FILANTROPI

2.3K 183 26
                                    

Satu-satunya pelajaran akhlak paling cocok untuk Daniel, pelajaran paling penting dalam setiap jengkal waktu kehidupannya adalah, jangan pernah lukai siapapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu-satunya pelajaran akhlak paling cocok untuk Daniel, pelajaran paling penting dalam setiap jengkal waktu kehidupannya adalah, jangan pernah lukai siapapun

VOTE SEBELUM DIBACA

#HAPPY READING#

"So Eun"

Suara pelan dengan langkah-langkah berat seorang pria mendekat pada dirinya. Panggilan yang So Eun pun tidak lagi berkeinginan dengan menyahut kembali dan menyebut nama pria itu.

Melirikpun tidak dilakukan So Eun, dia hanya melanjutkan tangis dalam diam, menatap langit berbintang, memohon untuk mencabut nyawanya sekalian.

"Kau menyiksa dirimu sendiri"

"Apa yang bisa ku lakukan selain itu. Dan apa pedulimu soal itu, tidakkah kau sadar jika semua ini karena dirimu?"

"Tentu saja peduli"

Jawaban Kim Bum yang justru membuat So Eun terkekeh dongkol. Selalu saja harapan palsu.

"Pertanyaanya, apa aku penting untukmu?"

Bagaikan telur dan ayam, manakah yang lebih dahulu ada. Pertanyaan yang dikeluarkan So Eun yang dirinya sendiri tidak berkeinginan untuk Kim Bum menjawabnya. Mereka kembali sibuk dengan diri masing-masing. Adakah yang tau jika dua manusia itu sudah terlalu lelah dengan derita masing-masing?

Bagaimana mereka menjadi teramat jauh yang seharusnya sangat dekat lantaran Daniel yang menjadi penengah mereka. Jauh bukan lantaran satuan hitung mil, bukan juga karena waktu.

Jauh itu lantaran jarak batin mereka yang tidak bisa dihitung dengan menit, meter atau satuan hitung apapun itu. Asing dan ujung setiap sisi kursi yang mereka duduki masing-masing sebagai saksi keheningan mereka. Diamnya mereka tapi telah menyampaikan semiliar isi hati yang dulu, sekarang dan nanti. Bagaimana kekuatan hati mengebalkan tubuh So Eun yang bahkan tidak lagi merasakan dingin.

Kesunyian sang malam yang melewati detik yang terus berdenting, tatapan harap kedua bola mata So Eun kepada langit berbintang ditemani kedua tangannya yang saling bertautan. Jemari pucat yang saling memilin dan mulut yang tertutup rapat.

Posisi yang sangat tidak pas untuk Kim Bum sendiri. Ingin mengabaikan dan menuruti keinginan So Eun yang secara tidak langsung memintanya menyisahkan jarak, namun mata itu sama sekali tidak mau bekerjasama, matanya selalu mencuri pandang pada So Eun yang tubuhnya telah bergetar dingin. Terkadang matanya juga melirik apa yang dipandangi So Eun di atas sana.

Yang kian membuat hati Kim Bum menjerit adalah tangan So Eun yang saling memilin tanpa mulut yang mengeluh dingin. Sangat ini tangan itu meraih So Eun, tapi hak apa pria itu melakulannya?

Selain itu, tidakkah itu justru akan menyakiti So Eun? Dan lagi Kim Bum melirik kaki So Eun yang tidak menggunakan alas apapun, dan celan pendek yang digunakannnya bahkan tidak lagi layak dalam toleransi seorang tenaga medis seperti Kim Bum untuk digunakan pada musim pendingin seperti saat ini.

FILANTROPI "BUMSSO vers"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang