Sad fear dream

74 2 0
                                    

Suasana hati tamara memburuk minggu belakangan ini, terlalu banyak hal yang membuatnya berduka sekaligus terkejut.

Melihat adik manisnya murung seperti itu, membuat radit ikut gusar olehnya.

Seperti saat ini, tamara masih berbaring diatas kasur sambil memakan popcorn yang dibeli radit tadi.

Tanpa menyalakan tv, dirinya terlihat seperti orang dungu yang tengah dihipnotis.

Radit tanpa ragu berbaring disamping adiknya, merampas sedikitnya snack dalam kemasan yang digenggam tamara.

"Ra, kakak liat kamu belakangan ini murung terus.. ada apa hmm?" Ujar radit sambil mengusap rambut adiknya.

Tamara tersenyum kikuk, rasa sakitnya belum hilang. Kehilangan dua orang sekaligus bukan hal gampang baginya.

"Kak, tamara mau izin ke rumah azalea dulu ya?" Pintanya sambil berdiri dari kasur dan meraih sweaternya digantungan.

Radit baru hendak ingin mengantar tapi gadis itu menahannya, matanya tersirat kepedihan mendalam tapi radit hanya bisa melihat dinding tebal yang mampu membuatnya percaya seakan dia baik baik saja.

----

"Gue bodoh mo, gue nggak becus jadi rekan lo" lirih tamara sambil terus mengeluarkan airmatanya, gadis itu kini terduduk disamping makam yang belum kering.

Makam milik bimo.

Disana terbaring seorang kakak pelindung bagi tamara selama 2 tahun ini, yang selalu melindungi tamara.

"Kamu nggak bodoh tamara" sela suara yang sangat familiar ditelinga tamara.

"Semua sudah diatur tuhan, kepergianku, dan tidak adanya lagi aku" lanjut orang itu lagi.

Lidah tamara keluh, seperti rasa lega dan rindu menjadi satu.

"Kenapa mo? Kenapa kamu ninggalin kita? Kenapa mo?" Kini airmata tamara makin keras mengucur, didepannya hadir bimo dengan senyum khas menghiburnya

"Aku pergi karena tugasku sudah selesai" tukasnya.

"Belum mo, tugas kamu belum selesai, hiks.. kamu belum boleh pergi mo, siapa yang bakal ngajarin aku panah" cecar gadis itu sambil terus menangis, pedihnya seakan tertusuk pisau.

"Kamu masih tamara yang dulu" sela sebuah suara lagi, tamara berbalik.

Itu sergio.

"Kamu masih tamara yang cengeng" ucap sergio dengan senyum misteriusnya.

"Sergio? Kalian?..." gumam tamara sambil melihat kedua orang yang ada diahadapannya.

"Kamu bisa meneruskan semua tanpa kami berdua" pesan bimo, dan sesaat kemudian keduanya menghilang meninggalkan tamara kembali sendiri.

Tamara melihat didepannya mulai mengabur. Gadis itu kemudian pingsang tak sadarkan diri.

-----

"Tamara..tamara" panggil seseorang, tamara merasa pipinya disentuh sesuatu.

Gadis itu terbangun tiba tiba, membuat remaja berbadan gempal dihadapannya hampir terjungkal.

"Tomo?" Heran tamara, gadis itu menahan kepalanya menahan pening.

"Lo ngapain disana sendiri hah? Lo taukan sekarang ini banyak yang ngincer lo?" Ujar tomo sambil menuangkn segelas teh kemudian menyodorkannya pada tamara, gadis itupun meminumnya.

"Gue... masih belum terima kepergian mereka berdua" ucapnya sambil menghela nafas berat kemudian meletakan gelasnya dinakas.

"Kalo lo nggak terima, sebaiknya lo cari pembunuhnya. Jangan dengan cara kek gini, percuma" pesan tomo.

Aira, it's You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang