Good.
Rude awakening di pagi buta, aku nyaris saja memasukkan ponsel-ku ke dalam segelas air mineral di atas nakas, namun tidak jadi melihat siapa yang menelpon-ku.
Evan?
Aku buru-buru menekan tombol hijau, "Hallo."
"Hallo maaf mengganggumu, ini aku Evan."
"Ya aku tahu."
"Baiklah, sebelumnya aku minta maaf, lalu aku ingin bertanya, kau bisa berikan aku alamat sekolahku?"
"Hah? Mengapa? Bukankah kau kemarin sekolah?"
"Ya, hari ini supir keluargaku sakit, dia pulang ke rumahnya, jadi aku tidak ada yang mengantar dan terpaksa naik taksi, aku tidak memperhatikan jalan, aku baru ingat hal ini dan ingin menanyakan alamat kepada orang tuaku namun seperti biasa, mereka sudah berangkat."
"Baiklah, eh tunggu? Taksi? Bagaimana kalau berangkat dengan-ku saja, kau SMS aku alamat rumahmu dan kita cari halte yang terdekat dengan rumahmu."
"Eh? Tidak apa-apa nih?"
"Tentu."
"Baiklah sampai jumpa."
"Ya, sampai jumpa."
Aku menekan tombol merah dan menunggu SMS dari Evan beberapa menit kemudian ada tanda SMS masuk, dari Evan lalu aku langsung berpikir halte terbaik dan mengiriminya SMS halte tersebut.
Jam 3.40
Ah! Pagi sekali! Aku biasa bangun jam setengah enam, berbenah sebentar dan kemudian langsung berangkat dan sampai di sekolah jam tujuh pas, itu semerta-merta kulakukan hanya untuk menghindar dari siksaan sekolah. Uh. Tidak bukan tugas namun perlakuan para 'penghuni' Maxeemers!
"Aaaaahhhh!"
Aku memutuskan untuk berbaring sebentar.. Yah, sebentar saja, kok.
---
Kriiiiinngggggg Kringggggg
Owh, jam waker sialan, jam itu terus berbunyi dan aku terus mengabaikannya, namun akhirnya aku tersadar juga, aku langsung meraup dengan ganas jam tersebut dan tersenyum kecut. Namun aku akhirnya langsung meloncat dari tempat tidur dan berlari dan mandi dengan kilat.
Oh God this is not good.
Jam 06.18 dan aku masih belum melakukan apapun, itu artinya jam itu sudah berdering semenjak pukul enam, uh bodoh!
Dan yang membuatku histeris adalah halte yang kupilih terlampau jauh, berbeda dengan halte di dekat apartemen-ku. Aku langsung berpakaian dan menyiapkan bekal lebih(Sarapan dan makan siang). Lalu langsung mengunci pintu apartemen dan berlari menuju halte tersebut.
Akhirnya setelah cukup menguras tenaga-ku, aku menemukan halte dan disana sudah ada Evan yang terlihat bingung.
"Ayo Van, langsung masuk bis ini saja." Tanpa basa-basi aku langsung menepuk pundak Evan dan berlari menaiki bis sebelum tertinggal bis.
Di dalam bis aku melihat jam tangan-ku. Bodoh lagi, sudah jam 06.43 dan aku yakin sekitar sepuluh menit di rumah dan lima belas menit berlari non-stop.
Sesudah mengatur nafas, aku berusaha memecah keheningan, "Evan, maaf, aku terlambat." Percayalah jika aku tidak membuat janji bersama Evan aku kini bisa menggunakan kemampuanku sehingga dalam itungan detik aku sudah berdiri di depan gerbang sekolah.
"Tidak apa-apa kok." Jawab Evan singkat, ekspresi-nya datar.
Kami sampai di halte depan Maxeemers dan langsung masuk saat nyaris gerbang ditutup, aku tidak tahu pukul berapa mungkin pukul 06.59, kami langsung pergi ke mesin absen dan..