@9:25
Aku berlari menuruni tangga ke lantai 3. Aku ingin mengambil ponselku yang tertinggal di dalam kabin terlebih dahulu. Aku ingin menghubungi keluargaku. Aku ingin mengabarkan semuanya.
Yang membuatku begitu terkejut, semua orang, semua penumpang, semua teman, semua siswa dan guru yang ada di kapal ini begitu mematuhi perintah kapten. Mereka memilih untuk berdiam diri dan berputus asa di dalam kabin mereka masing-masing. Seharusnya mereka sadar bahwa perintah itu telah membodohi mereka. Astaga, Ya Tuhan, bahkan berpuluh-puluh siswa dari Danwoon High School memilih untuk duduk-duduk di koridor. Kesemuanya dari mereka memakai jaket pelampung. Sedangkan aku dan Hana yang bersusah payah menyelamatkan diri, justru tak mendapatkan jaket pelampung.
"Astaga! Mengapa kalian di sini?" seruku kaget saat mendapati Hyerin, Jihyun, Moon Ra---teman satu kabinku, justru berbaring santai di atas ranjang kabin dengan memakai jaket pelampung.
"Astaga, mengapa kau panik? Kita semua akan mati di sini," jawab Hyerin.
"Tidak akan!"
"Shin Ae-yya, Sewol sebentar lagi akan tenggelam. Lantai dua sebelah kiri telah tenggelam total, dan sebentar lagi giliran lantai tiga. Lantai yang sekarang kita pijak," sahut Moon Ra.
"Hey, semua, ayo kita berfoto! Ini adalah moment terakhir kita untuk bisa mengabadikan suatu peristiwa. Ayo kita lakukan selfie untuk mengabadikan detik-detik tenggelamnya kapal feri Sewol," kata Jihyun.
"Shin Ae-yya, ayo berfoto bersama kami. Ini menyenangkan. Posisi kapal dan lantai miring sembilan puluh derajat, tegak lurus dengan laut. Jika terfoto, kita terlihat seperti melawan gravitasi. Hebat, bukan?" ajak Moon Ra.
"Mengapa kalian menyerah dengan mudah? Tuhan yang akan memberikan jalan, bukan kapten itu! Mengapa kalian memilih untuk berdiam di sini?" sergahku sambil berupaya mengendalikan emosi.
"Tolong para penumpang untuk tidak berpindah dari tempat Anda. Kenakan jaket pengaman dan pastikan itu sudah terikat."
Lagi-lagi pengumuman konyol terdengar di saat menegangkan seperti ini. Mengapa semua penumpang terlalu mempercayai Sang Kapten? Bisa saja kapten menginformasikan pengumuman itu dengan alasan agar ia dan para awak kapal bisa kabur melarikan diri.
"Kau dengar, Shin Ae? Mereka terus meminta kita untuk berdiam di tempat. Mereka jauh lebih berpengalaman dibandingkan kau," tutur Hyerin lagi.
"Sudah, sudah. Aku tengah merekam kalian. Ayo, katakan sesuatu sebelum kita mati," sahut Jihyun.
"Appa, Eomma, Eonnie, saranghae," seru Moon Ra di depan kamera ponsel milik Jihyun. "EXO Oppa, saranghae!"
"Suho Oppa, maaf sepertinya kita takkan bertemu di fansign selanjutnya!" Jihyun yang memegang kamera turut berucap.
"Aku yakin, kita akan menjadi topik berita terbaru di televisi. Kita juga akan menjadi trending topic world wide di twitter, dengan hastag Pray For South Korea atau Pray For Sewol, hahaha," timpal Hyerin.
"Seandainya aku hidup, pasti aku akan masuk di layar televisi," sahut Jihyun lagi.
Dengan cepat aku mengeluarkan barang-barang dari backpack-ku. Mengambil ponsel dan kartu pelajar. Aku memilih untuk segera keluar dari kabin. Aku tidak tahan mendengar mereka terus melontarkan kata-kata penuh keputusasaan seperti itu. Aku berlari meninggalkan mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Memoriam, Sewol
Non-FictionIngatkah kalian dengan Tragedi Sewol? 16 April 2014. Adalah suatu hari yang kelam. Hari yang telah mencetak satu sejarah pahit dalam berjalannya masa. Meskipun berlalu, akankah kalian berencana melupakannya? Melupakan mereka yang telah terbang ke ni...