jutaan kali aku mendengar prakata, bahwa kamu akan sadar arti seseorang saat orang itu sudah pergi. namun nyatanya kamu masih disini saat aku mengerti apa artimu untukku.
jutaan kali aku mendengar, bahwa melihat kebahagiaan orang yang kamu sayang jauh lebih indah, dengan atau tanpa dirimu. namun bolehkah aku bersikap egois untuk meminta bahagiamu denganku?
jutaan kali aku mendengar, bahwa senyum orang yang kamu sayang dengan orang lain itu menyakitkan. namun nyatanya, lebih menyakitkan melihat ia menangis kehilangan dunianya.
jutaan kali aku mendengar, suaramu di gaung fikiranku. entah itu hanya ilusi atau nyata adanya. namun bolehkah aku memintamu untuk tetap tersenyum untukku?
dua malam lalu, kamu tertawa. meski hanya bisa kudengar lewat sambungan telfon. nyatanya suara tawamu masih tetap menenangkan untukku.
malam kemarin, sayangnya, kita berselisih. aku mungkin banyak menuntut. namun apa kamu tau perih itu nyata?
"kamu beda, ini seperti bukan kamu!", katamu.
sadarkah kamu, melihatmu bahagia denganku adalah keegoisanku. yang selalu kutanya apa boleh aku meminta.
sadarkah kamu, meragukan adalah sikapmu. maka aku bertanya sekali lagi;
bolehkah aku egois ingin memilikimu?
YOU ARE READING
him
Poetryi'd still writing, until i stop loving him, atleast. or until he could just get out of my head, in every affection way. . . not a story, just a couples of words.