PART 5

539 23 0
                                    


[ KEHILANGAN ]

Hari minggu pagi yang dingin, kupacu sepeda motorku yang butut menuju Lereng Gunung merbabu, jalan menanjak tajam dgn aspal yang sudah banyak rusak berlobang.
Ya .. tujuanku hari itu ingin mengunjungi guru spiritualku..

Guru spiritualku, sebut saja mbah wiryo, hidupnya menyendiri sejak istrinya meninggal 20 tahun silam, sejak istrinya meninggal mbah wiryo meninggalkan rumahnya lalu membangun gubuk di hutan, gubuk bambu berukuran 3X4 beratap daun ilalang kering.lokasinya jauh dari pemukiman penduduk, di gubuknya tidak ada penerangan listrik. Bila malam tiba mbah wiryo menyalakan lampu teplok sebagai penerangan. Untuk memenuhi kehidupan sehari hari mbah wiryo menanam pohon singkong, ubi jalar dan pohon pisang di belakang gubuknya.. beliau hanya makan umbi2an selama berada di tempat itu. Hanya sesekali bisa menikmati makanan seperti nasi, kue dll bila ada tamu yang datang membawa oleh2 untuk beliau.
Tak jauh dari gubuknya ada mata air yang mengalir jernih..
Beliau dalam kesehariannya sering bermeditasi di gubuknya, puasa ngrowot, ngebleng, pati geni sering dilakukan oleh beliau untuk mengasah mata batin dan indra ke enamnya.dulu
Genap satu tahun aku berguru pada beliau tapi setiap 2 atau 3 hari sekali aku menyempatkan diri pulang ke rumah, aku berguru pada beliau dgn satu tujuan kala itu. Aku ingin agar punya kekuatan batin yg kuat juga ingin punya kekuatan fisik yang hebat agar tidak ada seorangpun yang berani membully atau menyakiti aku.
Pada bulan ke sembilan mata batinku semakin terasah, indra ke enamku mulai berfungsi, dgn menutup mata pakai kain hitam mataku justru bisa  melihat dunia astral. Sosok2 penghuni pohon beringin yg tak jauh dari gubuk mbah wiryo berwujud seorang kakek berjubah putih , ditangannya menggenggam tongkat emas berbentuk ular cobra. Makhluk itu tidak pernah mengganggu siapapun, demikian pula dgn sosok ular siluman penunggu mata air, wujudnya seperti ular biasa tapi besarnya seukuran ular phyton dewasa, ular itu berkepala merah, bermata hijau dan lidahnya bercabang tiga. Pada mulanya aku sangat takut melihatnya tapi menurut mbah wiryo ular siluman itu tidak akan mengganggu siapapun yang mengambil air disitu tapi ular siluman itu akan marah dan murka bila ada yang berani mengencingi mata air yang dijaganya itu. Pernah ada penduduk desa kebelet pipis dan kencing disitu, sampai di rumah orang itu menjerit jerit kesakitan sambil memegangi kemaluannya yang warnanya telah berobah menjadi bersisik seperti sisik ular, sedangkan di bagian kantung menyan bengkak besar sebesar dua butir kelapa.. kejadian itu langsung bikin geger orang satu kampung, berkat bantuan mbah wiryo orang itu bisa sembuh. Mbah wiryo yang bisa berkomunikasi dgn makhluk ghaib berwujud ular siluman itu menemui ular siluman penunggu mata air dan memintakan maaf. Lalu mbah wiryo mengambil air dari mata air memakai lodong (lodong adalah alat bagi orang kampung pada jaman dulu untuk mengambil air sebagai pengganti ember, lodong bahannya dari potongan bambu). Dgn air dari lodong itu mbah wiryo menyiram perabotan orang itu..
Ajaib! Orang itu langsung sembuh, perabotan rahasianya langsung pulih kempes dan tidak merasa sakit lagi.

Akhirnya aku sampai juga di gubuk mbah wiryo pagi itu tapi tak seperti biasanya yang bersih, halaman gubuk itu sekarang sangat kotor penuh timbunan daun kering..
Aku tengok ke dalam gubuk, kosong tak ada siapapun, bahkan dipan bambunya juga sudah ambruk, di kebun juga tidak kulihat adanya mbah wiryo padahal aku sudah tidak sabar ingin menemui beliau .

Tak berapa lama aku melihat ada warga kampung yang baru pulang dari lereng gunung sambil membawa kayu bakar..

Aku bertanya pada orang tua itu barangkali melihat keberadaan mbah wiryo tapi jawaban orang itu membuatku sangat kaget,,
Setelah menurunkan kayu bakar bawaannya orang itu menjawab.

