#7 Perjalanan Panjang Bersamamu (2)

12.4K 1K 29
                                    

Tak berapa lama, Byra dituntun Novan ke ruang kerja ayahnya. Seperti yang sudah dikira, ayahnya hanya ingin bicara berdua dengan Byra. Byra kembali cemas. Apalagi Novan menakutinya kalau ayahnya itu lebih galak daripada ibunya. Byra menangis dalam hati. Kenapa dia bisa punya camer yang menakutkan? Mengapa berhubungan dengan Novan bisa serumit ini cobaannya? Batinnya.

“Masuklah!” kata lelaki dewasa berusia 54 tahun itu pelan. Byra berjalan pelan ke dalam ruangan kerja yang dipenuhi buku-buku itu.
“Duduklah” katanya lagi. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Di sela gemetar kakinya, Byra membatin bahwa Novan mewarisi seluruh ketampanan sang ayah.
“Terima kasih, Pak” kata Byra nyaris tak terdengar. Dia terlihat hati-hati sekali.
“Kenapa? Tidak usah takut begitu. Istri saya menakutkan ya?” tanyanya masih tanpa ekspresi. Byra hanya tersenyum kecut. Jantungnya bergoncang keras.
“Nama Bapak sudah tahu kan?” tanyanya lagi. Byra mengangguk pelan.
“Bapak Ari Bagus Mahardika” jawab Byra pelan.
“Betul. Nama lengkap Adek ini siapa?” tanya bapak itu ramah, kini sebuah senyuman terlukis di wajahnya. Hati Byra seperti runtuh. Ada kelegaan di sudut hatinya ketika mendengar ayah Novan memanggilnya ‘Dek’.
“Keira Shabyra, Pak.”
“Usianya?”
“25 tahun, Pak”
“Wah, wajahmu terlalu muda untuk usia itu, Dek. Kamu sangat muda. Bapak kira Novan ini mau menikahi anak SMA”
“Ya Pak?” tanya Byra seolah tak percaya apa yang baru didengarnya. Ayah Novan bisa melontarkan sebuah candaan yang menenangkan hatinya.
“Kamu mau menikah dengan anak Bapak kan?”tanya bapak itu ramah. Byra bingung kenapa ayah Novan tidak menyidangnya seperti ibunya.
“Lho, kok tidak dijawab? Pertanyaan Bapak terlalu sulit ya? Kenapa? Kamu bingung ya? Mengapa saya tidak bertanya masa lalumu bersama Novan?”. Byra mengatakan isi hatinya. Dia merasa bingung dengan pertanyaan itu.
“Buat apa Bapak membahasnya lagi? Mamanya Novan kan sudah menyidangmu tadi. Iya kan?”
“Iya Pak” sahut Byra pelan.
“Jadi, sekarang Bapak tanya, Adek siap tidak jadi istrinya Novan? Jadi istrinya tentara? Jadi menantunya jenderal yang pastinya sering dapat sorotan. Belum lagi pengawalan ke mana-mana. Sebentar lagi, Bapak dipromosikan menjadi salah satu panglima di Jakarta lho. Banyak resiko yang menguji mentalmu. Siap tidak, Dek?” tanya lelaki ramah itu serius.
“Saya siap, Pak. Dengan izin Tuhan, saya akan menjadi yang terbaik” kata Byra yakin setelah menarik napasnya.
“Termasuk tidak bekerja? Novan sudah mengatakan syaratnya padamu kan, Dek?”
“Iya Pak. Setelah wisuda S2 bulan depan, saya akan mengikuti Kak Novan ke manapun bertugas”
“Oke, kamu lulus!” kata lelaki ramah itu sambil menjabat tangan mungil Byra.

Serasa beban Byra lepas ke udara. Dia tersenyum lebar. Restu ayah Novan sudah di tangannya. Sedangkan, Ibu Novan masih setengah setuju dengannya. Mungkin wanita cantik itu masih ingin tahu keseriusan Byra. Naluri seorang ibu masih trauma jika anaknya kembali sakit seperti dulu. Namun, Byra yakin pasti bisa mendapatkan restu ibunya.
💙💙💙

“Ada lagunya orang dugem gak, Kak? Aku nyalakan volume penuh ya?”pinta Byra sambil memencet-mencet pemutar musik mobil Novan.

