#8 Antara Aku dan Kisah Lamanya

13.9K 1.1K 13
                                    

Dengan setengah berlari, Byra menuju ruang tamu rumahnya. Rumahnya yang tak sebesar rumah Novan sudah ramai dengan beberapa orang berseragam doreng dan safari hitam. Di sofa tengah, terlihat wajah tampan Novan yang tersenyum padanya. Di badannya yang tegap masih terbalut seragam doreng. Tampaknya pertemuan siang itu dilakukan secara tiba-tiba sehingga dia tak sempat mengganti seragam dengan baju santai. Sedangkan, di sisinya ada sang ibu yang memakai gamis sutra berwarna coklat muda yang terlihat kontras dengan warna kulitnya. Dengan memberanikan diri, Byra menjabat satu persatu calon mertuanya itu.

"Maaf ya Pak Hendri, kalau kedatangan kami siang ini terasa mendadak dan merepotkan Bapak sekeluarga." Ayah Novan membuka percakapan. Dengan sungkan, ayah Shabyra menjawab itu dengan malu-malu.
"Kedatangan kami ke sini tujuannya untuk melamar putri Bapak, Ananda Keira Shabyra dengan anak laki-laki saya satu-satunya ini. Namanya Novan Dana Rahardika." Lelaki ramah itu terlihat sangat bersahabat.
"Sungguh sebuah kehormatan sekali bagi kami, Pak. Saya sangat menghargai keseriusan Nak Novan yang ingin menikahi anak saya. Saya sudah menyerahkan semua keputusan di tangan anak saya, Shabyra. Saya juga tidak ingin mereka berpacaran terlalu lama" jawab ayah Byra. Byra hanya diam dan menunduk.

Ayah Novan memberikan kode pada para pengawal dan ajudannya. Tak lama kemudian, 10 orang tentara itu masuk ke rumah Byra sambil membawa tumpukan kotak. Kotak itu ternyata seserahan tanda lamaran Novan untuk Byra.

"Begitu pula dengan kami. Kami sebagai orang tua Novan, tidak ingin menunggu terlalu lama lagi. Bulan oktober nanti, Novan sudah menjadi Kapten. Usianya bukan anak-anak lagi. Ini adalah seserahan dari keluarga kami, Pak. Saya harap bisa diterima dan dimaklumi. Kalau barang pilihannya kurang pas dengan hati Dek Byra. Kami mohon dimaklumi. Kami datang ke sini dengan persiapan ala militer," kata ayah Novan yang diikuti tawa ceria dari ibu Novan dan orang tua Byra.

Suasana siang itu sangat ramah dan menyenangkan. Byra tak menyangka hidupnya akan berwarna seperti ini setelah bertemu lagi dengan Novan. Dia tak menyangka akan dibawa ke pelaminan dengan cara yang tak disangkanya seperti ini.

Pertemuan itu akhirnya selesai setelah berlangsung selama 2 jam. Pada pertemuan itu, pernikahan Novan dan Byra akan diselenggarakan 2 bulan lagi di Bandung, kota kelahiran Novan. Minggu depan, orang tua Byra akan bertemu lagi dengan orang tua Novan dengan lebih khusus untuk mempersiapkan segala sesuatu tentang pernikahan mereka.

"Kak, gak ganti baju dulu? Gak panas pakai seragam terus?" Byra menyodorkan teh lemon dingin pada Novan yang sedang duduk mengamati tumpukan kardus di depannya itu.
"Kenapa emangnya? Gak suka ya lihat aku seragaman?" godanya. Byra tersenyum dan duduk di sebelah Novan.
"Ya gak mungkinlah. Siapa juga yang gak suka cowok berseragam dan keren kayak gini."
"Ada dulu. Cewek agak bodoh kayaknya" sindir Novan pelan.
"Iya. Untung aku udah pintar ya?" kata Byra.

Novan mendekati pipi Byra. Byra langsung menjauhkan wajahnya. Dia sangat takut jika Novan akan menciumnya. Mungkin ini salah satu alasan mengapa mereka harus segera menikah.

"Kenapa menghindar sih?" Novan terus memepet Byra di sudut sofa.
"Apaan sih!" dorong Byra kuat pada dada Novan. Novan tergelak. Lelaki itu memang suka mengganggu Byra.
"Awas ya. Kamu gak akan bisa menghindar walau 1 centimeter saja kalau sudah menikah denganku."
"Iya Kak. Aku juga gak mau jauh-jauh darimu lagi. Ke mana saja kakak pergi aku ikut. Walau kakak sedang BAB, aku mau nemeni juga kok" goda Byra. Sesaat Novan terdiam, Byra menyentuh lengannya lembut.
"Tapi, ada tantangan lagi lho. Besok kalau masalah administrasi kesehatan, kita harus datang sendiri ke rumah sakit tentara."
"Lalu?"
"Maaf ya Dek, mungkin kamu diperiksa kesehatanmu."
"Keperawananku?" Kata-kata Byra membuat wajah Novan merah padam karena segan. Dia mengangguk ragu.
"Kak, aku memang anak Jakarta. Tapi, aku bukan anak ibukota kok. Aku wanita yang masih memegang adat ketimuran serta ilmu agama. Jadi, aku tak akan khawatir. Kalaupun emang itu harus diperiksa, aku siap kok."
"Oke deh. Aku lega. Tapi, kalau yang memeriksamu si Gadis bagaimana?" Wajah Byra terlihat murung.
"Tapi, gak usah khawatir. Nanti aku telepon teman dokterku yang lain di RST itu. Aku punya banyak kenalan kok." Novan menepuk pundak Byra lembut.

Terjebak Kenangan (Completed)//NoveletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang