PART 7

714 24 9
                                    


SANTET

Suatu malam di bulan Desember,
Rintik hujan turun basahi bumi.
Aku duduk sendirian di lereng terjal, merenungi nasib diri ..
Merenungi kelam dan suramnya kehidupanku.

Tiba2 saja kulihat seberkas cahaya yang berpendar membelah kegelapan malam, cahaya itu berpijar diatas lereng bukit.
Aku terkejut melihat kejadian itu..
Ekor mataku tak berkesip mengikuti arah cahaya aneh itu yang terbang menuju ke arah kampungku.

Apakah gerangan benda itu, apakah ia Bintang berekor jatuh dari langit?
Pecahan batu meteor yg terbakar sewaktu bergesekan dgn atmosfer?
Kemangmang?
Banaspati?
Kunang kunang raksasa?
Pulung gantung?
Kembang api?

Kurasa bukan semuanya.
Cahaya yg bergerak sangat cepat itu adalah suatu benda misteri,
entah apapun namanya yg pasti ia digerakkan oleh makhluk ghaib. Ya.. sesuatu yg ghaib!

Secepatnya Aku berlari menuju kampungku hingga hampir putus rasanya napasku, keringatku deras mengalir membasahi tubuhku.
Cahaya yg terbang itu memecah di udara dgn menimbulkan suara keras "Glaar!"
-----------
Malam itu pula suasana kampungku yg semula damai dan tenang di kejutkan oleh suara teriakan Pak Sardi tetanggaku yang berteriak teriak di halaman rumahnya:

"Tolong.. tolong.. Anakku yang sedang nonton TV tiba2 terjungkal dari kursi, ia tiba tiba kejang dan sekarat.. Tolong!"

Beberapa penduduk desa terutama yg dekat dgn rumah Pak Sardi langsung berdatangan.
Demikian pula dgn Aku yang masih megap2 mengatur napas setelah berlari lari mengejar cahaya yang terbang menuju kampungku.

Aku masuk kedalam rumah Pak Sardi, kulihat Anggi putrinya Pak Sardi itu sudah diangkat oleh beberapa orang dan di letakkan di atas balai balai bambu, wajah gadis muda usia belasan yang cantik itu kini bersimbah keringat dingin, ia merintih rintih
Kesakitan, matanya yang indah dan menyejukkan itu kini berobah menjadi tatapan mata yang menyiratkan rasa ketakutan dan kesakitan yg luar biasa.
Lebih terkejut lagi ketika kuperhatikan perut gadis perawan itu yang semula ramping dan rata tiba2 membesar seperti sedang mengandung jabang bayi usia 7 bulan.
Kedua orang tuanya menjadi panik, mereka berinisiatif untuk memanggil Dokter.

Kira2 15 menit kemudian Dokter Probo datang,
pemeriksaan mulai dilakukan.
Anggi meronta ronta kesakitan, kedua tangannya menarik narik rambutnya sendiri sehingga rambutnya yg tergerai indah kini menjadi kusut berantakan.
Ia merasakan sakit yang tak tertahankan.

"Maaf, Sakit yang dialami oleh Putri anda adalah penyakit non medis yang tak bisa dijelaskan oleh ilmu Kedokteran!"
Kata Dokter Probo dgn perasaan prihatin.
Dokter probo mengambil beberapa pil dan tablet dari Tas kecil yang dibawanya lalu berkata:
"Pil ini untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan tabletnya untuk obat penenang sementara!"
----------
Setelah minum obat justru sakit yang di derita Anggi semakin menjadi jadi,
Suara tangis dan rintihannya semakin memilukan.tubuhnya menggelepar gelepar diatas balai balai.
----------
Suasana Rumah Pak Sardi penuh sesak dgn para tetangga yg berdatangan menjenguk Anggi..
Ya kedatangan mereka justru membuat ruangan semakin pengap saja.

"Pak, lebih baik Anggi di pindah ke kamarnya saja agar bisa lebih tenang!" Usulku pada Pak Sardi.

"Iya kamu betul. Mari bantu Aku menggotongnya!"
Jawab Pak Sardi.

"Biar saya saja yang menggotong Anggi pak!''
Jawabku sambil mengangkat tubuh Anggi yang terasa sangat berat dan kaku seperti mengangkat balok kayu besar.
----
Bu Sardi mengambil minyak kayu putih lalu mengoleskan ke perut Anggi yg membesar laksana hamil 7 bulan,
Tiba2 saja Bu Sardi tersentak saat memegangi perut anaknya itu. Sesuatu bergerak gerak dari dalam perut Anggi.

"Ya Tuhan.. apakah yg telah terjadi dgnmu Nduk?" ratap Bu Sardi sambil menumpahkan minyak kayu putih di perut anggi.

Anggi tak bisa menjawab, tapi air matanya yg menetes telah memberi jawaban betapa sakit dan menderitanya dirinya.
----
Aku yang masih berada di pintu kamar tak tega melihat penderitaan Anggi lalu
Aku berkata pada Bu Sardi:

AKU BUKAN BOCAH INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang