Writer's Point of View
Jindo Port, 18 April 2014
@09:00
"Putriku! Eomma di sini!" teriak Ibu Shin Ae di tepi pelabuhan. "Shin Ae-yya! Appa sudah tidak marah kepadamu, jadi kumohon kembalilah!"
"Eomma, sudahlah! Shin Ae Unnie telah pergi," sahut Shin Mi menimpali.
"Aku merasa gagal menjadi seorang ibu. Andai saja aku tak memberikan uang itu untuk biaya wisata, pasti Shin Ae sekarang masih berada di rumah, ia pasti sedang membantu memasak dan membersihkan toilet."
Im Shin Mi memeluk ibunya kuat-kuat, ikut menangis sesenggukkan. "Ohh, Eomma, jangan membuat Shin Ae Unnie semakin sedih," ujar Shin Mi.
"Tapi putriku kedinginan. Aku tak ingin ia tidur berselimut dinginnya air."
Shin Mi melepas pelukan ibunya. Ia mengeluarkan selembar kertas berwarna putih dan bolpoin dari dalam ranselnya.
"Shin Ae Unnie, aku tahu kau tak akan kembali lagi dan tertawa bersamaku. Aku tahu kau di sana berenang dalam buasnya lautan. Maafkan aku karena selama ini tak bisa menjadi adik yang baik bagimu. Padahal aku masih ingin sekali bisa berbagi suka dan duka denganmu. Aku telah berencana mengajakmu menonton konser Infinite setelah kau pulang dari Jeju. Tapi aku sadar hal itu tak akan mungkin terjadi.
Unnie, di manapun kau sekarang, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih telah menjadi kakak yang baik untukku. Aku menyayangimu, sampai jumpa."
Im Shin Mi
Shin Mi melipat kertas itu menjadi bentuk perahu. Ia sempat menciumnya sebelum melabuhkan perahu kertas itu ke laut. Menuju lepas samudra ke tempat kakaknya. Selamat tinggal, Im Shin Ae!
Sunken Sewol Site (Lokasi Tenggelamnya Sewol), 18 April 2014
@09:15
Seorang penyelam bernama Lee menyelam menyusuri bagian kanan kapal. Tentu kalian ingat, bagian kanan kapal adalah tempat terakhir Im Shin Ae dan Park Su Hyeon berada. Tempat mereka berdua menghabiskan waktu terakhir sisa hidup mereka.
"Ya Tuhan," kata Lee dalam hati.
Lee naik ke permukaan air dan memanggil timnya untuk kembali ke bagian kanan kapal. Setelah 4 penyelam menyusuri bilik kanan kapal, Lee menunjukkan pada mereka apa yang baru saja ia temukan. Ketiga penyelam lain merasa tak tega jika harus mengangkat penemuan itu.
"Ya Tuhan," kata penyelam bernama Choi dalam hati.
"Aku tidak tega memisahkan mereka. Satu jaket pelampung terikat kuat di tubuh mereka berdua. Apalagi Sang Pria merangkul bahu gadis di sebelahnya. Mereka seperti tak ingin dipisahkan," gumam Lee.
"Apakah kita harus melepas jaket pelampung yang mengikat mereka?" tanya Choi dengan isyarat jari karena tak bisa berbicara di dalam air. Ketiga temannya mengangguk walau dengan berat hati.
Tubuh kaku dan beku milik Shin Ae dan Su-Hyeon diangkat ke permukaan air. Seluruhnya berwarna biru pucat. Bagaimana tidak, mereka berdua tenggelam di dalam air laut bersuhu 8º celcius selama 2 hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Memoriam, Sewol
Non-FictionIngatkah kalian dengan Tragedi Sewol? 16 April 2014. Adalah suatu hari yang kelam. Hari yang telah mencetak satu sejarah pahit dalam berjalannya masa. Meskipun berlalu, akankah kalian berencana melupakannya? Melupakan mereka yang telah terbang ke ni...