Novan hanya mengamatinya pasrah. Keduanya dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Walau pukul hampir menunjukkan 10 malam, Novan tetap harus mengantarkan Byra pulang. Novan tak ingin membuat orang tua Byra khawatir. Selain itu, Novan juga belum memperkenalkan dirinya secara resmi pada orang tua Byra.

“Musik DJ kali, Dek. Tapi, ini udah malam Dek. Kalau kita kena tilang polisi gimana?” tanya Novan pelan. Dia mengelus rambut Byra yang kusut untuk merapikannya.
“Gak apa Kak. Please. Byra butuh musik untuk relaksasi nih” katanya pelan. Novan tersenyum.
“Sejak kapan kata ganti aku jadi Byra? Kamu mau manja-manjaan ya?”godanya. Byra menoleh malu.
“Maaf ya Kak. Byra pengen manja aja nih. Soalnya stres. Rasanya kayak baru kena ujian skripsi dan tesis untuk yang kedua kalinya. Huft!” pintanya lembut.
“Oh, okelah Dek. Lakukan apa saja asal bisa melegakanmu. Setelah nikah nanti aku bisa manjain kamu sepenuhnya, sekarang ini saja batasnya ya” kata Novan pelan. Byra mengangguk sambil meneguk air mineralnya.
“Mau makan dulu Dek? Nanti di tol kan ada fast food”tanya Novan lagi. Byra menggeleng pelan. Ia mengatakan ingin cepat sampai di Jakarta. Dia tak ingin kedua orang tuanya khawatir. Novan mengiyakan perkataan Byra itu.
“Dek, kamu tidur?” tanya Novan ketika melihat Byra diam.
“Enggak Kak. Cuma capek aja”. Byra mengubah posisi duduknya untuk menatap Novan yang sedang menyetir.
“Minggu ini, Papa dan Mamaku mau ke rumahmu mungkin. Katanya mau kenalan sama orang tua Adek. Mereka tak mau menunggu lama. Pernikahan kita digelar 2 bulan lagi dari sekarang” seloroh Novan serius. Mata Byra membola.
“Secepat itu Kak? Mama Kak Novan kan belum yakin denganku” kata Byra lagi.
“Mamaku sebenarnya suka kok denganmu. Apalagi Papaku. Beliau bilang kalau bisa nikah malam ini, nikah saja malam ini. Kamu gak usah khawatir kalau papaku sudah suka, mamaku pasti menyesuaikan”. Novan menghibur Byra.
“Beneran gitu, Kak?” tanya Byra pelan. Novan mengangguk.
“Kamu tenang aja. Semua baik-baik saja kok. Apa kamu menyesal kenal denganku ya? Baru tahu ya kalau kamu menyakiti orang yang salah?”tanya Novan menggoda Byra usil.
“Iya deh. Harusnya aku selidiki dulu ya latar belakang keluargamu, Kak” kata Byra pelan. Novan tertawa keras.

💙💙💙

“Shabyra. Ayo cepat bangun!”. Ibu setengah baya itu terlihat terburu-buru membangunkan Byra. Tangannya juga sibuk memilihkan baju yang pantas untuk dikenakan Byra. Mata Byra terasa lengket ketika dipaksanya untuk bangun dari tidur siangnya.

“Ada apa sih, Bun?” Ibu Byra duduk di depan Byra yang masih mengantuk. Kedua tangan ibunya mencengkram lengan Byra.
“Byra, sebenarnya Novan itu anaknya siapa sih? Kok bisa-bisanya orang tuanya ke sini bawa tentara banyak banget. Jalanan depan rumah kita sampai gak cukup itu.”
“Hah? Maksud Bunda?” Mata Byra langsung terbelalak. Ngantuknya hilang seketika.
“Novan datang ke rumah baru saja. Bawa kedua orang tuanya dan beberapa barang untuk ayah dan bunda serta kamu. Ayah saja buru-buru pulang dari kantor untuk menemui mereka. Itu di depan sudah ramai” kata bunda Byra tergesa-gesa.

Shabyra langsung mengganti baju tidurnya dengan baju yang lebih resmi. Dipilihnya sebuah rok katun terusan berwarna salem. Rambutnya hanya digerai begitu saja. Dipolesnya sedikit bedak pada kulit mulusnya. Apa yang membuat Novan cepat-cepat datang ke rumahnya?
💙💙💙
To be continued ke part 8. Spesial di-update cepat. So, ditunggu taburan bintangnya. Terima kasih. 😄😄

Terjebak Kenangan (Completed)//NoveletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang