian memang sangat cerdas untuk menyembunyikan perasaannya kepada gadis itu.
" Aku akan pergi ke Belanda untuk melanjutkan kuliah ku. Jadi kamu punya waktu sedikit sebelum aku pergi meninggalkan ibukota haha. Oh iya aku lupa kamu kan sekarang sudah menjadi Dokter maka prioritas utama kamu itu saat ini adalah pasien."
" Really? Netherlands? Isn't your dream? Haha kebetulan aku baru dapat tugas untuk ke pedesaan kemungkinan setelah kamu dibelanda jadi aku punya waktu untuk nemenin kamu selama beberapa bulan ini." Mahdian tersenyum kepada gadis yang ada dihadapannya saat ini, rasa yang ia miliki dulu hingga saat ini kepada Jihan memang tidak pernah berubah bahkan Jihan masih menjadi sosok yang Mahdian sebut disela doanya mengenai seorang yang akan menemaninya kelak nanti.
Dari mata Mahdian memang sungguh ada sebuah rasa yang tersirat, rasa yang lebih dari sekedar pertemanan antara wanita dan pria. Mahdian tidak pernah mampu mengatakan apa yang sebenarnya ia rasakan kepada Jihan, berat untuknya menerima kekecewaan yang dalam jika pada akhirnya Mahdian mengetahui jika Jihan hanya menanggapnya sebagai teman dan rasanya hanyalah bertepuk sebelah tangan. Baginya menjadi sosok yang selalu ada disamping Jihan sudah lebih dari cukup, bisa berada dihari-hari bersamanya, melihatnya tersenyum dan bahagia sudah menjadi kebahagiaan tersendiri didalam hidup Mahdian.
Cinta itu sebuah keberanian, ya orang yang mencintai seseorang memang harus memiliki jiwa keberanian untuk mengatakan apa yang ia rasakan kepada sosok yang ia anggap special didalam hidupnya. Cinta itu sebuah keadaan dimana kamu harus berkorban, bahkan berkorban perasaan untuk orang yang kamu cintai. Cinta itu sesungguhnya anugrah yang tuhan berikan untuk manusia, didalam cinta diselipkan beberapa rasa yang akan membuat mu belajar bagaimana cara untuk menghargainya. Kamu harus siap merasakan sebuah kehilangan jika kamu sudah bertemu dengan cinta, kamu harus siap bagaimana belajar merelakan jika sudah memiliki cinta. Dan kamu harus sudah megikhlaskan apa yang menjadi milik mu pergi karena cinta.
Mahdian memang hingga saat ini merahasiakan semua perasaan yang ia miliki untuk Jihan, entah hingga waktu yang benar-benar tepat kapan ia sanggup untuk mengungkapkan segalanya. Baginya cukup untuk memendam dan tidak bercerita kepada siapapun, hanyalah kepada sang pencipta ia senantiasa memanjatkan doa agar dirinya dipersatukan oleh Jihan kelak dalam waktu yang indah. Ia percaya dengan semua yang ditakdirkan menjadi miliknya tidak akan menjadi milik orang lain. Dan ia percaya jika suatu saat nanti ia akan menjadi sosok pria yang dilihat Jihan setiap pagi ia membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My second change
RomanceJihan seorang penulis yang akhirnya memutuskan untuk pergi dari Jakarta demi mengejar mimpi serta menghilangkan bayangan masa lalunya bersama dengan Ardian harus menelan pil pahit saat pertemuannya dengan Ardian di tempat yang sempat mereka bayangka...