" mbah wiryo sudah meninggal 3 bulan yang lalu nak, beliau sakit demam tinggi selama beberapa hari, anaknya yang berada di kota juga pulang dan ingin membawa kerumah sakit tapi mbah wiryo tidak mau, bahkan ketika diajak pulang ke rumahnya yang berada dikampung pun beliau juga  tidak mau. Beliau lebih memilih menghabiskan sisa hidupnya di gubuk .jenazah mbah wiryo di kuburkan di pemakaman umum desa itu"

Inalilahi waina ilaihi Roji'un.....

Saat itu langit pagi yang cerah kurasakan berobah menjadi mendung gelap, segelap hatiku...
Aku telah kehilangan guru spiritualku untuk selamanya, aku telah kehilangan orang yang bisa mengendalikan mata batinku.. padahal maksud dan tujuanku selain mengunjungi beliau juga aku menginginkan beliau mencabut semua ilmu yang telah beliau berikan ..
Tujuanku hanya satu, ingin hidup normal. Aku tak sanggup lagi setiap hari melihat wujud wujud makhluk astral yang sering menatapku dgn pandangan aneh dan ganjil. Aku tidak kuat melihat wujud2 menyeramkan yang selalu saja terlihat oleh mataku batinku Bahkan akhir2 ini mata normalku pun juga mampu melihat keberadaan makhluk astral dgn ragam wujud dan bentuk walau tidak semuanya menampakkan diri dengan wujud mengerikan tapi hal itu tetap saja membuatku tidak bisa hidup tenang, aku selalu merasa takut dan khawatir.badanku yang mulai gemuk menjadi kurus lagi karena kurang nafsu makan..
Bagaimana aku bisa makan dengan lahap, bahkan saat makan di restoran sekalipun? Soalnya makhluk2 mengerikan selalu menampakkan diri, seperti sosok manusia bersandar di dinding tanpa kepala sebatas leher, ditangan makhluk itu menggenggam potongan kepalanya, darah menetes netes dari kutungan leher dan kepala membasahi lantai... tapi begitu darah menyentuh lantai langsung berobah menjadi asap tipis. Ada juga sosok hantu perempuan berpakaian putih kumal bermuka datar dgn mulut lebar sedang memakan bayi didepanku, bagaimana aku tidak kehilangan nafsu makan wahai kawan!

Lalu karena semakin seringnya aku mendapat gangguan makhluk2 astral itu aku mulai berusaha untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan dgn cara lebih rajin beribadah dan sholat tapi cobaan untuk menjalankan ibadah juga berat,salah satunya Qorin yang selalu bergayut memeluk kedua kakiku saat aku mau berwudhu dan menjalankan sholat. Kakiku sangat berat karena harus menyeret Qorin yang tak mau melepaskan kedua kakiku dari pegangannya.. aku juga sering merasa geli bercampur jengkel melihat tubuh Qorin terseret seret di jalan karena tak mau melepas pegangan di kakiku.sudah terlalu sering aku pukuli dan aku tendang makhluk menyebalkan itu tapi sia sia saja karena kaki dan tanganku hanya menerpa angin.
Saat menjalankan ibadah pun dgn ogah ogahan Qorin mau juga ikutan ke masjid atau musholla tapi dia cuma duduk disebelahku saja..

Apabila sedang menjalankan sholat malam sangat sering ada makhluk astral yang makmum di belakangku, ada yang wajahnya tampan, ada yang cantik bahkan sangat cantik tapi adapula yang wajahnya menyeramkan..
Tapi Qorin tidak pernah mau mengikuti aku untuk sholat, bahkan dia satu2nya penghalang utamaku menjalankan ibadah..

Qorin yang wajah dan perawakannya telah menyerupai aku itu betul2 bikin aku muak dan benci, senyum liciknya itu selalu membuatku sangat membencinya..

Aku lebih suka apabila Qorin berobah lagi dgn wujud saat pertama kali aku melihatnya, yaitu dgn sosok badan seperti manusia yg gagah tinggi besar hitam berbulu, berkepala mirip domba dgn dua tanduk besar melengkung kedepan dan punya ekor berujung lancip seperti anak panah.
Wujud seperti itu menurutku jauh lebih baik daripada menampakkan diri dgn wujud sepertiku tapi punya senyuman licik.

Mungkin juga Qorin bisa membaca pikiranku, dia akhirnya tdk lagi menampakkan wujud sepertiku lagi, dia telah merobah wujudnya seperti pertama kali saat aku melihatnya.
Aku sedikit lega tapi bukan berarti aku telah lepas dari masalahku justru masih banyak masalah berat yang harus aku hadapi.

NEXT

AKU BUKAN BOCAH INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang